PERJANJIAN BARU:
PENGARANG YANG ANONIM DAN
PERUBAHANNYA
Setelah mengkaji sejarah awal agama
Kristen dalam bab yang lalu, kita sekarang sampai pada PB itu sendiri dan
memperhatikan beberapa pertanyaan: siapakah yang mengarang keempat Injil itu'?
Apakah mereka percaya bahwa karangan-karangan mereka terinspirasikan (wahyu),
ataukah ide ini dikembangkan oleh para generasi belakangan? Bagaimana teks itu
diubah? Dan barangkali yang paling awal dari segalanya, bagaimana tabiat
Injil-Injil ini berbeda dengan ajaran-ajaran Yesus yang asli?1
1. Injil Q yang Hilang-Sebuah Tantangan
Sebelum munculnya empat Injil yang kita
kenal sekarang, para pengikut awal Yesus menyusun buku mereka masing-masing.
Dalam hal ini tak ada hal yang dramatis tentang kehidupan Yesus, tak ada
riwayat-riwayat mengenai pengorbanan dan penebusan spiritual. Fokusnya hanya
terbatas pada ajaranajarannya, pikiran-pikirannya dan tata cara serta perilaku
yang ia jelaskan, begitu juga pada pembaruan-pembaruan sosial yang ia
canangkan.2 Karangan ini sekarang dinamakan Injil Yesus, Q. Namun Q bukanlah sebuah
teks yang stabil, sebagaimana kehidupan orang-orang Kristen yang tidak stabil,
dan dengan begitu selama abad pertama orang-orang hidup dalam keadaan yang
memaksa untuk menyisipkan lapisan-lapisan teks yang berbeda kepada Q. Lapisan
yang asli sangat mencolok: penuh dengan kata-kata yang simpel tapi padat, tanpa
ada ajakan kepada suatu agama baru dan tidak ada isyarat apa pun tentang Yesus
Kristus sebagai Anak Tuhan.3
Lapisan kedua membawa pergeseran nada,
yang secara tersurat menjanjikan kehancuran bagi mereka yang menolak pergerakan
itu.4 Namun menurut saya pergeseran yang mengherankan terjadi dalam lapisan Q
yang ketiga dan terakhir, yang ditambahkan oleh orang-orang Kristen pada
masa-masa percobaan pemberontakan Yahudi Pertama (66-70 M.), di bawah bayangan
kehancuran Rumah Tuhan yang Kedua oleh serdadu Romawi.5 Di sinilah
Yesus di-upgrade dari seorang nabi yang bijak menjadi Anak Tuhan (Sun of God),
pewaris Kerajaan Ayah, yang sukses melawan godaan-godaan di dalam
hutan-belantara.6
Dengan begitu, buku ini telah terbukti
rentan terhadap peruhahan, adalah korban dari berbagai mitos yang mulai beredar
di kalangan Kristen tentang siapa sebenarnya Yesus. Tapi meski demikian, dalam
lapisan ketiga ini pun tidak terdapat ajakan untuk menyembah Kristus, untuk
menganggapnya sebagai seorang tuhan atau membayangkannya lewat ritual-ritual dan
doa. Tidak terdapat penyaliban demi pergerakan itu sendiri, apalagi penebusan
untuk seluruh manusia.7 Markus, Matius, dan Lukas
menggunakan Q ketika menulis Injil mereka menjelang akhir abad pertama, tapi
mereka dengan sengaja memelintir teks itu (masing-masing dengan caranya sendiri)
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.8 Bagaimanapun juga, Q sebagai
sebuah buku yang sebenarnya telah hilang dengan cepat.9 Teks-teks yang
menggantikannya, berupa riwayat-riwayat kehidupan Kristus yang dramatis, telah
mengantarkan kepada suatu pergeseran dalam fokus dan membantu menghidupkan
mitos-mitos dan spekulasi yang sejak itu telah menutupi figur Yesus yang
sebenarnya.
2. Pengarang Keempat Injil yang Ada
Sekarang
Mitos-mitos Yesus ini masih terus beredar
balk pada masa-masa hilangnya Q maupun setelahnya, dan dari sekian banyak karya
yang terinspirasikan mitos-mitos ini hanya empat yang berhasil mencuat dan
menonjol: Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Semua pengarangnya tak
diketahui dengan pasti. Dalam kata-kata Sir Edwyn Hoskyns dan Noel
Davey:
Jika
dirasakan sulit, karena bukti yang kurang memadai, untuk menamakan para
pengarang Injil-Injil sinoptik*, maka lebih sulit lagi
menentukan tanggal penulisannya secara pasti. Di sini tak ada bukti sama sekali;
dan penentuan tanggal hanyalah suatu kemustahilan. Terminus ad quem adalah
sekitar tahun 100 M.10
Sebagai hasil produksi gereja primitif,
Injil-Injil itu merupakan tradisi lisan dari Iingkungannya, dan oleh karenanya
masalah pengarang dan tanggalnya akan selalu enigmatic (menjadi
teka-teki). Hoskyns dan Davey berargumen hahwa ketidakpastian ini hagaimanapun
juga tidak mengurangi nilai dokumendukumen ini jika memang diperlakukan secara
akademik.11 Tetapi jaminan akurasi apakah yang kita miliki mengenai
karya-karya anonim ini? Jika ketidakpastian pengarangnya itu sendiri gagal
menunjukkan pentingnya uraianuraian yang ada dalam Injil, bagaimana dengan
ketidakpastian akurasinya? Sungguh, ini adalah masalah doktrinal yang luar
biasa. Bucaille menukil pesan Bapa Kannengiesser, Professor di Institut Katolik
Paris, yang,
Memperingatkan bahwa 'seseorang harus tidak mengambil secara literal'
fakta-fakta yang dilaporkan tentang Yesus oleh kitab-kitab Injil, karena
Injil-Injil ini adalah 'tulisan-tulisan yang disesuaikan untuk kesempatan
tertentu' atau 'untuk melawan', yang para pengarangnya semata-mata hanya
'menuliskan tradisi-tradisi komunitasnya tentang Yesus.' Mengenai Kebangkitan...
la menegaskan bahwa tak seorang pun dari penulis-penulis Injil yang bisa
mengklaim sebagai saksi mata. Dia mengisyaratkan bahwa, mengenai kehidupan
publik Yesus yang selebihnya, juga berlaku hal yang sama karena, menurut Injil,
tak satu pun dari para muridnyakecuali Yudas Iskariot-yang meninggalkan Yesus
semenjak ia pertama kali mengikuti-Nya sampai keberadaannya yang terakhir di
dunia.12
Buku-buku yang asalnya tak pasti dan
akurasinya dipertanyakan ini belakangan diberi otoritas besar oleh gereja
masa-masa awal melalui sebuah klaim bahwa buku-buku tersebut adalah karya-karya
yang terinspirasikan Tuhan, untuk membenarkan tradisi-tradisi oral
Kristen.
3. Apakah Injil-Injil itu
Terinspirasikan?
Inspirasi, ide bahwa Tuhan secara nyata
memberikan visi atau kemampuan atau wahyu secara langsung kepada seseorang
merupakan sebuah konsep yang sentral dari semua agama monoteistik. Akan tetapi,
PB tidak pernah mengklaim dirinya sebagai karya dari sebuah inspirasi.
Satu-satunya bagian yang mungkin menunjukkan inspirasi ini adalah 2 Timotius
3:16, bahwa, "Setiap Kitab Suci terinspirasikan dan berguna untuk pengajaran."
Yang dimaksudkan di sini bagaimanapun juga adalah PL, sebab PB belum lagi
dikompilasikan dalam bentuk yang kita kenal kini. Seorang penulis abad kedua,
Justin Martyr, lebih lanjut mengklarifikasi bahwa inspirasi ini dimaksudkan
bukan pada teks lbrani yang ada, tapi hanya pada keakuratan penerjemahannya ke
dalam bahasa Yunani Kuno.13
Sarjana-sarjana Kristen sering membumbui
tulisan-tulisan mereka dengan terminologi 'inspirasi'; misalnya P.W. Comfort
menyatakan, "lndividu-individu tertentu... diberi inspirasi oleh Tuhan untuk
menulis penjelasan-penjelasan Injil untuk membakukan tradisi oral.14
Dan lagi, para juru tulis yang mengopi PB pada tahap belakangan, "Mungkin
menganggap diri mereka telah terinspirasikan oleh roh dalam membuat
penyesuaian-penyesuaian tertentu dengan contoh."15 Namun, para
pengarang empat Injil yang anonirn itu boleh jadi sangat tidak sependapat dengan
Prof. Comfort. Injil yang terawal, Markus, dianggap sebagai sumber utama oleh
para pengarang Matius dan Lukas, yang telah mengubah, menghapus, dan menyingkat
banyak kisah-kisah Markus. Perbuatan semacam ini tidak akan mungkin terjadi jika
mereka menganggap bahwa Markus diberi inspirasi oleh Tuhan, atau bahwa
kata-katanya merupakan kebenaran sejati.16
Setelah mengetahui bahwa klaim-klaim
inspirasi dalam PB ini tidak memiliki legitimasi sama sekali, marilah sekarang
kita periksa bagaimana komunitas Kristen sampai kini memperlakukan buku-buku
ini, dan kita cermati apakah perlakuan ini kongruen dengan apa yang semestinya
diterima oleh sebuah teks suci.
4. Transmisi Perjanjian Baru
Menurut Comfort, Injil-Injil itu pertama
kali diketahui di kalangan Kristen secara oral sebelum berwujud dalam bentuk
tulisan.17 Tidak ada satu buku pun dari PB yang masih selamat dalam
tulisan asli pengarangnya, dan yang paling mendekati adalah berupa sebuah
fragmen (penggalan) yang bertarikh ± 100-115 M dan mengandung enam ayat dari
Yohanes 18.18
Naskah-naskah berbagai buku dari PB dibuat
secara meluas selama beberapa abad pertama, umumnya oleh orang-orang
non-profesional yang jarang sekali mengecek kesalahan-kesalahan setelahnya.
Memang tidak ada rangsangan sama sekali untuk melakukan hal itu: sebab hampir
seluruh orang Kristen selama abad pertama mengharapkan datangnya kembali
Kristus, dan kernungkinan tak pernah menyadari bahwa mereka sedang memelihara
sebuah teks untuk masa depan yang jauh.19
Setelah beberapa waktu, teks-teks yang
beredar tidak lagi mengandung persamaan yang dekat dengan karya-karya aslinya,
sehingga siapa saja juru tulis yang menyalin sebuah naskah dengan ketelitian
yang tinggi tidak harus secara otomatis berarti membuat reproduksi yang akurat
daripada aslinya.20
Tambahan lagi, "Orang-orang Kristen
masa awal tidak semestinya memperlakukan teks PB sebagai sebuah teks yang
'sakral',"21
yang setiap hurufnya sudah tetap dan
suci. Mereka boleh jadi kadang-kadang merasa terilhami (inspired) untuk
membuat perubahan-perubahan pada naskah yang ada sebelumnya.22
Terlepas apakah mereka menganggap diri
mereka terinspirasikan atau tidak, semua interpolasi penulisan harus dianggap
sebagai perubahan.
i. Pembuatan Tipe-Tipe Teks yang Berbeda
Para sarjana berpendapat bahwa tingkat
perbedaan (atau perubahan) di dalam teks PB mencapai puncaknya menjelang akhir
abad kedua Masehi. Masing-masing dari pusat-pusat utama di kalangan gereja masa
awal membuat variasi tekstualnya sendiri-sendiri dalam PB, yang berbeda dari
teks yang ditemukan di lokalitas-lokalitas yang lain. Para akademisi telah
mengategorikan teks-teks yang beragam ini menjadi empat tipe teks
utama:
-
Teks Alexandria.
Para juru tulis di Alexandria unuunnya rnggan mcnguhuh substansi teks, dan lebih senang memodifikasi grammar dan style. Manuskripmanuskrip mereka dianggap mendekati akurasi nrtkna.23 -
Teks BaratTeks 'Barat', berasal dari Afrika Utara dan Italia, merupakan teks yang tak terkendalikan dan populer. Teks ini mengalami interpolasi di tangan para juru tulis yang, dalam rangka mengejar akurasi, memperkaya teks dengan menggunakan bahan tradisional, dan bahkan nonbiblikal.24
-
Teks KaisarTipe ini adalah merupakan sebuah kompromi antara dua tipe yang sebelumnya, dalam substansi mengikuti teks Alexandria tapi tetap memelihara teks Barat yang tidak kelihatan terlalu tidak masuk akal.25
-
Teks Byzantium.
Lucian dari Antioch, bekerja di Suriah pada masa-masa awal abad keempat, membandingkan berbagai bacaan PB untuk memproduksi sebuah bentuk teks yang revised dan kritis. Untuk tujuan ini dia lebih bersandar secara konsisten pada tipe teks Barat daripada Alexandria, dan mengambil jalan harmonisasi dan interpolasi ketika diperlukan. Hasil akhirnya segera memperoleh popular'rtas yang luas di seluruh Mediterania, menjadi teks favorit Gereja Ortodox Yunani; teks ini mengalami revisi lebih lanjut selama empat abad berikutnya sampai kemudian distandardisasikan.26
Jadi, teks Byzantium yang paling tersebar
luas daripada yang lain ini, ternyata banyak bersandar pada teks Barat yang
diakui paling sedikit dapat dipercaya di antara keempat teks yang lain. Agaknya
tak dapat dihindarkan bahwa Lucian mesti telah memasukkan ke dalam teksnya
paling tidak beberapa interpolasi, dari sumber-sumber tradisional dan bahkan
non-biblikal, yang membentuk sebuah tanda utama tipe teks Barat. Kenyataannya
pengaruh teks Barat ini secara umum memang mengagumkan; bahkan pemula teks
Kaisar telah mencampurkan teks Alexandria yang relatif murni dengan
elemenelemen populer dari teks Barat, meskipun sepenuhnya menyadari
inferioritasnya teks Barat ini.
ii. Tarikh
Resensi
Resensi adalah proses sekrutinisasi
(pemeriksaan dengan cermat) semua bentuk yang ada dari sebuah dokumen, dan
menyeleksi yang paling dapat dipercaya di antara yang lain sebagai dasar bagi
sebuah teks yang standar. Secara alami, semakin belakang tarikh resensi yang
pertama kali diupayakan maka semakin memungkinkan bahwa manuskrip-manuskrip yang
tengah diperiksa itu akan mengandung perubahan-perubahan. George D. Kilpatrick
dari Queen's College, Oxford "menegaskan bahwa pada kira-kira tahun 200 M.
mayoritas perubahan-perubahan yang disengaja telah disusupkan ke dalam alur teks
PB, dan bahwa setelah itu para juru tulis mentransmisikan beberapa bentuk teks
dengan ketelitian tinggi.27 Para sarjana modern sepakat
bahwa tidak ada bukti substansial yang menunjukkan adanya resensi bahkan selama
abad ke-3 sekali pun.28
Sebagaimana hal ini mengindikasikan
bahwa sebagian besar perubahan-perubahan teologis telah dimasukkan ke dalam teks
sebelum adanya usaha resensi,29 dapat kita katakan bahwa
banyak dari pada perubahanperubahan ini telah menyusup secara permanen ke dalam
PB. Dan sebagaimana akan kita lihat dalam kasus Comma Johanneum, sebuah
perubahan teologis besar yang disengaja telah terjadi bahkan sampai abad
ke-16.30
1. Beberapa nukilan panjang yang saya lakukan dalam bab
ini, seperti halnya Bab ke-15 dan 16, adalah terbatas dari sarjana-sarjana
Yudco-Kristen (barangkali hanya ada satu pengecualian), agar sekali lagi mereka
menjelaskan agama mereka sendiri kepada pembaca.
4. lbid, hlm. 131.
5. Ibid, hlm. 172.
8. Ibid, hlm. 177.
9. Ibid, hlm. 1-2. Hanya berkat analisa kritis
terhadap teks selama abad yang lalu, bodi Q dapat dikenali dan secara perlahan
direkonstruksi.
* [njil-injil sinoptik adalah Matius, Markus dan
Lukas. (penterjernah)
10 Sir E. Hoskyns dan N. Davcy, The Riddle of the
New Testament, Faber & Faber, London. 1963, hlm. 196.
11. Ibid, hlm. 201.
12. Maurice Bucaille, The Bible, The Qur'an and
Science, hlm. 47-48. Buku yang bagus sekali ini mengandung kekayaan
informasi tidak hanya tentang sains, tapi juga sejarah Kitab Suci dan Qur'an -
yang sangat banyak melengkapi bab-bab di dalam buku ini.
13. Lihat Helmut Kocster, "What Is - And Is Not -
Inspired", Bible Review, vol. xi, no. 5, Oktober 1995, hlm.
18.
14. P.W. Comfort, Early Manuscript & Modern
Translations of the New Testament, Baker Books, 1990, hlm. 3. Selanjutnya
disebut Comfort.
15. Ibid, hlm. 6.
16. H. Kocster, "What Is - And Is Not - Inspired",
Bible Review, vol. xi, no. 5, Oktober 1995. hlm. 18, 48.
17. Comfort, hlm. 3.
18. Ibid, hlm. 3-4. Di sini saya harus sisipkan
bahwa tarikh ini murni dugaan, suatu hal yang subjektif yang kadang kala dapat
berbeda dalam hitungan dekade sampai ratusan tahun. Di antara manuskrip PB
berbahasa Yunani yang paling awal yang memuat tarikh adalah yang ditulis pada
Tahun Dunia 6457 (yakni 949 M.). [Perpustakaan Vatikan No. 345. Lihat Bruce M.
Metzger, The Text of the New Testament, Its Transmission, Corruption, and
Restoration, edisi ke-3, Oxford Univ. Press, 1992, hlm. 56. Selanjutnya
disebut Metzger.] Perhatikan bahwa manuskrip itu tidak memuat tarikh Kristen,
karena sistem kalender Anno Domini ("Tahun Tuhan") belum lagi diciptakan. Lihat
juga buku ini hlm. 238-9, di mana Leningrad Codex menyebutkan banyak tarikh,
yang tidak satu pun di antaranya adalah tarikh Kristen. Hal ini menunjukkan
bahwa, paling tidak sampai abad 11 M. (jika tidak setelahnya), sistem kalender
Kristen tidak ada wujudnya, atau setidaknya tidak lazim digunakan.
19. Ibid, hlm. 6.
20. Ibid, hlm. 7.
26 Comfort, him. 13-14.
29 Ibid, him. 15.
30 Lihat buku ini hlm. 323-4.
|
0 komentar:
Posting Komentar