Sabtu, 30 November 2013

Renungan Untuk Kaum Muda

Untuk Apa Anda Diciptakan

Ketahuilah wahai para pemuda, sesungguhnya anda diciptakan untuk suatu urusan yang maha penting, tujuan yang luhur, yang untuk tujuan itulah Allah menciptakan dunia dan seisinya, me­ngutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab un­tuk menyeru kepadanya. Tujuan tersebut adalah ber­ibadah kepada Allah Ta'ala tanpa menyekutukan dengan suatu apapun.
Ibadah inilah yang merupakan hakikat dinul Is­lam. Itulah millah (jalan)nya bapak kita Ibrahim, yang barangsiapa membencinya berarti berlaku bo­doh terhadap dirinya sendiri, termasuk golongan orang-orang yang sesat dan binasa. Perkara ini pula yang menjadi wasiat para Nabi sebagian bagi seba­gian yang lain, sebagaiman firman Allah:

Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akherat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh.

Ketika Rabbnya berfirman kepadanya "tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab, "Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam." Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'kub (Ibrahim ber­kata): "Hai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam." Adakah kamu hadir ketika Ya'kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami menyembah Rabbmu dan Rabb nenek moyangmu Ibrahim, Isma'il dan Ishaq, (yaitu) Ilah Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (QS Al-Baqarah: 130-133)

Maka setiap kali seseorang meninggalkan urusan yang menjadi tujuan penciptaannya yang menjadi jaminan kebahagiaan, keberuntungan dan kesukse­san dunia dan akhiratnya, lalu menyibukkan diri de­ngan urusan selainnya yang justru akan menda­tangkan kebinasaan, kesengsaraan dan kerugian­nya, maka dia adalah orang yang paling hina di an­tara yang hina, paling dungu di antara yang dungu.

Ruang Lingkup Ibadah

Wahai pemuda, ibadah di dalam Islam memi­liki pengertian yang luas, tidak benar jika diartikan sebatas pada shalat, sahum, zakat, haji dan syi'ar-syi'ar ta'abudiyah selainnya saja. Bahkan iba­dah di dalam Islam adalah suatu manhaj yang saling melengkapi, menjadikan kemudahan kehidupan dalam seluruh aspeknya, sesuai dengan kehendak Allah عزّوجلّ. Sebagian ulama memberikan definisi iba­dah, yakni "kata yang mencakup seluruh apa-apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik perkataan ataupun perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin."
Sehingga sudah selayaknya seluruh aspek kehi­dupan itu terikat pada tujuan untuk merealisasikan ibadah kepada Allah Ta'ala. Bahkan sudah men­jadikan setiap marhalah (fase) kehidupan ini selu­ruhnya adalah ibadah, hingga kematian adalah me­rupakan bentuk ibadah kepada Allah عزّوجلّ, sebagai­mana firman Allah:

"Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang diprintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS Al-An'am: 162-163)

Kematian para syuhada adalah merupakan reali­sasi di antara bentuk ibadah kepada Allah Rabbul 'alamin berupa kematian.
"Dan orang-orang yang syahid bagi mereka pahala dan cahaya mereka." (QS Al-Hadid: 19)
Dan firman Allah:
"Dan sembahlah Rabbmu sampai datang sesuatu yang diyakini" (QS Al-Hijr: 99)
yakni kematian.
Kebutuhan Kita Akan Ibadah Kepada Allah

Ketahuilah wahai saudaraku yang aku cintai, kebutuhan kita untuk beribadah kepada Allah lebih mendesak daripada kebutuhan kita terhadap makanan, minuman dan udara. Karena, makanan, minuman dan udara berfungsi untuk melestarikan badan, sedangkan ibadah berfungsi untuk menegak­kan ruh dan badan sekaligus. Oleh karena itulah iba­dah merupakan aktivitas seluruh makhluk yang ada, baik benda mati, hewan maupun tumbuh-tumbuh­an, baik yang kita saksikan maupun sesuatu yang tak dapat kita saksikan. Allah berfirman:
"Dan tak satupun melainkan bertasbih dengan me-muji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (QS Al-Isra': 44)
"Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa saja yang ada di langit dan di bumi, matahari, bulan, bitang, gunung, pohon-pohonan, binatangbintang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya." (QS Al-Hajj: 18)

Maka seluruh alam dalam keadaan beribadah kepada Allah Rabbul 'alamin. Ayat tidak mengecualikan jenis makhluk selain manusia yang terbagi menjadi mukmin dan kafir:
"Dan banyak di antara manusia yang telah ditetap­kan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan oleh Allah maka tidak seorangpun yang memuliakan­nya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki." (QS Al-Hajj: 18)

Maka siapapun yang meninggalkan ibadah ke­pada Allah Ta'ala dan menolak bersujud kepada-Nya maka Allah akan menghinakanny memburukkan keadaannya dan tidak menghendaki kebaikan atasnya.
Dan Allah Ta'ala mewajibkan kita untuk beriba­dah bukanlah demi mendatangkan manfaat bagi-Nya, karena Dia Subhanahu Maha Kaya dari seluruh alam, sebagaimana firman Allah:
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi sangat kokoh." (QS Adz-Dzariyat: 56-58)

Akan tetapi Allah Ta'ala membebankan ibadah kepada kita adalah untuk membersihkan dan men-sucikan kita serta menghilangkan penyakit hati dan syahwat hawa nafsu. Allah berfirman:

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mere­ka dan mendo'alah untuk mereka, sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mere­ka." (QS At-Taubah: 103)

Maka perhatikanlah, bagaimana ibadah yang tulus mampu membersihkan hati, menyucikan jiwa dan mendatangkan ketenangan. Allah Ta'ala ber­firman:
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya." (QS Al-Hajj: 37)

Sedangkan takwa dapat kalian peroleh dengan sebab ketaatan kalian kepada Allah dan taqarrub kalian kepada-Nya berujud mengalirkan darah he­wan sembelihan.

Urgensi Niat dan Mutaba'ah

Segala bentuk ibadah tidak diterima kecuali jika terpenuhi dua syarat, yakni ikhlas dan mutaba'ah (mengikuti) nabi صلي الله عليه وسلم. Allah Ta'ala berfirman:
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun da­lam beribadah kepada Rabbnya. "(QS Al-Kahfi: 110)
Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda:
"Barangsiapa yang beramal dengan suatu amal yang tidak ada perintah dari kami, maka tertolak." (HR Muslim)

Demikian nyata pengaruh niat, begitu pula niat akan menjadikan kebiasaan-kebiasaan umum ber­nilai ibadah. Aktivitas seseorang berupa makan, mi­num, tidur, memakai pakaian adalah berupa ke­biasaan-kebiasaan, akan tetapi jika orang yang me­ngerjakannya memiliki komitmen bahwa dengannya dia bertujuan untuk mendukung ketaatannya kepada Allah dan menampakkan nikmat-Nya atas dirinya, niscaya dia akan mendapatkan pahala karenanya. Bahkan Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda:

"Persetubuhan salah seorang di antara kalian dengan istrinya adalah sedekah." Para sahabat bertanya, "wa­hai Rasulullah, apakah seseorang di antara kami me­numpahkan syahwatnya namun dia beroleh pahala?" Nabi bersabda: "tidakkah kalian mengetahui bahwa tatkala ia menumpahkan syahwatnya di tempat yang haram maka ia beroleh dosa? Maka begitulah, ketika ia menumpahkan di tempat yang halal niscaya ia beroleh pahala." (HR Muslim)

Siapa yang Kamu Sembah?

Saudaraku yang mendapatkan taufik, fithrah manusia dalam kehidupan dunia ini adalah untuk ibadah, tunduk dan bertumpu kepada kekuat­an ghaib yang dibenarkan ada-Nya meski tak kasat mata. Maka barangsiapa yang tidak beribadah ke­pada Allah عزّوجلّ dan tidak menjadikan Dia sebagai Rabb, ilah, sesembahan, tidak merasakan manisnya berdzikir kepada-Nya, tidak berdo'a, bermunajah dan bersujud kepada-Nya, niscaya akan menge­nyam kehinaan berupa ibadah kepada selain-Nya, memohon kepada selain-Nya dan takut kepada selain-Nya.
Tidak diragukan lagi bahwa beribadah kepada Allah Ta'ala adalah ibadah yang paling terhormat, paling suci, paling luhur dan paling tinggi. Sedang­kan beribadah kepada selain-Nya adalah kesyirikan, kesesatan dan kerugian di dunia dan akhirat. Allah Ta'ala memberitakan perihal orang yang beribadah kepada selain-Nya:
"(Kepada para malaikat diperintahkan): "Kumpul­kanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan mereka yang selalu mereka sembah selain Allah, maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya." (QS Ash-Shaffat: 22-24)
Dan firman-Nya:
"Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya." (QS Al-Anbiya': 98)

Syirik Mahabbah

Wahai pemuda, maksud beribadah kepada selain Allah tidak hanya terbatas pada tin­dakan menyembah berhala, thawaf di kuburan, me­mohon kepada penghuninya, menyembelih untuk se­lain Allah maupun istighatsah kepada selain Allah dalam hal yang tidak dimampui melainkan oleh Allah. Semua itu memang termasuk macam-macam beribadah kepada selain Allah. Namun lebih dari itu, karena iba­dah mengandung unsur puncak kecintaan dan pun­cak menghinakan diri. maka barangsiapa yang men­cintai sesuatu setara dengan cintanya kepada Allah dan menghinakan diri kepadanya, berarti dia telah beribadah kepada selain Allah, baik sesuatu itu be­rupa batu, berhala, manusia, kuburan, wali, pema­haman, madzhab, harta, dunia, wanita, hawa naf­su, syetan atau selainnya yang mana manusia me­nyerahkan (pasrah) dirinya dan beribadah mengabdi kepadanya.
Sungguh Nabi telah membuat suatu permisalan tentangnya dengan sabda beliau:
"Alangkah celaka budak dinar, budak dirham dan budak perut." (HR Al-Bukhari)
Imam Ibnu Al-Qayyim berkata, "inti kesyirikan kepada Allah adalah syirik dalam mahabbah (kecin­taan), sebagaimana firman Allah:

"Dan antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah." (QS Al-Baqarah: 165)

Maka Allah Subhanah mengabarkan bahwa di antara manusia ada yang menyekutukan-Nya, dia menjadikan tandingan selain Allah, mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Maksudnya, bahwa hakikat ibadah tidak terwujud jika disertai kesyirikan kepada Allah dalam mahabbah (kecintaan), berbeda halnya dengan cinta kepada Allah yang merupakan konsekuensi dari ibadah kepada-Nya.

Macam-macam Mahabbah

Imam Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah menye­butkan, wajib untuk membedakan antara lima macam mahabbah, karena ketidakmampuan mem­bedakan masing-masing, dapat terjerumus dalam kebinasaan dan syirik mahabbah. Kelima hal tersebut adalah :
  1. Mencintai Allah Ta'ala
  2. Mencintai apa-apa yang dicintai Allah. Kecin­taan inilah yang memasukkan seorang hamba ke da­lam Islam dan mengeluarkannya dari kekufuran. Maka manusia yang paling dicintai oleh Allah ada­lah yang paling kuat dan paling sangat kecintaannya dalam hal ini.
  3. Cinta karena Allah, hal ini merupakan konse­kuensi dari mahabbah yang sebelumnya. Seseorang tidaklah dianggap tulus dalam mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah melainkan dengan mencintai karena Allah dan di jalan Allah.
  4. Mencintai beserta Allah (mencintai sesuatu se­tara dengan kecintaannya kepada Allah-pent). Inilah mahabbah yang syirik, barangsiapa yang mencintai sesuatu setara dengan Allah, bukan untuk Allah, bu­kan pula karena Allah, bukan dijalan-Nya, sungguh dia telah mengambil tandingan selain Allah, inilah mahabbahnya orang-orang musyrik.
  5. Mahabbah thabi'iyah, yakni kecenderungan manusia kepada apa yang memang menjadi tabiat­nya, seperti seorang yang haus menyukai air, orang yang lapar menyukai makanan, orang yang mengan­tuk menyukai tidur, mencintai istri maupun anak. Yang demikian ini tidaklah tercela kecuali jika hal-hal tersebut melalaikan dari dzikrullah dan menyi­bukkan diri dari mencintai Allah.  
Mahabbah yang Paling Agung

Bentuk mahabbah yang paling agung dan terpuji adalah mencintai Allah semata dan men­cintai apa yang Dia cintai. Inilah akar kebahagiaan dan intinya. Tiada seorangpun yang selamat dari adzab melainkan dengannya. Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda:
"Tiga perkara apabila ada pada seseorang berarti dia telah merasakan manisnya iman, (yaitu) apabila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain ke­duanya, seseorang yang tidak mencintai melainkan karena Allah dan benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan darinya sebagaimana bencinya jika dirinya dilempar ke dalam neraka." (Muttafaq 'alaih)
Adapun cinta yang paling parah celanya adalah mahabbah ma'allah, yakni seseorang yang menye-tarakan rasa cintanya kepada Allah dengan tandi­ngan selain Allah. Kecintaan ini merupakan inti ke­sengsaraan dan biangnya. Orang yang melakukan­nya berada di neraka dan diadzab di jahannam, wal 'iyadzu billah.
Kebanyakan pemuda teracuni dengan berbagai macam cinta yang tercela, di antaranya adalah:
  1. Gandrung terhadap wanita dan gadis serta ter­fitnah oleh godaannya dan bergaul dengan mereka dalam kemaksiatan.
  2. Cenderung mencintai remaja, bergaul dan me­mandang mereka dengan syahwat.
  3. Mengidolakan para selebritis yang termasuk ka­tegori orang-orang yang membuat kerusakan dan banci, serta latah mengikuti mereka dan menjadikan mereka sebagai teladan dan tokoh idola.
  4. Mencintai orang-orang kafir, mengagungkan mereka, meniru mereka dan berpartisipasi dalam merayakan hari raya mereka.
  5. Menyukai hal-hal haram dengan berbagai ma­cam ragamnya serta asyik melakukanya. Terutama minuman keras, ganja, rokok, zina, homo dan se­lainnya yang kebanyakan pemuda telah terjerumus ke dalamnya.
Siapa yang Anda Cintai?

Setelah paparan sekilas tentang hakikat ibadah dan mahabbah serta kemungkinan-kemung­kinan penyimpangan yang terjadi berkaitan dengan­nya, memungkinkan bagi anda untuk bertanya ke­pada diri sendiri, siapakah yang Anda cintai? Benarkah Anda hanya mencintai Allah semata? Jika Anda menjawab, "ya", maka tanyakanlah kepada dirimu sendiri, apa bukti kecintaanmu kepada-Nya? Su­dahkah engkau mencintai karena Allah dan benci karena Allah? Berwala' karena Allah dan bermu­suhan karena Allah? Sudahkah Anda mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah dan membenci apa-apa yang dibenci oleh-Nya? Mencintai orang yang dicintai Allah dan membenci siapapun yang dibenci oleh-Nya?
Jika seluruh pertanyaan tersebut anda jawab de­ngan "ya" -saya berharap mudah-mudahan hal itu benar- maka sudah selayaknya saya bertanya: jika setiap pemuda memiliki sifat ubudiyah dan mahab­bah yang sempurna kepada Allah semacam ini, lalu mengapa kita melihat kebanyakan pemuda benci terhadap ketaatan dan lari darinya?
Mengapa kami melihat banyak di antara pemuda yang meninggalkan [sholat] padahal ia merupakan tiang agama dan pondasinya?
Mengapa hobi kebanyakan pemuda adalah hal-hal yang haram, menerima dan senantiasa cenderung kepadanya, kepuasan mereka adalah ketika bisa me­ngerjakannya, kesedihan mereka adalah kehilangan kesempatan untuk bermaksiat?
Bukankah khamr, ganja, rokok, minuman-minu­man keras, musik, film-film porno, zina, homoseks, memperolok-olok agama dan orang yang komitmen dengannya merupakan perbuatan haram yang umum dilakukan oleh para pemuda?
Bukankah hal-hal tersebut menyelisihi kecintaan kepada Allah سبحانه و تعالي dan cinta karena Allah? Bukankah ini merupakan bentuk syirik kepada Allah dalam mahabbah?

Saudaraku pemuda!

Bagaimana anda mencintai Allah sedang malam dan siang engkau menantang-Nya untuk berperang?
Bagaimana anda mencintai Allah sedang ber­ulang-ulang engkau mengundang kemurkaan-Nya dan mendurhakai-Nya?
Bagaimana anda mengaku cinta kepada Allah, sedang jalan menuju masjidpun engkau tak menge­tahuinya?
Bagaimana engkau mengaku mencintai Allah pa­dahal engkau mencintai musuh-musuh-Nya, mem­banggakan mereka, meniru, dan berangan-angan jika engkau bisa seperti mereka?
Bagaimana engkau mengaku mencintai Allah sedangkan engkau berlaku sombong terhadap wali-wali Allah (mukminin), menghinakan dan meleceh­kan mereka?
Bagaimana engkau mengaku mencintai Allah sedangkan engkau menyelisihi Rasulullah صلي الله عليه وسلم secara dhahir dan bathin? Padahal Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." (QS Ali Imran 31)
Dimanakah bukti ittiba'mu kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم wahai anda yang mengaku cinta kepada Allah Ta'ala?
Engkau membangkang kepada-Nya
Lalu mengaku bahwa engkau cinta
Inilah pengakuan yang nyata dustanya
Jika benar engkau mencintai-Nya
Tentulah engkau mentaati-Nya
Karena seseorang akan taat kepada kekasihnya

Keputusan yang Berani

Keputusan inilah yang kami tunggu-tunggu sejak lama wahai pemuda. Kami berangan-angan, kalau saja keputusan telah kau ambil sebe­lum ini. Keputusan yang cepat tanpa menunda. Ma­ka ambillah keputusan sekarang juga..tunduklah hanya kepada Allah saja sekarang juga..bertaubatlah kepada Rabbmu sekarang juga..,bermuhasabahlah terhadap dirimu sekarang juga...ubahlah jalan hidupmu sekarang juga.. .bersihkan dirimu dari per­ibadatan kepada selain Allah sekarang juga..jauhi syahwat yang diharamkan sekarang juga..ikhlaslah untuk Allah sekarang juga...ikutilah sunnah nabimu sekarang juga juga...perangilah hawa nafsu dan syetan sekarang juga..tinggalkan teman-teman bejat­mu sekarang juga...sahutlah adzan dan makmur­kan masjid Allah sekarang juga...anggaplah serius perkara yang haram sekarang juga...jagalah kedua mata, penglihatan, telinga dan hatimu dari segala yang haram mulai sekarang juga.
Jika nantinya anda terjerumus ke dalam kemak­siatan dan perkara yang haram, maka janganlah anda berputus asa. Akan tetapi perbaharuilah taubat­mu dan mulailah dengan lembaran hidup yang ba­ru. Janganlah engkau menyerah kepada ajakan hawa nafsu dan syahwat, paksalah nafsumu dan giringlah ia menuju ketaatan kepada Allah. Ingatkanlah jiwa­mu akan buruknya akibat dosa dan maksiat. Layang­kan pandanganmu kepada ketinggian derajat pemu­da yang taat sebagaimana yang disebutkan oleh Na­bi صلي الله عليه وسلم tentang jaminan yang diberikan kepada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya (di antaranya ada­lah)...”pemuda yang rajin beribadah kepada Allah" (Muttafaq alaih)
Ingatkan juga kepada jiwamu tentang kisah Nabiyullah Yusuf عليه السلام, bagaimana beliau memohon penjagaan kepada Allah dan memerangi hawa nafsu serta merasakan kedekatan Rabbnya. Allah meng­angkat martabat beliau dan memuliakannya pada tingkat kemuliaan tertinggi, dan tanyakanlah kepa­da jiwamu, "apa jadinya andai saja beliau mengikuti hawa nafsu dan tunduk pada rayuan syetan?
Aku memohon kepada Allah untukku dan untuk­mu agar senantiasa mendapat- hidayah dan taufik, shalawat dan salam semoga terlimpah atas nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.

Renungan Untuk Remaja Muslim

renungan untuk remaja muslim

Kami persembahkan nasehat ini untuk saudara-saudara kami terkhusus para pemuda dan remaja muslim. Mudah-mudahan nasehat ini dapat membuka mata hati mereka sehingga mereka lebih tahu tentang siapa dirinya sebenarnya, apa kewajiban yang harus mereka tunaikan sebagai seorang muslim, agar mereka merasa bahwa masa muda ini tidak sepantasnya untuk diisi dengan perkara yang bisa melalaikan mereka dari mengingat Allah subhanahu wata’ala sebagai penciptanya, agar mereka tidak terus-menerus bergelimang ke dalam kehidupan dunia yang fana dan lupa akan negeri akhirat yang kekal abadi.

Wahai para pemuda muslim, tidakkah kalian menginginkan kehidupan yang bahagia selamanya? Tidakkah kalian menginginkan jannah (surga) Allah subhanahu wata’ala yang luasnya seluas langit dan bumi?

Ketahuilah, jannah Allah subhanahu wata’ala itu diraih dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam beramal. Jannah itu disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa yang mereka tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, mereka merasa bahwa gemerlapnya kehidupan dunia ini akan menipu umat manusia dan menyeret mereka kepada kehidupan yang sengsara di negeri akhirat selamanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Ali ‘Imran: 185)

Untuk Apa Kita Hidup di Dunia?

Wahai para pemuda, ketahuilah, sungguh Allah subhanahu wata’ala telah menciptakan kita bukan tanpa adanya tujuan. Bukan pula memberikan kita kesempatan untuk bersenang-senang saja, tetapi untuk meraih sebuah tujuan mulia. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56)

Beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Itulah tugas utama yang harus dijalankan oleh setiap hamba Allah.

Dalam beribadah, kita dituntut untuk ikhlas dalam menjalankannya. Yaitu dengan beribadah semata-mata hanya mengharapkan ridha dan pahala dari Allah subhanahu wata’ala. Jangan beribadah karena terpaksa, atau karena gengsi terhadap orang-orang di sekitar kita. Apalagi beribadah dalam rangka agar dikatakan bahwa kita adalah orang-orang yang alim, kita adalah orang-orang shalih atau bentuk pujian dan sanjungan yang lain.

Umurmu Tidak Akan Lama Lagi

Wahai para pemuda, jangan sekali-kali terlintas di benak kalian: beribadah nanti saja kalau sudah tua, atau mumpung masih muda, gunakan untuk foya-foya. Ketahuilah, itu semua merupakan rayuan setan yang mengajak kita untuk menjadi teman mereka di An Nar (neraka).

Tahukah kalian, kapan kalian akan dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala, berapa lama lagi kalian akan hidup di dunia ini? Jawabannya adalah sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman: 34)

Wahai para pemuda, bertaqwalah kalian kepada Allah subhanahu wata’ala. Mungkin hari ini kalian sedang berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang tertawa, berpesta, dan hura-hura menyambut tahun baru dengan berbagai bentuk maksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, tetapi keesokan harinya kalian sudah berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang menangis menyaksikan jasad-jasad kalian dimasukkan ke liang lahad (kubur) yang sempit dan menyesakkan.

Betapa celaka dan ruginya kita, apabila kita belum sempat beramal shalih. Padahal, pada saat itu amalan diri kita sajalah yang akan menjadi pendamping kita ketika menghadap Allah subhanahu wata’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ: أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ, فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ, يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ.

“Yang mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua dari tiga hal tersebut akan kembali dan tinggal satu saja (yang mengiringinya), keluarga dan hartanya akan kembali, dan tinggal amalannya (yang akan mengiringinya).” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Wahai para pemuda, takutlah kalian kepada adzab Allah subhanahu wata’ala. Sudah siapkah kalian dengan timbangan amal yang pasti akan kalian hadapi nanti. Sudah cukupkah amal yang kalian lakukan selama ini untuk menambah berat timbangan amal kebaikan.

Betapa sengsaranya kita, ketika ternyata bobot timbangan kebaikan kita lebih ringan daripada timbangan kejelekan. Ingatlah akan firman Allah subhanahu wata’ala:

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ نَارٌ حَامِيَةٌ

“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (Al Qari’ah: 6-11)

Bersegeralah dalam Beramal

Wahai para pemuda, bersegeralah untuk beramal kebajikan, dirikanlah shalat dengan sungguh-sungguh, ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena shalat adalah yang pertama kali akan dihisab nanti pada hari kiamat, sebagaimana sabdanya:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاَةُ

“Sesungguhnya amalan yang pertama kali manusia dihisab dengannya di hari kiamat adalah shalat.” (HR. At Tirmidzi, An Nasa`i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad. Lafazh hadits riwayat Abu Dawud no.733)

Bagi laki-laki, hendaknya dengan berjama’ah di masjid. Banyaklah berdzikir dan mengingat Allah subhanahu wata’ala. Bacalah Al Qur’an, karena sesungguhnya ia akan memberikan syafaat bagi pembacanya pada hari kiamat nanti.

Banyaklah bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala. Betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang telah kalian lakukan selama ini. Mudah-mudahan dengan bertaubat, Allah subhanahu wata’ala akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memberi pahala yang dengannya kalian akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Wahai para pemuda, banyak-banyaklah beramal shalih, pasti Allah subhanahu wata’ala akan memberi kalian kehidupan yang bahagia, dunia dan akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An Nahl: 97)

Engkau Habiskan untuk Apa Masa Mudamu?

Pertanyaan inilah yang akan diajukan kepada setiap hamba Allah subhanahu wata’ala pada hari kiamat nanti. Sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu haditsnya:

لاَ تَزُوْلُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ.

“Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari kiamat nanti di hadapan Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara: umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa dihabiskan, hartanya dari mana dia dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan sudahkah beramal terhadap ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At Tirmidzi no. 2340)

Sekarang cobalah mengoreksi diri kalian sendiri, sudahkah kalian mengisi masa muda kalian untuk hal-hal yang bermanfaat yang mendatangkan keridhaan Allah subhanahu wata’ala? Ataukah kalian isi masa muda kalian dengan perbuatan maksiat yang mendatangkan kemurkaan-Nya?

Kalau kalian masih saja mengisi waktu muda kalian untuk bersenang-senang dan lupa kepada Allah subhanahu wata’ala, maka jawaban apa yang bisa kalian ucapkan di hadapan Allah subhanahu wata’ala Sang Penguasa Hari Pembalasan? Tidakkah kalian takut akan ancaman Allah subhanahu wata’ala terhadap orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat? Padahal Allah subhanahu wata’ala telah mengancam pelaku kejahatan dalam firman-Nya:

مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (An Nisa’: 123)

Bukanlah masa tua yang akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Oleh karena itu, pergunakanlah kesempatan di masa muda kalian ini untuk kebaikan.

Ingat-ingatlah selalu bahwa setiap amal yang kalian lakukan akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah subhanahu wata’ala.

Jauhi Perbuatan Maksiat

Apa yang menyebabkan Adam dan Hawwa dikeluarkan dari Al Jannah (surga)? Tidak lain adalah kemaksiatan mereka berdua kepada Allah subhanahu wata’ala. Mereka melanggar larangan Allah subhanahu wata’ala karena mendekati sebuah pohon di Al Jannah, mereka terbujuk oleh rayuan iblis yang mengajak mereka untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala.

Wahai para pemuda, senantiasa iblis, setan, dan bala tentaranya berupaya untuk mengajak umat manusia seluruhnya agar mereka bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, mereka mengajak umat manusia seluruhnya untuk menjadi temannya di neraka. Sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala jelaskan dalam firman-Nya (yang artinya):

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)

Setiap amalan kejelekan dan maksiat yang engkau lakukan, walaupun kecil pasti akan dicatat dan diperhitungkan di sisi Allah subhanahu wata’ala. Pasti engkau akan melihat akibat buruk dari apa yang telah engkau lakukan itu. Allah subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya):

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Az Zalzalah: 8)

Setan juga menghendaki dengan kemaksiatan ini, umat manusia menjadi terpecah belah dan saling bermusuhan. Jangan dikira bahwa ketika engkau bersama teman-temanmu melakukan kemaksiatan kepada Allah subhanahu wata’ala, itu merupakan wujud solidaritas dan kekompakan di antara kalian. Sekali-kali tidak, justru cepat atau lambat, teman yang engkau cintai menjadi musuh yang paling engkau benci. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu karena (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perbuatan itu).” (Al Maidah: 91)

Demikianlah setan menjadikan perbuatan maksiat yang dilakukan manusia sebagai sarana untuk memecah belah dan menimbulkan permusuhan di antara mereka.

Ibadah yang Benar Dibangun di atas Ilmu

Wahai para pemuda, setelah kalian mengetahui bahwa tugas utama kalian hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala semata, maka sekarang ketahuilah bahwa Allah subhanahu wata’ala hanya menerima amalan ibadah yang dikerjakan dengan benar. Untuk itulah wajib atas kalian untuk belajar dan menuntut ilmu agama, mengenal Allah subhanahu wata’ala, mengenal Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, dan mengenal agama Islam ini, mengenal mana yang halal dan mana yang haram, mana yang haq (benar) dan mana yang bathil (salah), serta mana yang sunnah dan mana yang bid’ah.

Dengan ilmu agama, kalian akan terbimbing dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, sehingga ibadah yang kalian lakukan benar-benar diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala. Betapa banyak orang yang beramal kebajikan tetapi ternyata amalannya tidak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala, karena amalannya tidak dibangun di atas ilmu agama yang benar.

Oleh karena itu, wahai para pemuda muslim, pada kesempatan ini, kami juga menasehatkan kepada kalian untuk banyak mempelajari ilmu agama, duduk di majelis-majelis ilmu, mendengarkan Al Qur’an dan hadits serta nasehat dan penjelasan para ulama. Jangan sibukkan diri kalian dengan hal-hal yang kurang bermanfaat bagi diri kalian, terlebih lagi hal-hal yang mendatangkan murka Allah subhanahu wata’ala.

Ketahuilah, menuntut ilmu agama merupakan kewajiban bagi setiap muslim, maka barangsiapa yang meninggalkannya dia akan mendapatkan dosa, dan setiap dosa pasti akan menyebabkan kecelakaan bagi pelakunya.

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.

“Menuntut ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no.224)

Akhir Kata

Semoga nasehat yang sedikit ini bisa memberikan manfaat yang banyak kepada kita semua. Sesungguhnya nasehat itu merupakan perkara yang sangat penting dalam agama ini, bahkan saling memberikan nasehat merupakan salah satu sifat orang-orang yang dijauhkan dari kerugian, sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala firmankan dalam surat Al ‘Ashr:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat- menasehati dalam kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)

Wallahu ta‘ala a’lam bishshowab.

Jumat, 29 November 2013

TIPOLOGI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM



(By. Asep W. M. Ag)
Hakikat Pemimpin
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.

Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.


B.Tipe-Tipe Kepemimpinan

Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :1.Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.2.Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.3.TIpe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.4.Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.5.Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.6.Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung

Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :

1.Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.

2.Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.

3.Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.

Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesiona

Selasa, 26 November 2013

POLITICAL PARTY POLITICAL ISLAM IN INDONESIA MAP



POLITICAL PARTY POLITICAL ISLAM IN INDONESIA MAP
( By : Asep W. M. Ag)
 preliminary
Islamic political party which is the object of this discussion is a political party that explicitly lists are usually of Islam . In the 1999 election , there are at least eight parties berasaskan Islam , among others, who get a seat in Parliament at the moment is the United Development Party ( PPP ) , the Crescent Star Party (PBB ) , Justice Party ( PK ) , Nahdlatul Ummah Party ( PNU ) , Ummah Awakening Party ( PKU ) , Masjumi Party , Party Syarikat Islam Indonesia ( PSII ) and others . Besides berasaskan Islamic party , in Indonesia at this time , there is also a mass party bebasiskan Islam , among others, the National Awakening Party and the National Mandate Party . Both of the latter is a mass party supporters mainly from the members and sympathizers of Islamic organizations and Muahammadiyah NU , Although not all members of these two organizations became members of the two parties .
Birth of Islam berasaskan party and Islamic mass -based party , since 1998 , ie after the fall of the New Order is an interesting development to be discussed . There are at least two things into consideration . First , in the past both in the Old Order and the New Order , there is no such distinction symptoms . In the Old Order berasaskan Islamic parties united to fight Islam Islam as the state ideology . During the New Order , namely that began in the 1971 election ( at that time there were 4 Islamic political party is a party of NU , PSII and Perti Parmusi ) , and the United Development Party for the next election until the 1997 election , showed no such distinction . Second , the political articulation of Islamic parties in the reform era , showed sharp differences , particularly about the nature of the party and ideological struggle in the Assembly . Berasaskan Islamic party that is more closed , especially in the party leadership than with mass-based party of Islam . Even though both Islamic mass -based party that claims to be open party , but it can not be denied that the voters of both parties are supporters and members of the traditional mass organizations Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama .
It is interesting to study further is how the Islamic parties in Indonesia's political role , and to what extent likely to win the next elections .
 
Islam and Politics
In Islamic literature has long recognized the political fiqh ( Fiqhis Siyasah ) , the underlying view that Shari'a besides set about divinity , the relationship between man and God ( religious issues ) as well as the character , but also include the individual's relationship with the Daulah ( State and government ) , or the relationship with the leader of the people , the relationship with the accused judges , official relations with the population , which is set in fiqh daulah ( Al - Qardhawy : 1999:23 ) . Politics according to the Shari'ah perspective , is what makes the shari'ah as a starting base , and leaned her back , applying earth , stick - horse teachings and principles of human middle , as well as its goals and objectives , and the road system . The goal is based on the Shari'ah and the system adopted also by the shari'ah . Islam is the Aqeedah and Shari'ah , religion and daulah , truth and strength , worship and leadership , Manuscripts and war . . ( Al - Qardhawy , 1999:35 ) . In the modern literature of these fields are included in the field of state and public policy , and the law is entered in the field of public law , constitutional law , namely , the State administration , criminal law and procedural law .
There have been many previous jurists discuss this issue , which is included in the discussion of fiqh in general , and some even peel the books of its own , such as Al - Ahkam As- Sulthaniyah , written by Al - Mawardy Syafi'y Ash ( d. 450 H ) , Abul Ya'la Al - Farra ' al - Hanbali ( d. 458 AH) , Ghayyatsul - Umam , written by Al Imam Al Haramain Ash Syafi'y ( d. 476 H ) . Book of As- Siyasah ash- fi Ishlahir Syar'iyah Ra'yu Ra'iyyah war essay Ibn Taymiyyah ( d. 728 H ) , as well as essays from students and friends that Ibn Qayyim Ibn Taymiyah who authored the book of Ath - Thuruq Al - Hukmiyah . Includes classic book Al - Kharaj authored by Abu Yusuf ( d. 181 H ) , one of the companions of Imam Abu Hanifa , and many other books including those written in the early 20th century .
The views and opinions of the jurists and scholars of classical politics is the same as what is raised by Al - Qardhawy , ( Al - Qardhawy 1999:38 ) that is not the separation of politics with Islamic Shari'ah . Politics is part of the Islamic shari'ah is governed by shari'ah and the goal for the establishment of the Shari'ah . Politics in the view of the scholars of the Salaf , interpreted in two meanings , namely , first , in a general meaning , which is to deal with human affairs and the problems of their lives based on Shari'ah religious world . Second , the special meaning that political opinions expressed leaders , laws and regulations issued to counteract the damage that will occur , to overcome the damage that has occurred or to solve specific problems . Politics must be based on the fiqh Islamy , which is derived from any existing schools of fiqh as well as the practice of the Companions and tabi'in . In the implementation of Islamic fiqh that interacts with the realities of life, and to do to solve the problems by referring to the shari'ah . Shari'ah does not ignore the realities of life , by the reality because they are also a tool to solve problems that arise .
Many examples and guidance given the Prophet Muhammad , about the malleability of Islamic Shari'ah is confronted with reality , and this is politics , which is among other things a while the Prophet never ordered to imprison a suspect , while on the other side of the Prophet SAW said would not judge a person unless dengn two witnesses . So is the attitude of the Prophet Muhammad that mitigates punishment for thieves are replaced by the law of blows , because of the condition of life of the thief . As well as taking alms and return a portion to them as lightening . Khalifar Umar also been suspended for thieves because of poverty law .
After the collapse of the Khilafah Islamiyah started growing dissent among the Ummah of Islam and political Islam . Especially begins with a view of the scholars of Al - Azhar , Ali Abd al-Raziq , the writings of Islam wa Ushulil Hukmi ( 1925 ) , which essentially states that Islam is a religion that does not have the Daulah , the State . Islam is merely a spiritual treatise . Muhammad is not intended to establish the State and this does not include his treatise . He is just a messenger in charge of carrying out religious propaganda is pure unmixed tendency toward establishing state authority and appeal , because he does not possess the power memamng and government . He is not a king nor a founder daulah and not invite the establishment of the State . ( Al - Qardhawy , 1999:29 ) . Ali Abd al-Raziq 's view is opposed by all scholars of Al -Azhar and the decision of the meeting of the Al- Azhar Saikh format along with 24 permanent members , and decided that the Abd al-Raziq al book contains a variety of issues that have been at odds with religion . The author is considered to have a path that is not worth doing at all a Muslim , especially one that is knowledgeable . Dikelaurkan author of Al-Azhar scholars and expertise revoked and removed from office .
More moderate view conveyed by Haikal ( Musda Majesty 1997:289-290 ) , that in the Qur "an and Sunnah can not be found directly rules and details of the problems that there is only a set of ethics that can be used tatanilai guidelines for regulating human behavior and life and relationships with others who are also adequate to be used as the basis for setting the state adversely . Qur'anic guidance regarding statehood does not designate a particular model . Therefore concluded that the matter of the State Haikal and more government submitted to Ummal Islamic ijtihad . Islam only outlines the basic principles that must be followed in managing the State . These principles refer to the basic principles of Islam for living bernasyarakat management , namely the principles of brotherhood , equality and freedom .
The difference between Muslims view the relationship between Islam and politics are evolving until the present time , and led to political affiliation professed Muslims around the world , including in Indonesia .
 
political party
A political party is an organized group of people who are stable with the aim to seize or retain control of the government for the leadership of his party and the mastery beradasarkan provide benefits to members of his party who are idiil and material ( Miriam Budiardjo , 1991:161 ) . He is articulate organization consisting of political actors that are active in the community , that they are focused on the control of governmental power and who compete for popular support with other groups who have different views . Thus political parties are intermediaries that connect the power - strength and idilogi - social ideology with government agencies that relate to the official and political action within the wider political community . ( Haryanto 1982:86 ) .
Deliberately established political parties to gain power and govern or influence government policy . Political party is a legitimate tool posed in modern society to categorize various groups and interests in society for the policies articulated in the State . A political party is a tool for people who are members of a group that has organized manner idilogis foundation and the same ideals of a society and a country that aspired . Thus political party is a formal means for their community groups to channel the aspirations and political views about life and society that aspired State .
Establishment of Parta political ideology based on similarity , to develop their vision and mission and solve the problems of the nation and the State . Because it is seen from the vision , mission and ideology called party then there is no conservative party and the liberal party . On the other hand there is the party that is based on religion and there are based on socialism , democracy and so forth . In reality there is always only one political party that adheres to the same basic ideology and within a country . Because although embracing basic principles and the same vision and mission can be born some political parties . Because the formation of political parties is also strongly influenced by the views and more personal willingness of the leaders or leaders of political parties , it is usually the case of small differences in the leadership styles of leaders of political parties concerned .
According Klingermann ( Klingermann 1994:432 ) , in Germany , the Netherlands , Belgium and Austria the dominant opposition parties continue to be more modern than the traditional patterned . In this case , the group of four countries expressed as a Christian party retains a prominent role to date . The debate that comes up in these countries is towards morality and family welfare state .
Political parties have a variety of functions , among others, presented by Miriam Budiardjo ( 1991:163 ) as follows :
 
party as a means of political communication ;
1 . party as a means of articulation and aggregation of interests ;
2 . party as a means of political socialization ;
3 . party as a means of political recruitment ;
4 . party's policy-making facilities , and
5 . party as a means of regulating conflict .
 
Noting the various functions of political parties , and the seats on the role of political parties is very important for a democratic country , both in the preparation of democratic policies and as an effective tool for political socialization ( policy ) , as well as a means of regulating the recruitment of political conflict , though not all this function can be played by political parties , because political parties own internal conflicts could occur and not be able to carry out political socialization and communication with both . It really depends on the quality and political consciousness of the leaders of the party moving .
In modern democratic theory , according to Klingemann ( Klingemann , 1994:392 ) , political parties are seen as the main institutional means to bridge between the community and government relations . The parties considered to play a role thoroughly before , during and after elections . In contrast to the interest groups , political parties reach a wider sphere of human interest . They identify , sort determines and directs the various interests towards acting in ways that can be chosen by the voters and government . Election policies will deliver an event presented by the party leaders in the context of the competition to compete for government .
Ideally, the winning party will control the decision-making of government policy in accordance with the party's programs . However, according to according to Klingermann ( Klingermann 1994:393 ) The ruling party should also pay attention to a variety of real tuntutatan in society . Because the loser party must not lose its role in modern political life , because it was the determination of public policy is strongly influenced by the chain of democratic process in the decision-making process . Pressures delivered by the functional groups and smaller parties are very big influence in the determination of public policy . Especially if there is no clear winner in the election process so that decisions prioritizing accommodation rather than confrontation .
 
Political parties in Indonesia
 
System multi-party elections in 1955 , appears once pengelompokon ideological parties that nothing can be grouped in two major groups namely the secular nationalists and Islamic nationalists . This can be seen in the parting view of the state among political parties in the Constituent Assembly . In the secular nationalist groups are incorporated in the Nationalist Indonesian National Party which has enormous strength as a result of the 1955 elections , the Communist group incorporated in the Indonesian Communist Party , the non - Muslim religious groups are the Catholic Party and Parkindo as well as other groups of functional groups as well as regional . While the Islamic circles , there Masjumi Party had the support of the Muslim modernists , Nahdlatul Ulama ( NU ) of the traditional Islamic and Party Syarikat Islam .
Throughout the New Order of the Communist Party was dissolved and understanding the Communists destroyed in Indonesia , so the communist political force in Indonesian politics until now virtually non-existent . Thus , only two political parties which last the power of political parties ie Muslims and Nationalist groups . Throughout the New Order government , political parties and rationalization carried only two political parties , namely the United Development Party and the Indonesian Democratic Party and Golkar . Because Golkar is a political vehicle the New Order government backed by the military and bureaucracy , the elections during the New Order does not show the real power flows politics. At this time armed forces emerge as a political force is crucial in determining the policies of the State .
Election 1999 , still shows the same tendency as the political stream in the 1955 election . As said by Paige Johnson ( Indonesian Parliament manual 2001:142 ) , there is continuity of nature flows from the previous period . Party supporters have a say in public policy . Muslim modernists tend to favor certain types of political parties , Muslim traditionalists on the other side and the nationalist Muslim abangan ( more secular ) and minority support other parties . This opinion contains the truth because in fact see the composition of the vote in the last election in 1999 although there was a slight shift , due to the political power of the New Order is very strong .
 
Islamic Political Parties in Indonesia
Throughout its history after independence on August 17, 1945 , Indonesia has carried out 8 times elections . From all these elections were never followed up by Islamic parties .
The first elections were held on 29 September 1955 during the reign of the cabinet of Prime Minister Burhanuddin Harahap ( Masjumi ) , followed by 118 participants from the organization of political parties , civic organizations and individuals . Competing for 257 parliamentary seats and 514 Assembly seats . The election of all participants are 5 Islamic party , namely the Muslim Council of Indonesian Suro ( Masjumi ) , Nahdlatul Ulama ( NU ) , Party Syarikat Islam Indonesia ( PSII ) , Tharekat Islamic Party of Indonesia ( PTII ) , Unity Tarbiyah Islamiyah ( like ) .
The results of the 1955 election , Islamic parties gained good results , although still less sound than the secular nationalist parties . Masjumi and PNI won parliament elections by gaining 57 seats respectively , while in the Constituent Masjumi gained 112 seats and 119 seats PNI gain . The next sequence is occupied by NU with 45 seats in the House and 91 seats in Kontituante , PKI 39 House seats and 80 seats Kontitunate , PSII gained 8 House seats and 16 Assembly seats . Total seats ynag obtained Islam parties in the House is 116 seats of the 257 House seats up for grabs , or by 45.13 % . While gaining 230 seats in the Constituent Assembly of 514 seats contested in the election constituency or by 44.74 % .
The most salient political issues brought by Islamic parties election results in 1955 and they have the same suaru for it , is a matter of ideology that is Islam as the state , dealing with other groups who want the Pancasila as the basic economic and social state . It happened because at the time it was being debated on the Indonesian Constitution in the Constituent Assembly . But the debate about the basic state does not produce results because of the power of Islam and the Nationalists have a balanced force so as not to reach number 2/3 required ( see Table 1 ) :
Three ideological faction in the Constituent Assembly ( Nasution 2001: 32-33 )
Factions Name Number of Seats
I. block Pancasila
1 . PNI ( Indonesian National Party ) 119
2 . PKI ( Indonesian Communist Party ) 60
3 . 20 Proclamation of the Republic
4 . Parkindo ( Indonesian Christian Party ) 16
5 . Catholic Party 10
6 . PSI ( Indonesian Socialist Party ) 10
7 . IPKI ( Indonesian Independence Supporters Association ) 8
8 . PRN ( National People's Party ) 3
9 . P3RI ( Police Employee Association of the Republic of Indonesia ) 3
10.Partai Unity Power 3
11.GPPS ( Defenders Movement Pancasila ) 2
12.Pri ( People's Party Indonesia ) 2
13.Baperki 2
14 . PRIM ( Party of the Republic of Indonesia Merdeka ) 2
15 . PIR ( Association of Indonesia Raya - Wongsonegoro ) 2
16.PIR ( Partai Indonesia Raya - Hazarin ) 2
17.Gerinda 2
18.PRD ( Village People's Party ) 1
19.R.Soedjono Prawirasoedarso 1
Bull 20.Gerakan Republic of Indonesia 1
Indonesian Farmers 21.Partai 1
22.Raja Kaprabonan 1
23.PIR ( West Nusa Tenggara - Lombok ) 1
24 . Permai 1
Number 274
II . blocks of Islam
1 . Masjumi ( Indonesian Muslim Shura Council ) 112
2 . NU ( Nahdlatul Ulama ) 91
3 . PSII ( SI Party of Indonesia ) 16
4 . Perti ( Unity Tarbiyah Islamiyah ) 7
5 . ADMIT - Madura 1
6 . PPTI 1
7 . Movement Sunda option 1
8 . Center Drive candidacy L.E.Idrus Effendi
Southeast Sulawesi 1
Number 230
 
III . Socioeconomic block
1 . Labor Party 5
2 . Murba Party 4
3 . Acoma 1
Number 10
 
At that time the entire Islamic party politic view that Islam and politics are inseparable and are part of the law , it is apparent in Mukaddimah draft Constitution prepared by the Islamic group that reads " .. So to maintain that independence , our nation appears logical resolved to compose the Republic Indonesia became a sovereign state based on Islam " . The thoughts and considerations chose Islam as the state can be seen in the speeches of the leaders of the Islamic faction at that time , which basically believes that in addition to regulating Islamic Aqeedah issues , worship and morals also govern the relationship of individuals and communities as well as state , in addition to democratic grounds where the largest part of Indonesian society is Muslim.
The second election was held on July 3, 1971 , in the early days of the New Order . The second election was followed by ten political parties of which there are four Islamic parties gained 10 seats PSII , NU 58 chairs , 26 chairs and Parmusi Islamic Party Perti got 2 seats . The total number of seats of Islamic parties is 96 seats of the 362 House seats up for grabs , or by 26.5 % . Since the 1977 elections until 1997 that occurred during the 20 years of political rationalization by the New Order government that there are only three political parties namely the United Development Party as an Islamic party , Golkar and the Indonesian Democratic Party . Islamic Party fade with the vote continues to decline , namely the 1977 election by 27.5 % seats of the 360 ​​seats in parliament , election 1982 , gaining 26.1 % of the 360 House seats , gaining 15.25 % 1987 election of 400 seats the contested 1992 election gaining 15 % of the 400 seats it contested the last election and that the election of the New Order in 1997 gained 16 % . ( see table 2 .
 
Table 2 : Acquisition Development Party Chair since 1977
 
Election Seats In Parliament Preolehan %
Contested seats
-------------------------------
1977 360 99 27.50
1982 360 94 26.10
1987 400 61 15.25
1992 400 62 15.50
1997 400 64 16:00
Elections during the New Order , Golkar held under the domination always gain seats above the 62 % to 75 % which is a political tool of the New Order government . Because the acquisition suaru Islamic party in this period is not indicative of the attitude of voters who actually conducted in an open and democratic elections . New Order which uses all the power of the Golkar political , and military bureaucracy to support and retain power . Golkar victory is fully supported by the power of the bureaucracy and the armed forces .
Islam In The Reform Party
The birth of the Reformation period was marked by the fall of the Suharto government in taggal May 21, 1998 , caused by the huge mass demonstrations demanding a change in all fields, including political freedom , freedom of the press and the eradication of corruption, collusion and nepotism . President BJ Habibie succeeded Suharto who at that time to tap this democracy with the widest is to open and press freedom as well as freeing the establishment of political parties are new . This new era dasmbut with great fanfare by the demands radical changes in politics .
President BJ Habibie policy that frees the founding of the party politicians , welcomed the birth of hundreds of new political party in Indonesia that is at least 181 political parties , which is followed by an accelerated election in June 1999 . In the first election the reform period , not all registered political parties can participate pemuli , because after verification by the Election Commission elections was only attended by 48 political parties . This election , the election is considered as the most demakratis dilasanakan by Indonesian nation throughout its history after the first election in 1955 . From all political parties contesting the elections there are at least 8 Islamic political party , as described in the earlier part of this paper .
The results of the 1999 election, reveals that the acquisition of Islamic political parties is very small compared with the vote a political party which is not based on Islam . United Development Party who has lived almost a century ¼ only get 58 seats in the House which is 12.6 % of the 462 contested seats . Star Party gained 13 seats or 2 % , of the Justice Party gained 7 seats or 1.5 % , Nahdlatul Ummah Party gained 5 seats or 1 % , as well as 3 other Islamic parties meperoleh their seats 1 seat , which Ummah Awakening Party , party party Masjumi Syarikat Islam and thus amounted to 3 seats or 0.64 % . ( See Table 3 )
Table 3 : Obtaining Islamic party chair In 1999 Election
Name of Party Chair acquired %
1 . United Development Party 58 12.6
2 . 13 2.0 Star Party
3 . Justice Party 7 1.5
4 . Nahdlatul Ummah Party 5 1.0
5 . Masjumi 1 0.2
6.Partai Rise of Ummah 1 0.2
7 . Party Syarikat Islam Indonesia 1 0.2
Total 86 18.6
 
Meanwhile , both Islamic mass -based party , a seat which is not so great , the National Awakening Party gained 51 seats , or 11 % , and the National Mandate Party gained 34 seats or 7.36% . So the total number of seats the two parties is 85 seats or 18.36 % . This amount by the seat of Islamic parties . While the total number of seats the party barbasis Islamic parties and Islamic mass is 171 seats , or 37 % .
The role and position of parliamentary election results in 1999, menemptai very strategic position for the future of Indonesia , because in this period and the strategic policies essential for the future of Indonesia in place , among others, in the presence of a very large change in the Constitution of the Republic Indonesia.
The interesting thing was observed that the views and position of Islamic parties and parties berbasikan Muslim masses in prdebatan different views about article 29 of the 1945 Constitution . Islamic Parties led by the Crescent Star Party and the United Development Party proposed the addition of seven words of the Jakarta Charter in article 29, paragraph 1 , which is on God with the obligation to carry out Islamic shari'ah adherents . On the other hand this proposal did not receive support from both the Muslim-based party in the Assembly . This is understandable because these two parties menklain itself as an open and inclusive party . Very different from the position konstiante debate in the 1955 election results , in which all Islamic parties fight for Islam as the basis of the State , both of which sit in the Assembly NU and Muhammadiyah as a member of the base Masjumi incredible . These developments indicate a significant change in the way politicians view the state of the relationship with the Islamic religion ( Islam ) .
On the other hand , when it comes to practical politics in terms of determination and leadership elections , Islamic parties and Islamic mass -based parties can come together and have the same view . It can be seen at the time of the election of President Abdurrahman Wahid in the 1999 General Session . It is also evident in the political process and decision -making regarding the determination of various public officials by the House , almost certain that the parties can come together and emiliki same view . These symptoms menjukkan pragamtis attitude Islamic politicians in parliament in politics .
 
Future of Islamic Political Parties in Indonesia
Taking into account the ratio of votes in the 1955 elections the Islamic party that is 45.13 % with the 1999 elections is 18.6 % , it can be concluded that the number of seats and electoral support to Islamic parties in the democratic elections in 1999 that lost the support is decreased by 26 , 53 % . Similarly, when compared to the seat of the Islamic parties in the 1955 elections was 45.13 % with a combination of Islamic parties and parties in the Muslim-based election in 1999 by 37 % , also had a significant decrease of around 8.13 % .
Where voice support for Islamic parties lost the 8.3 % ? It is believed that most of the incoming voice for Islam in the Golkar Party , The strong influence of bureaucracy that gives support to the Golkar Party in the last election in 1999 , in addition to many of the figures and the NU family Masjumi entering the Golkar Party as a political system that was developed by Order new very strong . This can be seen in the moderation of the Golkar politicians over demand and the views put forward by the Islamic parties or Muslim-based parties .
It is not easy for Islamic parties to re- occupy the position as it is generated by the 1955 election . Many of the changes and shifts that occur as a result of the New Order politics . Elections in 1999, still affected by the atmosphere of the fall of the New Order and the transition that still gives hope to the Islamic parties to gain a better suaru the next elections . However big victory in the 1999 elections PDIP ago is because of the strong pressure against the regime of Suharto and Megawati's PDIP , so got a very strong public sympathy . As said by Johnson Paid ( Free Indonesian Parliament 2001:144 ) , PDIP is highly personalistic party . Megawati has inherited his father's followers are very charismatic . The party supporters love Mega .
On the other hand , the victory of Golkar Party strongly associated with a very strong influence of the bureaucracy was previously a winning machine for the Golkar Party . This is apparent in the very large Golkar victory in regions outside Java .
Opportunities for Islamic parties is the shift in voter choice before choosing PDIP and Golkar Party , and of the voters . It can only be achieved by the ability of the internal consolidation of Islamic parties in order to organize , memobilasi , formulate and express the interests of the Islamic ummah better . Stream political jargon and ideology still worth voiced by Islamic parties in addition to offering programs better and to touch people's interests at large.
Register Kepustkaan

1 . Yusul Al - Qardhawy , Guidelines Stateless In Islamic Perspective , dar Translation Original Title : As- Siyasah ash- Syari'yah , by Kathur Suhadi , Pustaka Al Kauthar , Cet.I , Jakarta , 1999.
2 . Musda Mulia , an Islamic State - Political Thought Husayn Haykal , Doctoral Dissertation , Graduate Program Parca IAIN Syarif Hidayatullah , Jakarta , 1997.
3 . Klingemann , Hans - Dieter at.al. Party , Policy and Democracy , Translation of Original Title : Parties , Policies , and Democracy , by Sigit Jatmika , Library Student , Yogyakarta , 1999.
4 . Nasution, Adnan Buyung , Aspiration Constitutional Government in Indonesia , Cet.II , PT Pustaka Utama Grafiti , Jakarta , 2001.
5 . Basalim , Umar , Pros - Cons Jakarta Charter in the Era of Reform , The Library Indonesia , Jakarta 2001 .
6 . Foundation API , Free Indonesian Parliament , Cet.I , 2001.
7 . Budiardjo , Miriam , Fundamentals of Political Science , Scholastic , Jakarta , 1991
8 . Haryanto , Political Systems - An Introduction , Liberty , Yogyakarta , 1982.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda