Minggu, 25 Agustus 2013

Babak Baru Islam Amerika

Babak Baru Islam Amerika

Katakan sesungguhnya, apapun yang kalian perbuat adalah keadilan bagi semua orang. Begitulah pandangan dunia sebagai subjek kebijakan Amerika Serikat semasa Presiden George Walker Bush dan Barack Obama. Namun tidak bagi para predator yang menyebut dirinya teroris.

Opini dan pendapat mereka, justru AS yang selama ini menjadi pemicu penyebaran terorisme di seluruh seantaro dunia. Berawal dari spekulasi kebijakan Bush pasca tragedi 11 September 2001 yang menuduh Irak sebagai pusat terorisme dan memiliki senjata pemusnah massal. Isu itu pun ilusi, terbukti dalam perjalanan waktu bahwa AS tidak bisa buktikan sama sekali tuduhan mereka. Hingga akhirnya rezim Saddah Husein hancur dan di hukum mati. Legenda 9/11 berkontemplasi di tengah harapan perdamaian penuh kecemasan karena hubungan antara Islam dan Kristen sebagai new symbol dalam tahapan berfikir para penganut agama dan kekuasaan saat itu kian renggang.

Menurut Sumiati Anastasia (Jawa Pos, 17/4), pasalnya AS di bawah komando Bush menganggap Osama Bin Laden pertama kali berbasis di Irak sebagai komponen gerakan radikal yang mewakili Islam. Osama juga berbalik menuduh Bush dan bangsa Amerika sebagai crusader yang mewakili kekristenan. Padahal, jujur, melihat akan persoalan terorisme dan fenomena radikalisasi di belahan dunia, itu jelas tidak lepas dari kebijakan invasi Afganistan dan Irak pasca tragedi 9/11 itu.

Bagi tokoh agama kita seperti KH H Hasyim Muzadi dan delegasi lintas agama notabene menolak perang, melawat ke Vatikan Roma, berdialog agar dapat menghentikan rencana agresi militer AS ke Afganistan dan Iran. Mendiang Paulus Yohannes II mengatakan kepada para tokoh agama di dunia “perang merupakan kekalahan terbesar bagi kemanusiaan dan sekaligus bagi agama-agama” (The Jakarta Post 21 Februari 20013).

Paus sebagai juru damai juga mengingatkan kepada Bush bahwa perang itu akan jadi preseden buruk bagi masa depan dunia terutama Islam dan Kristen. Bush, menurut istilah George Soros dalam 'Buble of American Supremacy', telah membajak tragedi 9/11 untuk mengagresi Irak. Padahal tak ada bukti dan kaitan Al Qaeda dan rezim Saddam Husein.

Toh, Bush tetap menyetir mesin perang AS, melakukan agresi, war to terrorism sembari mengajak Inggris sebagai sekutu setia dalam memburu kelompok Islam radikal di mana pun berada. Sampai berlanjut pada masa presiden Obama awal tahun 2012 lalu yang berhasil menembak mati Osama bin Laden dalam penyerangan di Islamabad, Pakistan. Namun bagi dunia muslim bersama agama lain, rasa was-was kembali menyesakkan dada, kendati program deradikalisasi AS ke berbagai negara dan kerjasama membentuk satuan pemburu teroris di setiap negara (Indonesia disebut Densus 88) merangsang kembali tumbuh kelompok radikal yang suatu saat mengancam dunia dan Amerika Serikat sendiri.

Buktinya, di sepanjang negara Timur Tengah tiada hari tanpa bom bunuh diri berkekuatan besar seperti Iraq, Afganistan, Arab Saudi, dan Libya. Peran Amerika Serikat dalam perang Irak dan Afganistan disebut sebagai motif pelaku peledakan di Maraton Boston pekan lalu. Fakta ini merupakan hasil pemeriksaan awal terhadap tersangka Dzhokhar Tsarnaev. (kompas.com, 24/04/2013)

Begitu pun di Indonesia sederet legenda dan sejarah pengeboman oleh kelompok radikal Islam dengan memusatkan sasaran pada kepemilikan Amerika dan Australia, seperti bom Bali I dan II, bom Hotel Ritz Carlton, bom Hotel Marriot, bom Gereja Solo, bom Masjid Polres Cirebon, dan bom Buku Jakarta. Belum lagi bom-bom yang tidak teridentifikasi tempatnya oleh Densus 88. Prediksi bom yang menyebar di Indonesia adalah desain ideologi kapitalis dan pembajak negara berkembang sebagai isu utama dalam menguasai dan mengontrol suatu negara tertentu.

Tersandera War Terrorism

Di tengah menggeliat kampanye Hak Asasi Manusia (HAM) secara universal dan memunculkan hukuman mati bagi para pelaku terorisme sebagai pelanggaran HAM berat yang mengakibatkan nyawa melayang dan cacat seumur hidup. Di saat itu pula kelompok Islam atau politik radikal lain menunjukkan militansi gerakan dengan merekrut generasi muda sebagai eksekutor dan pemimpin mereka dalam melancarkan agenda.

Prinsip kelompok radikal “mati satu tumbuh seribu”, jihad dengan ideologi pilihan lebih mulia karena ingin mendapat predikat mujahid dan sahid. Mereka berpendapat bahwa desainer terorisme seperti AS bersama sekutu hanyalah kepentingan untuk tetap menjadi negara adikuasa yang bisa mengontrol dan menghakimi negara berkembang.

Namun, tidak disangkal negara ketat seperti AS dengan predikat kedigdayaan, tiba-tiba menjadi tercoreng dan masa depan pun buram karena dikagetkan oleh bom meledak berkekuatan low explosive dan sangat dahsyat. Negara desainer antiteror itu, justru kembali meradang. Pasalnya bom Boston membuat dunia Amerika maupun Eropa khawatir akan ancaman teror bom yang sewaktu-waktu bisa mengancam mereka. Akan tetapi, tidak lama kemudian FBI bekerja investigatif dan berhasil menembak pelaku teror bom tersebut.

Ada hal berbeda dengan pelaku bom Boston Tamerlan Tsarnaev dan Dzokar Tsarnaev mereka berasal dari warga negara Amerika sendiri yang berkebangsaan Chechen. Sebagaimana di beritakan media antaranews.com (22/04/2013) yang berawal dari kakek neneknya dideportasi oleh polisi rahasia Stalin dalam kampanye pengusiran massal warga etnis Chechen pada Perang Dunia II. Orangtuanya pindah ke Amerika Serikat dari Dagestan demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kemudian mereka menjadi penganut Islam.

Selama ini pemerintah Amerika hanya tau bahwa yang sering melakukan peledakan bom kelompok atau bunuh diri adalah bangsa Arab maupun umat Islam. Pemerintah Amerika yang selama ini mewakili blok barat sendiri sering mengatakan “Muhammad sang Nabi itu mengajarkan kebaikan dengan pedang” dan lebih keras lagi Barat menjustifikasi Islam sebagai agama terorisme. Sungguh sangat menyedihkan bukan?

Padahal, terus terang saja kita katakan bahwa penyebaran ideologi kapitalisme dengan segala konsekuensi menyulut api militansi manusia melawan penindasan para kaum pemodal. Padahal semua agama merupakan entitas perdamaian dan keadilan, bukan Islam, juga bukan Kristen yang harus dimusuhi.

Kini terorisme bukan dari kelompok Islam radikal saja. Bahkan dari kelompok bangsa Amerika yang kecewa terhadap berbagai kebijakan politik ekonomi dunia yang banyak merugikan semua orang. Kita juga harus sebisa mungkin mengungkapkan motif di balik peristiwa Boston secara benar dan tepat.

Kalau dilihat dari dinamika politik dan ekonomi Amerika Serikat selalu terjadi ketegangan yang muncul ke permukaan. Terutama pada pemilihan presiden kemarin yang banyak menyisakan teka-teki atas kemenangan Obama. Bisa saja peristiwa Bom Boston ada kaitan erat dengan friksi Pemilu AS yang lalu.

Begitu juga kepada umat Islam agar tidak terprovokasi atas peristiwa pengeboman di daerah Boston tersebut. Kekhawatiran muncul kembali ketika pemerintahan Obama dan para sekutunya mencoba mengulangi isu yang sama dengan menuduh bangsa Arab dan negara Islam lain sebagai desainer pelaku Bom Boston yang terjadi beberapa waktu lalu.

Apalagi sekarang hubungan antara Iran dan Amerika Serikat merenggang disebabkan soal nuklir dan Amerika Serikat Cs dengan Korea Utara dalam hal nuklir juga. Friksi-friksi itu tentu pasti akan muncul new issue sebagai agitasi perang terhadap Iran dan Korea Utara demi menguasai dan menumbangkan rezim.

Semua hal ini bisa saja terjadi di luar kendali PBB dan OKI sebagai perwakilan berbagai negara di dunia. Namun negara-negara lain juga ikut berusaha mencegah isu religion rasis of Judaism yang selama ini didalangi AS dan Israel sehingga peristiwa Bom Boston tidak terulang kedua kali menuduh gerakan Islam radikal sebagai penyebab kerusakan. Dunia wajib mengingatkan bangsa Amerika dan sekutunya bahwa agenda program perang terhadap terorisme menumbuhkan kebencian dan menjijikkan yang sangat luas, sehingga Amerika sendiri tersandera war terorism.

Sungguh kekhawatiran yang sangat mendalam menyelimuti bangsa Amerika khawatir dan pemerintah AS sendiri sedang mengejar para buronan yang dianggap oleh mereka terorisme. Satu pelaku sudah tumbang yakni Tamerlan Tsarnaev (26). Pelaku peledakan bom Boston ini tewas setelah baku tembak dengan polisi di permukiman padat penduduk di daerah Watertown, Massachusetts Amerika Serikat pada Kamis malam.

Sementara Dzokhar berhasil melarikan diri awalnya, namun FBI dalam tahap pengejaran juga berhasil membekuk, sehingga Dzokar menyerah di balik perahu belakang rumah warga masyarakat setempat lalu di bawa ke Rumah Sakit Beth Israel, Boston, Massachusetts, Amerika Serikat pada selasa (23/4/2013) waktu setempat.

Otoritas setempat pun menggarisbawahi bahwa ini masih tahap pemeriksaan awal, dan akun-akun elektronik Dzhokhar masih harus diperiksa lebih lanjut untuk memastikan adanya kontak dengan jejaring kelompok radikal. Kepada para penyidik, Dzhokar mengatakan, dia dan kakaknya, Tamerlan Tsarnaev, meradikalisasi diri berdasarkan "pengetahuan" dari internet.

Merujuk pengakuan Dzhokhar pula, penyidik tengah menelusuri benar atau tidaknya ada majalah online berbahasa Inggris Inspire yang disebut merupakan terbitan Al Qaeda. Dzhokhar mengaku belajar merakit peledak dari salah satu artikel majalah itu. (kompas.com, 24/04/2013) Kemudian, pekan depan dia akan disidang. Dzokhar terancam hukuman mati.

Bagi teroris militan sekali dan seterusnya adalah kewajiban untuk sahid. Maka siap-siaplah untuk lebih hati-hati bagi Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman yang suatu saat mengancam siapa saja. Mereka tidak pandang bulu menyasar warga AS dari tua-renta sampai anak-anak serta fasilitas kedutaan Amerika sendiri di berbagai negara di belahan dunia harus dijaga seketat mungkin.

Babak Baru Islam Amerika

Peristiwa Bom Boston itu merupakan babak baru setelah tragedi 9/11 yang membuat Amerika menekan pelatuk mesin perang dalam memberantas terorisme. Obama sendiri dalam berbagai kesempatan pidatonya mengatakan “terorisme perbuatan keji dan biadab”. Memang benar, namun siapa penyebab dari semua ini, tentu kita harus mengkaji ulang kembali.

Sehingga lebih enak mengurai suatu persoalan ketika menghadapi ancaman terorisme. Justru, lebih penting adalah merangkul seluruh tokoh Islam dan tokoh agama lain yang tergabung dalam lintas agama untuk menggelar deklarasi damai. Agar stigmatisasi yang muncul dapat teratasi dengan baik, tidak lagi ada friksi desain intelijen AS maupun tuduhan terhadap kelompok agama tertentu.

Hal ini babak baru bagi Islam Amerika karena per tahun perkembangan dakwah Islam di sana mencapai puluhan ribu memeluk dan meyakini Islam sebagai agamanya. Maka mau tidak mau pemerintah bersama tokoh Islam harus berbondong-bondong melindungi saudara kita yang tidak terlibat dalam segala peristiwa yang membuat sumuk (panas) situasi dan kondisi.

Pertimbangannya adalah syiar Islam yang sangat maju di Amerika Serikat harus dipelihara sedemikian rupa, mengingat bangsa Amerika, yang mayoritas Yahudi dan Kristen, maka saling menghargai harus dipakai sebagai slogan damai. Selain itu, Islam harus menjadi agama yang benar-benar bisa mempertahankan nilai-nilai perdamaian, sehingga dapat mengukur prestasi di antara paham lain. Hal inipun tergantung individu dan berbagai kelompok yang ada bahwa kondisi yang terjadi saat ini merupakan tantangan bagi Amerika Serikat memerangi terorisme dan kesukaran bagi Islam berkembang.

Kemunculan Firqoh(kelompok) Rofidhoh dimulai ketika munculnya seorang Yahudi dari yaman bernama Abdullah bin Saba’yang berpura2 masuk islam dan berpura2 mencintai Ahlul bait Nabi Sallalahu Alaihi Wasallam, bersikap berlebihan terhadap Ali bin Abi Tolib Rodhiallahu Anhu, mendakwakan bahwa Nabi telah mewasiatkan kepada Ali bin Abi Tolib untuk menjadi khalifah setelah wafatnya nabi lalu menganggapnya sebagai Tuhan, hal ini diakui oleh buku2 syiah.
Dalam buku Al Maqolat wal Firoq hal 10-21 : Al Qummi mengakui keberadannya dan menganggap ibnu saba’ sebagai orang pertama yang mengatakan bahwa nabi telah mewasiatkan kepada Ali untuk menjadi imam , bahwa Ali akan kembali lagi ke dunia setelah wafat, dan orang pertama yang memulai mencela dan memaki Abu Bakar, Umar, Utsman dan seluruh sahabat nabi. Hal ini seperti dikemukakan Naubakhti dalam bukunya Firoqusyi’ah hal 19-20. Al Kisyi juga mengemukakan hal yang sama dalam bukunya Rijalul Kisyi hal 106-108. pengakuan adalah bukti yang terkuat dan mereka adalah pemuka ulama rofidhoh.
Sebab penamaan mereka dengan Syi’ah Itsna asyriyyah.(dua belas)
Dari 12 imam yang dianggap imam oleh Rofidhoh sbb:

  1. Ali bin Abi Tolib Rodhiyallahu Anhu yang mereka juluki dengan Al Murtadho, khulafa Rosyidin ke 4, menantu Rasululah saw, mati dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljim si Khawarij di masjid Kufah tahun 17 Romadhon 40 H.
  2. Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhuma yang dijuluki almujtaba.
  3. Husein bin Ali Radhiyalahu Anhuma yang dijuluki syahid.
  4. Ali Zainal Abidin bin Husein (80-122) yang dijuluki Al sajjad.
  5. Muhammad Al baqir bin Ali Zainal Abidin (meninggal th 114 H) yang dijuluki Al Baqir.
  6. Ja’far Assodiq bin Muhammad Al Baqir (meninggal th 148 H) dijuluki Assodiq.
  7. Musa Al Kazim bin Ja’far Assodiq (meninggal th 183 H) dijuluki Al Kazim.
  8. Ali Arridho bin Musa AL Kazim (meninggal th 203 H)dijuluki Arrodhiy.
  9. Muhammad Al Jawwad bin Ali Arridho (195 H-226H)dijuluki Attaqiy.
  10. Ali Al Hadi bin Muhammad Al Jawad (212-254 H) dijuluki Annaqiy.
  11. Hasan Al Askari bin Al Alhadi (232-260 H) dijuluki Azzakiy.
  12. Muhammad Al Mahdiy bin Hasan Al Askari, tidak diketahui kapan dilahirkan, ada yang berpendapat bahwa dia belum mati tapi menghilang di sirdaab. Dijuluki sebagai Alhujjah yang ditunggu2 dan kita Ahlussunnah menjulukinya dengan mahdi palsu.
Mereka menyangka bahwa Imam mahdi tersebut telah menghilang di sebuah lobang di rumah ayahnya di Samurra’ di Irak dan tidak pernah keluar lagi. Terjadi perselisihan mengenai waktu menghilangnya mahdi tersebut. Ada yang berpendapat dia berumur 4 tahun saat menghilang, ada yang berpendapat bahwa diamenghilang umur 8 tahun. Tetapi kebanyakan peneliti dan ulama berpendapat bahwa imam ke dua belas tersebut meamng tidak pernah ada, hanya merupakan karangan orang syi’ah saja.
Sebab Penamaan mereka sebagai Rofidhi
Kata Rofdh secara bahasa memiliki makna menolak.[1]
Rafidhoh secara istilah bermakna: sebuah firqoh(kelompok) yang menyatakan diri mendukung dan cinta ahlul bait nabi Sallalahu Alaihi Wasallam dengan memusuhi Abu Bakar dan Umar serta para sahabat kecuali beberapa orang, mengkafirkan mereka dan mencela/memaki para sahabat.
Imam Ahmad bin Hambal berkata Rofidhoh adalah mereka yang memusuhi sahabat nabi Sallalahu Alaihi Wasallam, yang memaki2 dan menghina mereka.[2] Abdullah bin Ahmad berkata : "aku bertanya kepada ayahku tentang Rofidhoh maka dia menjawab bahwa mereka adalah yang memaki Abu Bakar dan Umar."[3]
Imam Abu Qosim Attaimiy yang dijuluki dengan pembela sunnah tentang Rofidhoh: "mereka adalah yang memaki Abubakar dan Umar Rodhiyallahu Anhuma, semoga Allah meridhoi mereka berdua dan para pecinta mereka berdua."[4]
Tidak ada kelompok lain selain Rofidhoh yang mencela Abu Bakar dan Umar, ini adalah karena besarnya kehinaan mereka, semoga mereka dimusuhi Allah.

Syeikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata:
"Hanya Rofidhoh yang memusuhi dan melaknat Abu Bakar dan Umar, tidak ada selain mereka yang membenci kedua sahabat tersebut."[5]
Dalam literatur Rafidhoh telah dijelaskan bahwa cinta kepada Abubakar dan Umar adalah batasan yang membedakan mereka dengan kelompok lain yang mereka sebut sebagai Nawasib. Darrazi meriwayatkan dari Muhammad bin Ali bin Musa: "Aku menulis surat kepada Ali bin Muhammad Alaihissalam[6] tentang Nasibi apakah perlu untuk mengujinya/mengetahuinya dengan lebih jauh dari sekedar mendahulukan Jibt dan Toghut[7] (daripada Ali) dan meyakini bahwa mereka berdua adalah Imam? Maka beliau menjawab bahwa siapa saja yang begitu berarti nasibi."[8]
Sementara itu kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa sebab mereka disebut Rofidhoh adalah karena mereka menolak Zaid bin Ali dan keluar dari tentaranya setelah sebelumnya mereka adalah tentara Zaid bin Ali saat beliau memberontak kepada Khalifha Hisyam bin Abdul Malik tahun 121 H setelah mereka mengumumkan permusuhan terhadap Abubakar dan Umar lalu dilarang oleh Zaid.
Abul Hasan Al Asy’ari berkata : Zaid bin Ali berpendapat bahwa Ali adalah sahabat yang paling utama dan berpendapat boleh memberontak kepada pemerintahan yang zolim serta mencintai Abubakar dan Umar. Setelah muncul orang yang memaki abubakar dan Umar di kalangan tentaranya maka dia memarahi mereka. Lalu sebagian tentaranya menolak perkataan Zaid dan memisahkan diri dari kelompoknya lalu Zaid berkata: "Kalian telah menolakku (rofadhtumuunii)", maka dikatakan bahwa mereka disebut sebagai Rofidhoh karena perkataan zaid di atas.[9]
Qowamussunah[10], Arrozi[11], Syihristani[12], Ibnu Taymiyyah[13] juga berpendapat demikian. Sementara itu Abul Hasan Al Asy’ari memiliki pendapat lain, yaitu mereka diseut rofidhoh karena menolak kepemimpinan Abubakar dan Umar.[14] Kaum Rofidhoh sangat tidak senang dengan sebutan ini dan berpendapat bahwa julukan ini (rofidhoh) adalah sebutan yang berasal dari musuh mereka. Muhsin Al Amin berkata “Rofidhoh adalah ejekan kepada mereka yang mengutamakan Ali bin Abi Tolib dalam khilafah dan kebanyakan digunakan untuk ejekan”.[15]
Oleh karena itu mereka menyebut diri mereka sebagai syi’ah dan dikenal luas dengan sebutan ini, serta memebuat beberapa cendikiawan tepengaruh dan menyebut mereka dengan sebutan syi’ah. Pada hakekatnya istilah syi’ah sendiri bermaknan umum yaitu mereka yang membela atau masuk dalam golongan seseorang. Memang Mereka secara nampak masuk dalam golongan Ali bin Abi Tolib tapi mereka menolak kepemimipinan Abubakar dan Umar serta menolak kebenaran maka mereka sebenarnya adalah rofidhoh, dan inilah sebutan yang harus kita gunakan untuk menyebut mereka.

[1] Qamus AL Muhith, Fairuz Abadi 2/332, Maqayiis Allughoh, Ibnu Faris 2/422.
[2] Tobaqot AL Hanabilah Ibn Abi Ya’la 1/33
[3] Riwayat Al Khollal dalam kitab Assunnah no 777 dengan sanad sohih menurut peneliti kitab tsb.
[4] Al Hujjah fi bayan Al mahajjah 2/478
[5] Majmu’ Fatawa 4/435
[6] Abul Hasan  Ali AlHadi bin Muhamad Al Jawad salah seorang Imam Syi’ah.
[7] Yang dimaksud adalah Abubakar dan Umar. Disebutkan dalam tafsir Al Ayyasyi 1/246 dalam keterangan surat
Annisa’ ayat 51.
[8] Al Mahasin Anifsaniyyah karangan Muhamad AL Asfur Addarrozi hal. 145.
[9] Maqolatul Islamiyiin 1/137
[10] Alhujjah fi bayanil mahajjah. 2/478
[11] I’tiqod Firoqul Muslimin wal Musyrikin. Hal. 52.
[12] AL Milal wannihal 1/155
[13] Minhajussunnah 1/8 Majmu’ Fatawa 13/36.
[14] Maqolatul Islamiyin 1/89
[15] A’yanu Syi’ah 1/20

Berharap Hanya Kepada Allah SWT Saja


Tiga Keutamaan Dari Berharap
Sekali waktu, Anda bersedekah tanpa berharap, tanpa meminta. Yah silahkan saja. Anda memperoleh satu keutamaan. Namanya keutamaan bersedekah. Namun di lain waktu Anda bersedekah dengan berharap, dengan meminta. Nah ketahuilah kali ini Anda memperoleh tiga keutamaan sekaligus. Apa saja?

  • ·         Pertama, keutamaan bersedekah
  • ·         Kedua, keutamaan berharap. Karena berharap itu sama dengan meminta. Meminta itu sama dengan beribadah. Beribadah itu berpahala.
  • ·         Ketiga, keutamaan iman. Ketika Allah menjanjikan sesuatu- apakah itu kemudahan di dunia maupun kemudahan di akhirat, kemudian Anda berharap ditepatinya janji tersebut, itu bukan saja boleh, tapi harus!! Karena itulah iman! Anda yakin kepada Allah! Anda yakin akan janji-janji Allah! Dalam kalimat yang lain, Ust Yusuf Mansur juga menyatakan demikian.
  • ·         Perhatikan baik-baik, betapa menyenangkan dan menenangkan kalau kita berharap dalam beramal. Bukan sekedar beramal.

Harap itu Bagian Dari Iman
Pahamilah benar-benar bahwa takut, harap dan cinta kepada Allah adalah bagian dari iman. Dan pernyataan barusan disepakati oleh seluruh Ulama – Tanpa kecuali.
  • ·         Jika seseorang merasa takut kepada Allah dan balasan Allah, mungkin itu berupa kesulitan di dunia dan di akhirat, maka ia akan beribadah. Tanpa takut, ia tidak akan beribadah.
  • ·         Jika seseorang merasa harap kepada Allah dan balasan Allah, mungkin itu berupa kemudahan di dunia maupun di akhirat, maka ia akan meningkatkan ibadah. Tanpa harap, ia tidak akan meningkatkan ibadah.
  • ·         Jika seseorang merasa cinta kepada Allah, maka ia akan melakukan ibadah yang terbaik. Tanpa cinta, ia tidak akan melakukan ibadah yang terbaik.
  • ·         Dengan kata lain, semakin besar harapan seseorang kepada Allah dan balasan Allah, maka semakin baik pula ibadahnya. Demikian pula sebaliknya.
  • ·         Namun, masih ada juga yang meremehkan, “Ah , itu soal tahapan saja. Kalau pemula, memang mainnya di tahapan takut dan harap”. Maaf, kami terpaksa menggeleng-gelengkan kepala. Karena Nabi pun memiliki harap dan takut kepada Allah. Lha, mana mungkin nabi itu pemula?.

Menurut pengamatan kami, orang-orang yang kurang menaruh harap kepada Allah, akhirnya cenderung menaruh harap berlebihan kepada dirinya sendiri atau orang lain. Jadilah manusia menuhankan manusia!. Mungkin, seseorang menganggap otaknya sebagai tuhan kecil. Bawahan menganggap atasannya sebagai tuhan kecil. Pengusaha menganggap investornya sebagai tuhan kecil.

Terus, penjual menganggap pembelinya sebagai tuhan kecil. Mahasiswa menganggap dosennya sebagai tuhan kecil. Pasien menganggap dokternya sebagai tuhan kecil. Anak menganggap orangtuanya sebagai tuhan kecil.  Orang miskin menganggap orang kaya sebagai tuhan kecil. Padahal ini semua jelas-jelas keliru!

Ada pula yang berharap pada mesin, alam atau kejadian-kejadian. Contoh kecil saja, pramugari. Ketika memberi pengarahan, pernahkah pramugari mengajak para penumpang berdoa dan berharap kepada Allah? Mereka pikir canggihnya pesawat, mahirnya pilot, cerahnya cuaca, dan rencana darurat sudah cukup menjamin keselamatan penumpang? Ini kan jelas-jelas keliru! Saran kami bagi maskapai, tetaplah memberi pengarahan seperti biasa, namun awali dengan ajakan berdoa dan berharap kepada Allah.
Malaikat Pun Berharap
Jadi, bolehkah berharap?? Rasa-rasanya tidak perlu gelar MBA untuk menjawabnya. Bukan saja boleh, tapi harus berharap! Asalkan berharapnya kepada Allah, bukan kepada selain Allah.
  • ·         Dijelaskan dalam sebuah hadist bahwa para malaikat berharap kepada Allah agar ditempatkan di surga.
  • ·         Dijelaskan juga dalam hadist yang lain bahwa Nabi Muhammad berharap kepada Allah agar ditempatkan di surga.
  • ·         Nabi Ibrahim pun berharap kepada Allah agar mempusakai surga. (QS.26:85)
  • ·         Dijelaskan berulang kali dalam kitab suci bahwa nabi-nabi berharap upah dari Allah
  • ·         Kalau nabi-nabi saja melakukannya, pastilah itu yang paling benar. Dan itulah ikhlas! Dimana seseorang berharap kepada Allah, termasuk berharap dipenuhinya janji-janji Allah.
  • ·         Sekali lagi, kalau nabi-nabi saja melakukannya, pastilah itu yang paling benar! Tidak mungkin nabi-nabi itu tidak benar! Tidak mungkin nabi-nabi itu tidak Ikhlas!

Allah Mendidik Kita Untuk Berharap
Allah pernah berfirman, “Wahai anak Adam, bersungguh-sungguhlah engkau beribadah kepada-Ku. Niscaya Aku akan memenuhi dada engkau dengan kecukupan dan Aku akan menanggung kefakiran engkau. Bilamana engkau tidak melakukannya, maka Aku akan memenuhi dada engkau dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiran engkau”. Itu artinya, dengan ibadah yang sungguh-sungguh, kita boleh berharap dicukupkan dan dijauhkan dari kefakiran.

Lebih jauh lagi, berharap kepada Allah itu memang fitrahnya manusia. Karena Allah-lah yang telah mendidik kita untuk berharap dengan adanya kemudahan dan kesulitan, pahala dan dosa,, surga dan neraka. Akhirnya, harapan demi harapan pun terbesit di hati manusia. Right??
  • ·         Diimbuhkan oleh Nabi, “Sesungguhnya, pahala (ganjaran) engkau sesuai dengan kadar kepayahan dan nafkah engkau”
  • ·         Bukankah Allah sengaja meninggikan ganjaran bersedekah sesuatu yang dicintai ketimbang bersedekah sesuatu yang biasa-biasa saja?
  • ·         Bukankah Allah sengaja meninggikan ganjaran berumrah di bulan Ramadhan ketimbang berumrah di bulan lainnya?
  • ·         Bukankah Allah sengaja meninggikan ganjaran berpuasa sunnah dua hari ketimbang berpuasa sunnah satu hari?
  • ·         Bukankah Allah sengaja meninggikan ganjaran sholat dhuha delapan rakaat ketimbang sholat dhuha dua rakaat?
  • ·         Bukankah Allah sengaja meninggikan ganjaran berzikir semalaman ketimbang berzikir sekedarnya?

Nabi Mengajarkan Kita Untuk Berharap
Kita lanjutkan. Sekarang, kita dengarkan beberapa wasiat Nabi.
  • ·         Nabi pernah bersabda, “Belilah kesulitanmu dengan sedekah.” Itu artinya, melalui sedekah, kita boleh berharap kesulitan itu teratasi. Kan Nabi yang mengajarkan? Masak Nabi mengajarkan sesuatu yang sifatnya Cuma duniawi? Disetiap ajaran Nabi, pasti juga terdapat sesuatu yang sifatnya ukhrawi.
  • ·         Nabi juga pernah bersabda, “Obatilah penyakitmu dengan sedekah”. Itu artinya melalui sedekah, kita boleh berharap penyakit itu akan terobati.
  • ·         Nabi juga pernah bersabda, “Perbanyaklah sedekah, sebab sedekah dapat memanjangkan umur”. Itu artinya, melalui sedekah, kita boleh berharap panjang umur.
  • ·         Nabi juga bersabda, “Bersegeralah bersedekah, sebab bala tidak pernah mendahului sedekah”. Itu artinya, melalui bersedekah, kita boleh berharap terhindar dari bala.
  • ·         Khalifah Ali pernah menasehati, “Pancinglah rezeki dengan sedekah”. Itu artinya, melalui sedekah, kita boleh berharap rezeki itu datang.
  • ·         Begitu pula dengan sholat dhuha dan sholat tahajjud. Dimana melalui sholat dhuha dan sholat tahajjud kita boleh berharap rezeki, kesehatan dan kelapangan waktu.
  • ·         Memang, hakikat dari seluruh amalan adalah untuk mendapatkan ridha Allah. Itu pasti. Namun Anda juga boleh berharap fadillah, keutamaan, manfaat atau dampak dari amalan tersebut. Kami ulangi lagi, kan Nabi yang mengajarkan?

Sekarang coba Anda bayangkan, ada orang yang menganggap sedekah dengan berharap balasan itu adalah pantang. Ada orang yang menganggap sholat dhuha dan sholat tahajjud dengan berharap balasan itu adalah pantang. Walhasil, sedekah, dhuha dan sholat tahajjudnya gagal menggerakkan 7 keajaiban rezeki secara sempurna. Yah, untuk itulah kami menulis bab ini. Kami mencoba meluruskan kembali konsep berharap.
Tidak Ada Satupun Dalil Yang Melarang Berharap
Dibagian terakhir ini, tolong digarisbawahi tebal-tebal, tidak ada satu dalilpun yang melarang kita untuk berharap kepada Allah SWT. Sama sekali tidak ada! Sebaliknya, seluruh dalil malah menyuruh kita untuk berharap kepada Allah! Inilah namanya berniaga dengan Allah, berniaga untuk Allah!
  • ·         Jika kita berharap balasan di dunia, maka kita akan mendapatkan balasan di dunia. Mungkin tidak tersisa lagi balasan di akhirat.
  • ·         Tapi jika kita berharap balasan di dunia dan akhirat, maka kita akan mendapatkan balasan dunia dan akhirat (QS.2: 200-202, QS.28: 77). Nah yang terbaik adalah berharap balasan dunia dan akhirat. Layaknya berdoa selamat dunia dan akhirat.
  • ·         Bukankah sebaik-baiknya berharap adalah berharap kepada Allah? Justru ada pahala disana!
  • ·         Bukankah Allah menyukai orang-orang yang berharap dan bergantung kepada-Nya?
  • ·         Bukankah Allah malah memurkai orang yang tidak mau berharap kepada-Nya?
  • ·         Lha, kalau kita tidak boleh berharap kepada Allah, lantas kita mau berharap sama siapa lagi? Masak mau berharap sama tuyul? Yang benar saja!!
  • ·         Jangan sampai kita malah menempatkan Allah sebagai “harapan terakhir” alias “pemain cadangan”. Justru semestinya kita menempatkan Allah sebagai “tumpuan harapan” alias “pemeran utama”. Kebetulan, ini semua kami istilahkan dengan Me + Allah = Enough.
  • ·         Mungkin selama ini kita menaruh harap berlebihan kepada manusia. Saran kami, coba kurangi. Cukuplah kita menaruh harap kepada Allah. Sekali lagi, Me + Allah = Enough.
  • ·         Sekarang bagaimana dengan Anda? Masih tidak mau berharap kepada Allah?

Ringkasnya, Allah-lah yang telah mendidik manusia untuk berharap balasan Allah. Jadi, adalah wajar apabila manusia berharap balasan tersebut. Tentu, ini bukan sekedar dari balasan, melainkan Piagam Tertinggi. Soalnya piagam ini berasal dari Zat Yang Maha Tinggi, yang ianya mungkin berupa kenikmatan di dunia maupun di akhirat.

Selasa, 13 Agustus 2013

PERJANJIAN BARU: PENGARANG YANG ANONIM DAN PERUBAHANNYA

PERJANJIAN BARU: PENGARANG YANG ANONIM DAN PERUBAHANNYA
 
Setelah mengkaji sejarah awal agama Kristen dalam bab yang lalu, kita sekarang sampai pada PB itu sendiri dan memperhatikan beberapa pertanyaan: siapakah yang mengarang keempat Injil itu'? Apakah mereka percaya bahwa karangan-karangan mereka terinspirasikan (wahyu), ataukah ide ini dikembangkan oleh para generasi belakangan? Bagaimana teks itu diubah? Dan barangkali yang paling awal dari segalanya, bagaimana tabiat Injil-Injil ini berbeda dengan ajaran-ajaran Yesus yang asli?1
 
1. Injil Q yang Hilang-Sebuah Tantangan
 
Sebelum munculnya empat Injil yang kita kenal sekarang, para pengikut awal Yesus menyusun buku mereka masing-masing. Dalam hal ini tak ada hal yang dramatis tentang kehidupan Yesus, tak ada riwayat-riwayat mengenai pengorbanan dan penebusan spiritual. Fokusnya hanya terbatas pada ajaran­ajarannya, pikiran-pikirannya dan tata cara serta perilaku yang ia jelaskan, begitu juga pada pembaruan-pembaruan sosial yang ia canangkan.2 Karangan ini sekarang dinamakan Injil Yesus, Q. Namun Q bukanlah sebuah teks yang stabil, sebagaimana kehidupan orang-orang Kristen yang tidak stabil, dan dengan begitu selama abad pertama orang-orang hidup dalam keadaan yang memaksa untuk menyisipkan lapisan-lapisan teks yang berbeda kepada Q. Lapisan yang asli sangat mencolok: penuh dengan kata-kata yang simpel tapi padat, tanpa ada ajakan kepada suatu agama baru dan tidak ada isyarat apa pun tentang Yesus Kristus sebagai Anak Tuhan.3
Lapisan kedua membawa pergeseran nada, yang secara tersurat menjanjikan kehancuran bagi mereka yang menolak pergerakan itu.4 Namun menurut saya pergeseran yang mengherankan terjadi dalam lapisan Q yang ketiga dan terakhir, yang ditambahkan oleh orang-orang Kristen pada masa-masa percobaan pemberontakan Yahudi Pertama (66-70 M.), di bawah bayangan kehancuran Rumah Tuhan yang Kedua oleh serdadu Romawi.5 Di sinilah Yesus di-upgrade dari seorang nabi yang bijak menjadi Anak Tuhan (Sun of God), pewaris Kerajaan Ayah, yang sukses melawan godaan-godaan di dalam hutan-belantara.6
Dengan begitu, buku ini telah terbukti rentan terhadap peruhahan, adalah korban dari berbagai mitos yang mulai beredar di kalangan Kristen tentang siapa sebenarnya Yesus. Tapi meski demikian, dalam lapisan ketiga ini pun tidak terdapat ajakan untuk menyembah Kristus, untuk menganggapnya sebagai seorang tuhan atau membayangkannya lewat ritual-ritual dan doa. Tidak terdapat penyaliban demi pergerakan itu sendiri, apalagi penebusan untuk seluruh manusia.7 Markus, Matius, dan Lukas menggunakan Q ketika menulis Injil mereka menjelang akhir abad pertama, tapi mereka dengan sengaja memelintir teks itu (masing-masing dengan caranya sendiri) untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.8 Bagaimanapun juga, Q sebagai sebuah buku yang sebenarnya telah hilang dengan cepat.9 Teks-teks yang menggantikannya, berupa riwayat-riwayat kehidupan Kristus yang dramatis, telah mengantarkan kepada suatu pergeseran dalam fokus dan membantu menghidupkan mitos-mitos dan spekulasi yang sejak itu telah menutupi figur Yesus yang sebenarnya.
 
2. Pengarang Keempat Injil yang Ada Sekarang
 
Mitos-mitos Yesus ini masih terus beredar balk pada masa-masa hilang­nya Q maupun setelahnya, dan dari sekian banyak karya yang terinspirasikan mitos-mitos ini hanya empat yang berhasil mencuat dan menonjol: Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Semua pengarangnya tak diketahui dengan pasti. Dalam kata-kata Sir Edwyn Hoskyns dan Noel Davey:
 
Jika dirasakan sulit, karena bukti yang kurang memadai, untuk me­namakan para pengarang Injil-Injil sinoptik*, maka lebih sulit lagi menentukan tanggal penulisannya secara pasti. Di sini tak ada bukti sama sekali; dan penentuan tanggal hanyalah suatu kemustahilan. Terminus ad quem adalah sekitar tahun 100 M.10
 
Sebagai hasil produksi gereja primitif, Injil-Injil itu merupakan tradisi lisan dari Iingkungannya, dan oleh karenanya masalah pengarang dan tanggalnya akan selalu enigmatic (menjadi teka-teki). Hoskyns dan Davey berargumen hahwa ketidakpastian ini hagaimanapun juga tidak mengurangi nilai dokumen­dukumen ini jika memang diperlakukan secara akademik.11 Tetapi jaminan akurasi apakah yang kita miliki mengenai karya-karya anonim ini? Jika ketidakpastian pengarangnya itu sendiri gagal menunjukkan pentingnya uraian­uraian yang ada dalam Injil, bagaimana dengan ketidakpastian akurasinya? Sungguh, ini adalah masalah doktrinal yang luar biasa. Bucaille menukil pesan Bapa Kannengiesser, Professor di Institut Katolik Paris, yang,
 
Memperingatkan bahwa 'seseorang harus tidak mengambil secara literal' fakta-fakta yang dilaporkan tentang Yesus oleh kitab-kitab Injil, karena Injil-Injil ini adalah 'tulisan-tulisan yang disesuaikan untuk kesempatan tertentu' atau 'untuk melawan', yang para pengarangnya semata-mata hanya 'menuliskan tradisi-tradisi komunitasnya tentang Yesus.' Mengenai Kebangkitan... la menegaskan bahwa tak seorang pun dari penulis-penulis Injil yang bisa mengklaim sebagai saksi mata. Dia mengisyaratkan bahwa, mengenai kehidupan publik Yesus yang selebihnya, juga berlaku hal yang sama karena, menurut Injil, tak satu pun dari para muridnya­kecuali Yudas Iskariot-yang meninggalkan Yesus semenjak ia pertama kali mengikuti-Nya sampai keberadaannya yang terakhir di dunia.12
 
Buku-buku yang asalnya tak pasti dan akurasinya dipertanyakan ini belakangan diberi otoritas besar oleh gereja masa-masa awal melalui sebuah klaim bahwa buku-buku tersebut adalah karya-karya yang terinspirasikan Tuhan, untuk membenarkan tradisi-tradisi oral Kristen.
 
3. Apakah Injil-Injil itu Terinspirasikan?
 
Inspirasi, ide bahwa Tuhan secara nyata memberikan visi atau kemampuan atau wahyu secara langsung kepada seseorang merupakan sebuah konsep yang sentral dari semua agama monoteistik. Akan tetapi, PB tidak pernah mengklaim dirinya sebagai karya dari sebuah inspirasi. Satu-satunya bagian yang mungkin menunjukkan inspirasi ini adalah 2 Timotius 3:16, bahwa, "Setiap Kitab Suci terinspirasikan dan berguna untuk pengajaran." Yang dimaksudkan di sini bagaimanapun juga adalah PL, sebab PB belum lagi dikompilasikan dalam bentuk yang kita kenal kini. Seorang penulis abad kedua, Justin Martyr, lebih lanjut mengklarifikasi bahwa inspirasi ini dimaksudkan bukan pada teks lbrani yang ada, tapi hanya pada keakuratan penerjemahannya ke dalam bahasa Yunani Kuno.13
Sarjana-sarjana Kristen sering membumbui tulisan-tulisan mereka dengan terminologi 'inspirasi'; misalnya P.W. Comfort menyatakan, "lndividu-individu tertentu... diberi inspirasi oleh Tuhan untuk menulis penjelasan-penjelasan Injil untuk membakukan tradisi oral.14 Dan lagi, para juru tulis yang mengopi PB pada tahap belakangan, "Mungkin menganggap diri mereka telah terinspirasikan oleh roh dalam membuat penyesuaian-penyesuaian tertentu dengan contoh."15 Namun, para pengarang empat Injil yang anonirn itu boleh jadi sangat tidak sependapat dengan Prof. Comfort. Injil yang terawal, Markus, dianggap sebagai sumber utama oleh para pengarang Matius dan Lukas, yang telah mengubah, menghapus, dan menyingkat banyak kisah-kisah Markus. Perbuatan semacam ini tidak akan mungkin terjadi jika mereka menganggap bahwa Markus diberi inspirasi oleh Tuhan, atau bahwa kata-katanya merupakan kebenaran sejati.16
Setelah mengetahui bahwa klaim-klaim inspirasi dalam PB ini tidak memiliki legitimasi sama sekali, marilah sekarang kita periksa bagaimana komunitas Kristen sampai kini memperlakukan buku-buku ini, dan kita cermati apakah perlakuan ini kongruen dengan apa yang semestinya diterima oleh sebuah teks suci.

4. Transmisi Perjanjian Baru
 
Menurut Comfort, Injil-Injil itu pertama kali diketahui di kalangan Kristen secara oral sebelum berwujud dalam bentuk tulisan.17 Tidak ada satu buku pun dari PB yang masih selamat dalam tulisan asli pengarangnya, dan yang paling mendekati adalah berupa sebuah fragmen (penggalan) yang bertarikh ± 100-115 M dan mengandung enam ayat dari Yohanes 18.18
Naskah-naskah berbagai buku dari PB dibuat secara meluas selama beberapa abad pertama, umumnya oleh orang-orang non-profesional yang jarang sekali mengecek kesalahan-kesalahan setelahnya. Memang tidak ada rangsangan sama sekali untuk melakukan hal itu: sebab hampir seluruh orang Kristen selama abad pertama mengharapkan datangnya kembali Kristus, dan kernungkinan tak pernah menyadari bahwa mereka sedang memelihara sebuah teks untuk masa depan yang jauh.19 Setelah beberapa waktu, teks-teks yang beredar tidak lagi mengandung persamaan yang dekat dengan karya-karya aslinya, sehingga siapa saja juru tulis yang menyalin sebuah naskah dengan ketelitian yang tinggi tidak harus secara otomatis berarti membuat reproduksi yang akurat daripada aslinya.20 Tambahan lagi, "Orang-orang Kristen masa awal tidak semestinya memperlakukan teks PB sebagai sebuah teks yang 'sakral',"21 yang setiap hurufnya sudah tetap dan suci. Mereka boleh jadi kadang-kadang merasa terilhami (inspired) untuk membuat perubahan-perubahan pada naskah yang ada sebelumnya.22
Terlepas apakah mereka menganggap diri mereka terinspirasikan atau tidak, semua interpolasi penulisan harus dianggap sebagai perubahan.
 
i. Pembuatan Tipe-Tipe Teks yang Berbeda
 
Para sarjana berpendapat bahwa tingkat perbedaan (atau perubahan) di dalam teks PB mencapai puncaknya menjelang akhir abad kedua Masehi. Masing-masing dari pusat-pusat utama di kalangan gereja masa awal membuat variasi tekstualnya sendiri-sendiri dalam PB, yang berbeda dari teks yang ditemukan di lokalitas-lokalitas yang lain. Para akademisi telah mengategorikan teks-teks yang beragam ini menjadi empat tipe teks utama:
  1. Teks Alexandria.
    Para juru tulis di Alexandria unuunnya rnggan mcnguhuh substansi teks, dan lebih senang memodifikasi grammar dan style. Manuskrip­manuskrip mereka dianggap mendekati akurasi nrtkna.
    23
  2. Teks BaratTeks 'Barat', berasal dari Afrika Utara dan Italia, merupakan teks yang tak terkendalikan dan populer. Teks ini mengalami interpolasi di tangan para juru tulis yang, dalam rangka mengejar akurasi, memper­kaya teks dengan menggunakan bahan tradisional, dan bahkan non­biblikal.24
  3. Teks KaisarTipe ini adalah merupakan sebuah kompromi antara dua tipe yang sebelumnya, dalam substansi mengikuti teks Alexandria tapi tetap memelihara teks Barat yang tidak kelihatan terlalu tidak masuk akal.25
  4. Teks Byzantium.
    Lucian dari Antioch, bekerja di Suriah pada masa-masa awal abad keempat, membandingkan berbagai bacaan PB untuk memproduksi sebuah bentuk teks yang revised dan kritis. Untuk tujuan ini dia lebih bersandar secara konsisten pada tipe teks Barat daripada Alexandria, dan mengambil jalan harmonisasi dan interpolasi ketika diperlukan. Hasil akhirnya segera memperoleh popular'rtas yang luas di seluruh Mediterania, menjadi teks favorit Gereja Ortodox Yunani; teks ini mengalami revisi lebih lanjut selama empat abad berikutnya sampai kemudian distandardisasikan.
    26
 Jadi, teks Byzantium yang paling tersebar luas daripada yang lain ini, ternyata banyak bersandar pada teks Barat yang diakui paling sedikit dapat dipercaya di antara keempat teks yang lain. Agaknya tak dapat dihindarkan bahwa Lucian mesti telah memasukkan ke dalam teksnya paling tidak beberapa interpolasi, dari sumber-sumber tradisional dan bahkan non-biblikal, yang membentuk sebuah tanda utama tipe teks Barat. Kenyataannya pengaruh teks Barat ini secara umum memang mengagumkan; bahkan pemula teks Kaisar telah mencampurkan teks Alexandria yang relatif murni dengan elemen­elemen populer dari teks Barat, meskipun sepenuhnya menyadari inferioritasnya teks Barat ini.
 
ii. Tarikh Resensi
 
Resensi adalah proses sekrutinisasi (pemeriksaan dengan cermat) semua bentuk yang ada dari sebuah dokumen, dan menyeleksi yang paling dapat dipercaya di antara yang lain sebagai dasar bagi sebuah teks yang standar. Secara alami, semakin belakang tarikh resensi yang pertama kali diupayakan maka semakin memungkinkan bahwa manuskrip-manuskrip yang tengah diperiksa itu akan mengandung perubahan-perubahan. George D. Kilpatrick dari Queen's College, Oxford "menegaskan bahwa pada kira-kira tahun 200 M. mayoritas perubahan-perubahan yang disengaja telah disusupkan ke dalam alur teks PB, dan bahwa setelah itu para juru tulis mentransmisikan beberapa bentuk teks dengan ketelitian tinggi.27 Para sarjana modern sepakat bahwa tidak ada bukti substansial yang menunjukkan adanya resensi bahkan selama abad ke-3 sekali pun.28 Sebagaimana hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar perubahan-perubahan teologis telah dimasukkan ke dalam teks sebelum adanya usaha resensi,29 dapat kita katakan bahwa banyak dari pada perubahan­perubahan ini telah menyusup secara permanen ke dalam PB. Dan sebagaimana akan kita lihat dalam kasus Comma Johanneum, sebuah perubahan teologis besar yang disengaja telah terjadi bahkan sampai abad ke-16.30

1. Beberapa nukilan panjang yang saya lakukan dalam bab ini, seperti halnya Bab ke-15 dan 16, adalah terbatas dari sarjana-sarjana Yudco-Kristen (barangkali hanya ada satu pengecualian), agar sekali lagi mereka menjelaskan agama mereka sendiri kepada pembaca.
2. Burton L. Mack, The Lost Gospel: The Book of Q & Christian Origins, hlm. 1.
3. Ibid, hlm. 73-80.
4. lbid, hlm. 131.
5. Ibid, hlm. 172.
6. Ibid, him. 82, 89, 173-4.
7. Ibid, him. 4-5.
8. Ibid, hlm. 177.
9. Ibid, hlm. 1-2. Hanya berkat analisa kritis terhadap teks selama abad yang lalu, bodi Q dapat dikenali dan secara perlahan direkonstruksi.
* [njil-injil sinoptik adalah Matius, Markus dan Lukas. (penterjernah)
10 Sir E. Hoskyns dan N. Davcy, The Riddle of the New Testament, Faber & Faber, London. 1963, hlm. 196.
11. Ibid, hlm. 201.
12. Maurice Bucaille, The Bible, The Qur'an and Science, hlm. 47-48. Buku yang bagus sekali ini mengandung kekayaan informasi tidak hanya tentang sains, tapi juga sejarah Kitab Suci dan Qur'an - yang sangat banyak melengkapi bab-bab di dalam buku ini.
13. Lihat Helmut Kocster, "What Is - And Is Not - Inspired", Bible Review, vol. xi, no. 5, Oktober 1995, hlm. 18.
14. P.W. Comfort, Early Manuscript & Modern Translations of the New Testament, Baker Books, 1990, hlm. 3. Selanjutnya disebut Comfort.
15. Ibid, hlm. 6.
16. H. Kocster, "What Is - And Is Not - Inspired", Bible Review, vol. xi, no. 5, Oktober 1995. hlm. 18, 48.
17. Comfort, hlm. 3.
18. Ibid, hlm. 3-4. Di sini saya harus sisipkan bahwa tarikh ini murni dugaan, suatu hal yang subjektif yang kadang kala dapat berbeda dalam hitungan dekade sampai ratusan tahun. Di antara manuskrip PB berbahasa Yunani yang paling awal yang memuat tarikh adalah yang ditulis pada Tahun Dunia 6457 (yakni 949 M.). [Perpustakaan Vatikan No. 345. Lihat Bruce M. Metzger, The Text of the New Testament, Its Transmission, Corruption, and Restoration, edisi ke-3, Oxford Univ. Press, 1992, hlm. 56. Selanjutnya disebut Metzger.] Perhatikan bahwa manuskrip itu tidak memuat tarikh Kristen, karena sistem kalender Anno Domini ("Tahun Tuhan") belum lagi diciptakan. Lihat juga buku ini hlm. 238-9, di mana Leningrad Codex menyebutkan banyak tarikh, yang tidak satu pun di antaranya adalah tarikh Kristen. Hal ini menunjukkan bahwa, paling tidak sampai abad 11 M. (jika tidak setelahnya), sistem kalender Kristen tidak ada wujudnya, atau setidaknya tidak lazim digunakan.
19. Ibid, hlm. 6.
20. Ibid, hlm. 7.
21. Ibid, him. 6.
22. Ibid, hlm. 6.
23 Ibid, hlm. 12.
24 Ibid, hlm. 13.
25 Etzger, hlm. 215.
26 Comfort, him. 13-14.
27 Metzger, hlm. 177.
28 Comfort, hlm. 9.
29 Ibid, him. 15.
30 Lihat buku ini hlm. 323-4.

PERJANJIAN LAMA DAN PERUBAHANNYA

PERJANJIAN LAMA DAN PERUBAHANNYA

Di langit, Tuhan dan para malaikat belajar Taurat persis, seperti para rabi (pemimpin agama Yahudi) mempelajarinya di bumi. Tuhan mengenakan jubah layaknya seorang Yahudi dan bersembahyang menurut cara para rabi. Dia melakukan tindakan-tindakan kasih sayang yang dianjurkan etika Yahudi. Dia mengatur urusan-urusan dunia sesuai dengan aturan­aturan Taurat, persis seperti yang dilakukan seorang rabi di pengadilan­nya. Satu tafsir legenda penciptaan mengajarkan bahwa Tuhan mengkaji Taurat dahulu dan kemudian menciptakan dunia darinya. 1
 
Adalah suatu kebiasaan bahwa bila seseorang membangun suatu istana, dia tidak membangunnya menurut kebijakannya sendiri, tapi menurut ke­bijakan seorang ahli. Seorang ahli tidak membangun menurut kebijak­annya sendiri, melainkan dia mempunyai rancangan-rancangan dan catat­an-catatan untuk mengetahui bagaimana membuat kamar-kamar dan koridor-koridor. Zat yang mahasuci, juga melakukan hal yang sama. Dia meneliti Taurat dahulu baru menciptakan dunia.2
1. Sejarah Perjanjian Lama
Bab yang sebelumnya telah memberikan pandangan sekilas tentang kon­disi historis yang secara gamblang sangat meyakinkan tidak mungkin terpe­liharanya PL (dari berbagai macam perusakan dan penggelapan), dan dalam bagian ini saya akan memaparkan sejarah teks itu sendiri. Penukilan-penukilan teks yang cukup banyak dan panjang yang saya lakukan baik di sini maupun di bab-bab yang lain adalah murni dari pihak-pihak Judeo-Kristen sendiri. Tidak seperti keyakinan yang kedaluwarsa bahwasanya orang-orang Timur tidak dapat merepresentasikan diri dan harus diwakili, saya akan biarkan para ilmuwan ini untuk merepresentasikan diri mereka sendiri dan menyatakan pernyataan mereka sendiri sebelum saya menyuguhkan argumen-argumen saya me­ngenai pendapat-pendapat mereka.
Dalam bahasa Ibrani PL (Perjanjian Lama) terdiri dari tiga bagian: Pentateuch (lima buku pertama dari PL), Nabi-nabi, dan Tulisan-tulisan, yang dianggap Bangsa Yahudi sebagai dua puluh empat buku. Teks PL yang berbahasa Ibrani dikenal sebagai Teks Massoreti (Massoretic Text-MT).3
 
i. Sejarah Taurat Menurut Sumber-Sumber Yahudi
 
a) Musa Menyampaikan Taurat Kepada Imam-Imam Lewi yang Meletak­kannya di Sarnping Peti
 
9 - Dan Musa menuliskan hukum Tuhan, dan memberikannya kepada imam-imam Lewi yang ditugaskan untuk mengurus Pen Perjanjian Tuhan, dan kepada para pemimpin Israel.
10 - Dan Musa memerintahkan kepada mereka, "Pada akhir tiap tahun .
ketujuh, dalam tahun penghapusan utang, pada pesta Pondok Daun,
11 - Ketika orang-orang Israel datang menyembah Tuhanmu di tempat yang dipilih-Nya, kamu harus membacakan hukum-hukum ini di depan mereka semua.
12 - Suruhlah semua orang laki-laki, perempuan dan anak-anak serta orang asing yang tinggal di kota-kotamu berkumpul untuk mendengar pem-bacaan itu, supaya mereka belajar menghormati dan takut kepada Tuhan-mu serta setia menaati perintah-perintah-Nya."4
 
24 - Lalu Musa menuliskan hukum Tuhan dalam sebuah buku. la me­nuliskannya dengan teliti dari awal sampai akhir.
25 - Ketika selesai, ia berkata kepada para imam Lewi yang ditugaskun untuk mengurus Peti perjanjian,
26 - "Ambillah buku hukum ini, dan taruhlah di sebelah Peti Perjanjian Tuhanmu, supaya tetap ada di situ sebagai kesaksian terhadap kamu.
27 - Karena saya tahu kamu pendurhaka, pemberontak dan keras kepala, Lihatlah, selagi saya masih hidup pun kamu berontak melawan Tuhan; apalagi nanti setelah saya mati!
29 - Karena saya tahu bahwa setelah saya mati, kamu akan sepenuhnya menjadi jahat dan menolak apa yang sudah saya perintahkan kepadamu; dan kelak bencana akan menimpamu; karena kamu berbuat jahat di mata Tuhan, membuat-Nya marah dengan melakukan apa yang dilarang­Nya."5
 
b) Taurat Hilang dan Ditemukan Kembali
 
Membuktikan eksistensi Taurat dan penggunaannya pada masa Rumah Tuhan yang Pertama adalah sangat sulit. Aaron Demsky berkata:
 
Ciri lain tentang tahun sabbat adalah pembacaan Taurat secara publik sewaktu hari raya Booth ..., yang mengakhiri tahun itu (Ulangan 31: 10­13). Tidak terdapat bukti tekstual yang memperlihatkan perayaan tahun­tahun sabbat dan jubilee pada masa Rumah Tuhan yang Pertama. Pada kenyataannya, pengarang Tawarikh... menyatakan bahwa 70 tahun sabbat dari penaklukan Kanaan oleh bangsa Israel sampai runtuhnya Rumah Tuhan tidak pernah ditaati.6
 
Menurut dokumen Damsyik (yang tujuh kopi darinya ditemukan dalam Kertas Gulungan Laut Matt -the Dead Sea Scrolls) Tuhan memberikan Taurat kepada Musa secara keseluruhan dalam bentuk tertulis. Bagaimanapun juga, tulisan-tulisan ini disegel dalam Peti selama kira-kira lima abad, dan oleh karenanya tidak dikenal orang banyak. Membincangkan masalah hubungan perzinaan David dengan Bathsheba7 dan kenapa dia tak dihukum mati, dokumen Damsyik menjawab, "Buku-buku Hukum telah disegel dalam Pen semenjak masa Yosua (± 1200 S.M.) sampai masa Raja Yosia dari Yehuda (abad ketujuh S.M.), ketika buku-buku tersebut ditemukan kembali dan dipublikasikan (lihat 2 Raja-raja 22)."8 Artinya, bahwa David dan para rabbi yang sezamannya sepenuhnya tak tahu apa yang tertulis dalam Taurat.
Masalah apakah dulunya Taurat diletakkan di dalam Peti (the Ark) atau hanya di sampingnya, sangatlah pelik dan membingungkan. Peti itu sendiri hilang selama tujuh bulan sewaktu terjadi invasi Palestina (± 1050-1020 S.M.); pada saat ditemukan kembali, 50.070 orang Israel dari kota Bet-Semes dimusnahkan Tuhan karena berani coba-coba menengok di dalam Peti.9 Tatkala Raja Salomon memerintahkan agar Peti diipindahkan ke Rumah Tuhan yang Pertama, 1 Raja-raja 8: 9 memberitahukan kita bahwa di dalamnya tak ada satu pun kecuali dua tablet (lempengan batu) yang dibawa Musa dari Sinai-tidak seluruh Hukum Tuhan. Bahkan seandainya Taurat disimpan terpisah dari Peti, itu pun tampaknya Taurat juga telah hilang seluruhnya dari kehidupan bangsa Yahudi selama berabad-abad. Tujuh puluh tahun sabbat (lima abad), jika tidak malah lebih, berlalu tanpa ada pembacaan Hukum Tuhan secara publik, yang berpuncak pada pengenalan tuhan-tuhan asing dan ritus-ritus pagan kepada rakyat Israel. Tentu hal ini merupakan indikasi jelas bahwa Taurat sejak itu telah terhapus dari memori kolektif bangsa ini. Baru sampai tahun kedelapan belas dari pemerintahan Raja Yosia (640-609 S.M.) Taurat ini `secara ajaib ditemukan kembali,10 bertepatan dengan pembaruan menyeluruh yang dicanangkan Yosia melawan praktik kurban anak dan ritual-ritual pagan yang lain. Namun Taurat masih tidak dipergunakan secara umum untuk waktu dua abad lagi paling tidak. Tampaknya Taurat ini menghilang dari kesadaran orang­orang Yahudi secara tiba-tiba persis seperti kemunculannya. Ada bukti yang bagus untuk mengatakan bahwa pembacaan dan penjelasan Hukum Tuhan pertama kali dilakukan secara publik (setelah masa Musa) hanyalah terjadi pada saat pengumumannya oleh Ezra ± 449 S.M. Perlu dicatat bahwa terdapat gap yang sangat besar yang melebihi 170 tahun antara masa ditemukannya kembali Hukum Tuhan (621 S.M.) dan masa Ezra membacakannya secara publik.11
 
ii. Sejarah Taurat Menurut Para Ilmuwan Modem
 
Barangkali akan bermanfaat memulai sebuah kerangka kronologis Kitah­kitab PL berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan kritik Biblikal yang telah diterima secara umum. Tabel berikut ini dinukil dari C.H. Dodd, The Bible Today.12
 
Catatan: tahun-tahun yang diberikan di sini lebih merupakan gambaran kasar, dan agaknya cenderung bergeser ke atas dan ke bawah atas dasar berkala. Rowley telah mengkaji tren-tren yang berbeda-beda dalam penentuan tanggal kitab-kitab PL ini,13 tapi perbedaan-perbedaan semacam in] tidak banyak berpengaruh pada hasil pengkajian ini.
 
Abad S.M.
XIII
(atau lebih awal?)
Keluar dari Mesir
 
Tradisi lisan (hukum, legenda, puisi) yang dipelihara dalam tulisan-tulisan di kemudian hari
XII (?)
Tinggal menetap di Palestina
XI
Peperangan dengan bangsa Kanaan, dll.
Pendirian Monarki (Daud
1000 S.M.)
X
Tawarikh pengadilan bermula (digabungkan dalam kitab-kitab belakangan)
IX
Hukum-hukum dan tradisi-tradisi awal ditulis: koleksi Judea (`J') dan koleksi Efraim (`E'), belakangan digabungkan dalam Kejadian -sampai ­ Yosua.
VIII
Amos, Hosea, Mikha, Yesaya. (Jatuhnya Samaria, 721 S.M.)
VII
Reformasi Yosia, 621 S.M.: Ulangan, Yeremia, Zefania, Nahum.
VI
Habakuk, Hakim-hakim, Samuel, Raja-raja. (Jatuhnya Yerusalem, 586 S.M.). Yehezkiel, 'II Yesaya', Hagai, Zakharia.
V
Hukum-hukum dan riwayat-riwayat Kejadian ­sampai- Yosua versi Imam [Priest] (`P') ditulis atas dasar tradisi-tradisi yang lebih awal. Maleakhi, Ayub.
IV
Kompilasi Kejadian-sampai-Yosua (dari `J', `E', `P' dan Ulangan).
III
Tawarikh, Ecclesiastes.
II
Kitab Mazmur diselesaikan (sebagian besar dari puisi-puisi yang lebih awal). Ecclesiasticus, Daniel, dll.
I
Kitab Hikmah, dll.

Koleksi dan kodifikasi hukum-hukum kuno Israel menghasilkan apa yang disebut dengan Pentateuch, atau Lima Kitabnya Musa (meliputi Kejadian sampai Ulangan); menurut C.H. Dodd kitab-kitab ini mendapatkan bentuknya yang final sekitar abad ke-empat S.M. Perbuatan-perbuatan para nabi juga diedit, dengan catatan-catatan historis yang sering kali diubah agar sesuai dengan ajaran-ajaran nabi.14
 
a) Sumber-Sumber Biblikal Diedit Pada Abad Ke-5 Sampai Ke-2 S.M.

William G. Dever, Profesor bidang Arkeologi Timur Dekat dan antropologi di Universitas Arizona, mengemukakan pandangan lain. Dia menyatakan bahwa sumber-sumber Biblikal diedit pada era Persia belakangan (abad ke­5-ke-4 S.M.) dan Helenistik (abad ke-3-ke-2 S.M.). Dan masih ada banyak para ilmuwan lain seperti Tom Thompson dari Copenhagen, dan koleganya Niels Peter Lemche, Philip Davies dari Sheffield, "dan sejumlah pakar yang lain, baik yang berkebangsaan Amerika maupun Eropa, yang meyakini bahwa Bibel yang berbahasa Ibrani tidak hanya diedit pada periode Persia/Helenistik tapi memang ditulis pada masa itu."
15
 
Sementara itu Profesor Frederick Cryer dari Copenhagen, menyimpulkan bahwa Bible yang berbahasa Ibrani "tidak dapat dibukti­kan memiliki kandungan-kandungan yang sekarang ini sebelum periode Helenistik." Sebuah bangsa yang kita sebut Israel tidak menggunakan istilah itu buat diri mereka, kata dia, sebelum abad keempat S.M. Ri­wayat-riwayat Saul dan David, misalnya, ditulis di bawah "kemungkinan pengaruh" dari literatur Helenistik tentang Iskandar Agung. Bahwa teks­teks Biblikal ini disusun begitu terlambat "secara niscaya memaksa kita untuk merendahkan estimasi kita terhadapnya sebagai sumber sejarah."16
 
Niels Lemche bahkan berpendapat lebih jauh lagi, menemukan pen­ciptaan Israel kuno pada "historiografi Jerman abad ke-19 yang memandang semua peradaban dari segi konsep negara-kebangsaan (the nation-state)-nya masing-masing."17 Dengan demikian, menurutnya, konsep politis dan sosial sebuah Israel kuno adalah merupakan suatu ideal yang aneh dan tidak karuan, yang dilahirkan sebagai akibat dari keasyikan Eropa sendiri dengan negara­kebangsaan (the nation-state) pada tahun 1800-an.18
 
2. Sumber-Sumber Budaya Sastra Yahudi
 
i. Bahasa Asli Perjanjian Lama Tidak Disebut Ibrani
 
Bahasa masa pra-pengasingan (pre-exilic language) yang digunakan oleh Yahudi adalah dialek Kanaan dan tidak dikenal sebagai Ibrani. Orang-orang Funisia (atau lebih tepatnya, orang-orang Kanaan) menemukan alfabet yang benar pertama kali ± 1500 S.M., berdasarkan huruf-huruf ketimbang gambar­gambar deskriptif. Semua alfabet yang berturut-turut seterusnya adalah ber­utang budi pada, dan berasal dari, pencapaian Kanaani ini.19

Dalam budaya umum, bangsa Kanaan tidaklah kalah hebat, dan tidak se­dikit dari budaya Kanaan itu telah diambil alih oleh orang-orang Ibrani.... Orang-orang Ibrani bukanlah pembangun yang besar, juga bukan cerdas dalam seni dan keahlian. Akibatnya mereka dalam bidang ini, begitu juga hal-hal yang lain, harus bergantung berat pada orang-orang Kanaan. Bahasa apa pun yang digunakan orang-orang Ibrani sebelum menetap di Palestina, adalah dialek bahasa Kanaan yang kemudian menjadi bahasa rnereka setelah menetap. 20

Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa bahasa Ibrani dan Aramaik merupakan dua dialek bahasa Kanaan.21 Pada kenyataannya tulisan-tulisan Yahudi pra-pengasingan adalah berbahasa Kanaan,22 walaupun sekarang secara salah dianggap sebagai bahasa Ibrani lama atau paleo-Ibrani. Abraham dan anak­cucunya merupakan suatu marga yang terlalu kecil di Kanaan untuk dapat menciptakan bahasa mereka sendiri, dan dengan terpaksa mereka harus menggunakan bahasa Kanaan yang predominan, sangat tidak mungkin bahwa orang-orang Israel, dalam jumlah yang demikian kecil dan terpaksa me­nanggung penderitaan dan perbudakan di Mesir, adalah dalam posisi yang kondusif untuk menciptakan sebuah bahasa baru. Sejauh yang mungkin di­lakukan hanyalah mengadopsi sebuah dialek bahasa Kanaan tertentu pada tahap tertentu, tetapi tentu saja tidak ada yang berbeda dan unik. Dan kenyata­annya PL itu sendiri tidak pernah merujuk pada bahasa Yahudi sebagai bahasa Ibrani, sebagaimana yang diilustrasikan oleh dua ayat dari Yesaya 36:

11- Lalu kata Elyakim, Sebna dan Yoah kepada Rab-Syakih, "Tuan, bicara saja dalam bahasa Siria dengan budak-budakmu; karena kami memahaminya: Jangan memakai bahasa Yahudi (Jew's language), nanti dimengerti rakyat di atas tembok kota itu."
13- Kemudian Rab-Syakih berdiri dan berteriak dalam bahasa Yahudi, dan berkata, "Dengarlah apa yang dikatakan raja besar, raja Asyur."

Demikianlah terjemahan dalam versi King James (King James Version), dan frasa yang sama juga ditemukan dalam versi New World Translation,23 versi Holy Bible from the Ancient Eastern Text,24 Revised Standard Version,25 dan edisi bahasa Arab. Ketiga versi yang terakhir ini mengganti `bahasa Aram' dengan `bahasa Suriah', tapi tak satu pun menganggap yang lain sebagai bahasa Ibrani.26 2 Raja-raja 18:26 dan 2 Tawarikh 32:18 mencatat rentetan kejadian yang sama dan menggabungkan ekspresi yang sama. Dalam bab yang lain dari Yesaya kita membaca:

Pada waktu itu bahasa Kanaan akan dipakai dalam lima kota Mesir, dan mereka akan mengangkat sumpah demi Tuhan para penjamu mereka; salah satu kota itu akan dinamakan "Kota Kehancuran".27
 
Terjemahan-terjemahan di atas secara sepakat menyetujui kesimpulan ini; jika bahasa Ibrani telah ditemukan pada waktu itu, tentu saja PL akan memberikan kesaksian tentang hal itu, dan bukannya malah membuat istilah atau susunan kata-kata (wordings) yang kabur tentang `bahasa orang-orang Yahudi' (Jews' language) atau bahasa Kanaan (language of Canaan).28 Dengan kenyataan bahwa teks secara generik merujuk pada bahasa Kanaan-yang secara simpel bisa dikatakan berbahasa Kanaan-kita dapat menyimpulkan bahwa
bangsa Israel tidak mempunyai sebuah bahasa yang khusus pada waktu ter­pecahnya Kerajaan menjadi Israel dan Tehuda.
Sebetulnya kata-kata `bahasa Ibrani' memang benar-benar ada, tapi ia mendahului bangsa Israel, dan tidak merujuk pada sesuatu yang berhubungan secara jauh dengan Yahudi. Kata-kata `ibri (Habiru) dan `ibrani (Hebrew) telah lama dipakai bahkan sebelum 2000 S.M. dan merujuk pada sebuah grup dari suku-suku Arab di daerah-daerah bagian utara Jazirah Arabia, di padang pasir Suriah. Sebutan itu menyebar ke suku-suku Arab yang lain di daerah itu hingga menjadi sinonim dengan `son of the desert' (anak padang pasir). Teks-teks Cuneiform dan Fir'aunis semenjak sebelum bangsa Israel pun menggunakan kata-kata seperti `ibri, Habiri, Habiru, Khabiru, dan `abiru. Dalam hal ini istilah `ibrani, seperti dianggap berasal dari Abraham dalam Bibel, berarti seorang anggota dari `abiru (atau suku-suku Arab nomad), yang dia sendiri merupakan salah satu anggotanya. Frase `ibrit, yang menunjukkan orang-orang Yahudi, diciptakan belakangan oleh para rabi di Palestina.29
 
ii. Tulisan Yahudi Periode Awal: Bahasa Kanaan dan Asyur
 
Tulisan Yahudi masa pra-pengasingan adalah berbahasa Kanaan.30 Tat­kala bahasa Aram menjadi bahasa dominan kawasan Timur Dekat kuno, orang­orang Yahudi mengadopsi bahasa ini dan segera mengambil tulisannya juga­yang saat itu dikenal sebagai bahasa Asyur.31

`Tulisan Asyur' atau   ini disebut demikian karena asalnya merupakan bentuk Aram dari `Tulisan berbahasa Funisia' yang telah jamak digunakan...sejak abad ke-8 S.M. dan dibawa kembali orang­orang Yahudi pulang dari Pengasingan. Square script (tulisan persegi) adalah berasal dari bentuk alfabet ini.32

Tulisan persegi ini secara formal tidak dianggap sebagai tulisan Ibrani hingga terjadi karya-karya Bin Sira dan Josephus pada abad pertama Masehi, dan di dalam Mishna dan Talmud,33 yang kesemuanya merupakan perkem­bangan-perkembangan yang terjadi sangat belakangan.
 
Jadi, aslinya ditulis dalam bahasa apakah PL itu? Dari informasi di atas kita lihat ada sebuah proses evolusi penulisan: bahasa Kanaan, Aram (Asyur), dan akhirnya square, yang kemudian belakangan dianggap sebagai bahasa Ibrani. Kita bisa menyimpulkan bahwa, menjelang kepulangan mereka dari Pengasingan Bibel pada tahun 538 S.M., orang-orang Yahudi tidak mempunyai alat komunikasi tertulis apa pun yang secara khas milik mereka sendiri. Menariknya Wurthwein menggabungkan alphabet Kanaan ini seraya menegaskan, "Ini adalah tulisan Funisia-Ibrani kuno, pendahulu setnua alfabet yang terdahulu maupun kini."34
 
iii. Sumber-Sumber Taurat
 
a) Sumber-Sumber yang Berasal dari Yahudi
 
Sebagaimana merupakan kebiasaan untuk mencari pengaruh dari sumber-sumber yang tersembunyi dalam Al-Qur'an (suatu topik yang akan kami bicarakan kemudian),35 para sarjana Barat di masa lalu telah sibuk mencari sumber-sumber Taurat. Julius Welhausen (1844-1918) menjelaskan empat asal yang utama: J (narasi Profetik Yahwistik, ± 850 S.M.); E (narasi Profetik Elohistik, ± 750 S.M.); D (Deuteronomy dan catatan-catatan Deuteronomik di lain tempat, ± 600 S.M.); dan P (the Priestly Code, Kode Imam, ter­presentasikan secara khusus dalam Imamat dan dalam pembaruan-pembaruan di lain tempat, ± 400 S.M.).36 Sumber-sumber yang lain juga sudah ditemukan, dan kesemuanya menurut dugaan berasal Yahudi.
 
b) Sumber-Sumber yang Berasa] Non- Yahudi
 
Bagaimana pun, dilemma terbesar yang kita hadapi adalah ditemukannya tulisan-tulisan/karya-karya serupa di dalam sumber-sumber non-Yahudi-yang sebagiannya mendahului PL tidak kurang dari lima abad sebelumnya. Menurut Keluaran 20, Tuhan secara verbal memproklamasikan Sepuluh Perintah (the Ten Commandments) dan menuliskannya di atas dua lempengan batu, dan menyerahkannya kepada Musa di Gunung Sinai.

Kumpulan tulisan-tulisan yang sangat serupa adalah, tentu saja, Kode Hammurabi (the Code of Hammurabi) ... (tertanggal kurang lebih pada tahun 1700 S.M.). Yang begitu mencolok adalah kesamaan yang terdapat pada pernyataan-pernyataan awal yang menunjukkan bahwa Kode Perjanjian (the Covenant Code) diambil atau dipinjam dari hukum Hammurabi. Sekarang bisa dipahami bahwa kedua kode berasal dari sebuah latar-belakang legislasi yang sama yang tersebar luas. Meskipun kode Ibrani ini tanggalnya lebih belakangan, dalam hal-hal tertentu kode ini dalam karakternya lebih simpel dan primitif daripada kode Ham­murabi...37

Contoh lain yang mengundang penasaran adalah yang bersumber dari tulisan-tulisan yang ditemukan di Ras Syamra, kini di Suriah. Majalah Geografi Nasional mengutip:

Bahkan Adam dan Hawa disebut dalam teks-teks Ras Syamra. Mereka hidup di sebuah taman yang indah sekali di Timur, alamat yang sedikit kabur, yang, bagaimana pun, cocok dengan yang disebutkan dalam Bibel... Dalam suatu cerita yang ditulis oleh pengarang Ugarit, Adam merupakan pendiri sebuah bangsa, Semit Kanaan, yang barangkali salah satu syekh atau raja tertua, dan oleh karena itu rupanya ia adalah seorang tokoh historis.38

Catatan-catatan ini, menurut pengarang ini, bertarikh dari abad ke-14 atau ke-15 S.M., dan oleh karenanya mendahului Musa paling tidak satu abad. 

1. Jacob Neusner, The Way of Torah, hlm. 81. Bagi Neusner, ini adalah mitos sentral yang Terlandasi Judaisme klasik. Namun mitos tak harus berarti sesuatu yang tak benar; dia mengutip definisinya Streng, bahwa mitos adalah "struktur realitas yang pokok yang menjelma pada momen-momen tertentu yang diingat-ingat dan diulang-ulang dari generasi ke generasi." [Ibid, hlm. 42].
2. Dennis Fischman, Political Discourse in Exile, Karl Marx and the Jewish Question, hIm. 77, mengutip Susan Handelman The Slayers of Moses the Emergence of Rabbinic Interpretation in Modern Literary Theory, Albany State University of New York Press, 1982, hlm 67, yang mengutip Bereishit Rabbah 1:1
3. Dictionary of the Bible, hlm 972 Untuk definisi Masorah Lihat buku ini hlm 266
4. Ulangan 31 9-12
5. Ibid., 31: 24-29.
6. A. Demsky, "Who Returned First: Ezra or Nehemiah", Bible Review, vl. xii, no. 2, April 1966, hlm. 33.
7. Untuk kisah Bathsheba lihat 2 Samuel 11.
8. G A Anderson,Torah Before Sinai - The Do's and Don'ts Before the Ten Commandments", Bible Review. vol xii no 3, June 1996, hlm 43
9. Lihat 1 Samuel 6:19
10. 2 Raja-raja 23:2-10.
11. Dictionary of the Bible, hlm. 954.
12. C'.H. Dood, The Bible To-day, Cambridge University Press, 1952, hlm 13
13. H H. Rowley, The OT and Modern Study, Oxford University Press, 1901. him xxvii
14. C.H. Dodd, The Bible Today, hlm. 59-60.
15. H. Shanks, "Is This Man a Biblical Archaeologist?", Biblical Archaeology Review, July/ August 1996, vol. 22, no. 4, hlm. 35.
16. H. Shanks, "New Orleans Gumbo Plenty of Spice at Annual Meeting", Biblical Archaeology Review, March/April 1997, vol 2l, no 2, hlm 58
17. Ibid., hlm 58
18. Orang-orang Muslim tidak bisa mclakukan sinismc seperti itu; mereka harus mempercayai eksistensi Daud dan Sulaiman, hegitu juga Taurat (sebagaimana yang diwahyukan kepada Musa yang sisa-sisa ajarannya nungkin ditemukan dalam beberapa kitab PL).
19. Isra'il Wilfinson, Tarikh al-Lughat as-Samiyyah (History of Semitic Language), Dar al­Qalam, Beirut, Lebanon, P.O Box 3874, ND, hlm. 54. Selanjutnya ditulis Wilfinson.
20. Dictionary of the Bible, hlm. 121; cetakan miring dari penulis
21. Wilfinson, hlm 75
22 Wilfinson, hlm 91
23. New World Translation of the Holy Scriptures, Watchtower Bible and Track Society of New York, Inc., 1984.
24. Terjemahannya George M. Lamsa dari Peshitta yang berbahasa Aram, Harper, San Francisco.
25. Thomas Nelson & Sons, 1952.
26. Bibel versi Revised Standard menggunakan 'bahasa Yehuda'.
27. KJV Yesaya 19:18.
28. Dari koleksi Bibel yang saya miliki hanya CEV yang secara eksplisit menulis 'bahasa Ibrani' dalam Yesaya 19:18, Yesaya 36:11-13, 2 Raja-raja 18:26, dan 2 Tawarikh 32:18 Namun akurasi versi ini sangat mencurigakan, sementara versi-versi yang lain mengikuti jauh lebih dekat dengan teks aslinya Lihat buku ini hlm 327-8.
29. Wilfinson, him. 73-79.
30. Wilfinson, hlm. 91.
31. Ernst Wurthwein, The Text of the Old Testament, Edisi ke-2, William B. Eerdmans Publishing Company. Grand Rapids, Michigan, 1995, hlm. I-2. Selanjutnya ditulis Wurthwein.
32.Ibid. hlm 2, catatan kaki 4
33. Wilfinson, hlm 75
34. Wurthwein, hlm. 2. Cetakan miring dari penulis. Masih terdapat suatu pembelokan lain yang mengganjal dalam sejarah pemalsuan ini. Sekarang di Wadi el-Hol di Mesir, dekat Luxor, sebuah `inskripsi Semitik' tertanggal antara 1900 dan 1800 S.M. telah ditemukan oleh Dr. Damells dan istrinya Deborah. Direktur The West Semitic Research Project pada Universitas California, Dr. Zuckermann, telah melakukan perjalanan ke tempat penemuan untuk mengambil detail gambar­gambar inskripsi itu [J.N. Wilford, "Penemuan Inskripsi-inskripsi Mesir Menunjukkan Tarikh Lebih Awal bagi Asal Mula Alfabet," The New York Times, Nov. 13, 1999]. OIeh karena kata-kata Semitik dan anti-Semitik sekarang ini dicadangkan secara eksklusif untuk orang-orang Yahudi (ketimbang bangsa Arab atau Aram), maka tampaknya prestasi menciptakan alphabet secara gradual bisu dicuri dari bangsa Funisia dan diberikan kepada pendahulu-penduhulu bangsa Yahudi
35. Lihat Bab 18.
36. Dictionary of the Bible, hlm 104.
37 Ibid., him. 569; cetakan miring dari penulis. Buku Perjanjian atau Kode Perjanjian secara kasarnya adalah Keluaran 211:22-23:19 [ibid., 568], Fredrick Delitzsch, pendiri kajian Assyriologi, dalam karya-karyanya Babel and Bible dan Die Grosse Tauschung telah membuktikan bahwa sumber-sumber keyakinan, agama dan masyarakat Israel sebagian besarya berasal dari sumber-sumber Babilonia. [ Lihat S Bunimovitz,, "How Mute stones Speak: Interpreting What We Dig Up", Biblical Archaeology Review, March/April 1995, vol 21, no. 2, hlm. 61 ]
38. C F A Schaeffer, "Secrets from Syrian Hills", The National Geographic Magazine, vol Ixiv, no 1, July 1933, hlm  125-6

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda