PENGAJARAN AL-QUR'AN
Ayat pertama yang diwahyukan pada
Nabi Muhammad adalah,
Tak ada bukti bahwa Nabi Muhammad pernah
belajar seni menulis dan umumnya orang sepakat bahwa ia buta huruf sepanjang
hayat. Sepotong ayat di atas memberi isyarat bukan tentang persoalan buta huruf,
melainkan pentingnya pendidikan yang sehat bagi masyarakat di masa mendatang.
Nabi Muhammad mencurahkan segala upaya yang mungkin dapat dilakukan dalam
pengembangan pendidikan, manfaat serta imbalan para pelajar dan juga sanksi
hukum bagi pengekang ilmu pengetahuan. Abu Huraira melaporkan bahwa Nabi
Muhammad pernah bersabda,
"Siapa
yang memilih jalan
pencarian ilmu pengetahuan, Allah akan membuka baginya jalan menuju
surga."2
Sebaliknya beliau
memberi peringatan,
"Siapa
yang ditanya ilmu
yang telah dikuasai lalu ia sembunyikan, orang itu akan dililit api neraka di
hari Kiamat."3
Nabi Muhammad minta
para ilmuwan dan yang masih belum berbudaya agar kerja sama menasihati mereka
yang tidak pernah belajar, dan kaum cendekiawan agar mau mengembangkan ilmunya
pada para jiran.4 Penekanan diberikan
pada setiap yang memiliki keahlian karya tulis di mana dalam sebuah hadith
ditegaskan agar mengambil peran laksana seorang ayah pada anak.5
Nabi adalah pelopor pendidikan gratis di
mana saat `Ubada b. as-Samit menerima hadiah dari seorang pelajar (dengan niatan
untuk kepentingan Islam), Nabi Muhammad menegurnya,
"Jika mau menerima lilitan api neraka di leher anda, maka ambilah hadiah itu."6
Non-Muslim pun juga diberi tugas mengajar membaca di masa kehidupan rasul.
Uang tebusan tahanan Perang Badar juga berlainan. Beberapa di antara mereka mendapat tugas mengajar menulis pada anak-anak.7
1. Hadiah Belajar, Mengajar, dan Membaca
Al-Qur'an
Nabi Muhammad tidak
pernah menyia-nyiakan upaya dan keinginan masyarakat dalam mempelajari
Kalamullah:
-
Menurut Ibn Mas'ud Nabi Muhammad memberi komentar, "Siapa yang membaca satu huruf Kitab Allah la akan diberi imbalan amal saleh, dan satu amal saleh akan mendapat pahala sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf."10
-
Di antara pahala seketika bagi yang mempelajari Al-Qur'an adalah penghargaan umat Islam agar bertindak sebagai imam shalat, suatu kedudukan penting yang secara khas diberikan di awal permulaan Islam. 'A'isha clan Abu Mas'ud al-Ansari melaporkan sabda Nabi Muhammad, "Seorang yang be]ajar yang memiliki hafalan terbanyak hendaknya menjadi imam sha]at.11 Amir bin Salima al-Jarmi bercerita bahwa orang-orang dari suku bangsanya menemui Nabi Muhammad menyatakan diri hendak masuk Islam. Sebelum berangkat mereka bertanya, "Siapa yang akan mengimami shalat kita?" Beliau menjawab, "Orang yang menghafal Qur'an, atau mempelajarinya lebih banyak."12 Pada detik-detik akhir kehidupan Rasulullah, kedudukan imam shalat diberikan pada Abu Bakr setiap hari. Hal ini merupakan penghormatan agung saat penentuan khalifah umat Islam.
-
Segi positif lainnya adalah penyebab kemungkinan para Malaikat bersama kita. Usaid bin Hudair sedang membaca Al-Qur'an bagian terakhir di satu malam di mana seekor kudanya melompat-lompat ketakutan. Saat ia berhenti, seekor kuda All pun terdiam, dan saat membaca, kuda itu melompat-lompat kembali. Kemudian ia berhenti karena khawatir anaknya terinjak. Saat ia berdiri dekat kuda, ia melihat sesuatu seperti tenda menggantung di awang-awang penuh lampu-lampu bersinar menjulang ke langit dan kemudian menghilang. Hari berikutnya, la pergi menemui Nabi Muhammad menceritakan kejadian malam itu. la memberitahukan agar terus-menerus membacanya dan Usaid bin Hudair menjawab bahwa ia berhenti karena demi keselamatan anaknya, Yahya. Kemudian Nabi Muhammad berkata, 'Mereka adalah para Malaikat sedang mendengar dan mestinya anda terus membacanya, sebenarnya orang lain bisa melihat di pagi hari karena tidak akan bersembunyi dari mereka."13
-
Ibn ‘Umar meriwayatkan, "Kecemburuan hanya dibenarkan dalam dua hal: seorang yang telah menerima ilmu Al-Qur an dan membacanya di siang dan malam hari dan orang yang diberi karunia kekayaan Allah serta membantu orang lain di malam dan siang hari."14
-
‘Umar bin al-Khattab menjelaskan bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Melalui Kitab ini, Allah meninggikan beberapa orang dan merendahkan yang lain diantara kita."15
-
Yang lebih tua di antara orang buta huruf menghafal Al-Qur'an dengan susah payah di mana pikiran dan jiwanya merasa lemah. Mereka tidak tertolak mendapat keberkahan apa pun jua karena pahala besar dijanjikan bagi mereka yang mendengar Al-Qur'an saat dibacakan. Ibn ‘Abbas pernah berkata bahwa siapa yang mendengar satu ayat Al-Qur'an akan mendapat cahaya di Hari Kiamat.16
-
Adalah sangat memungkinkan bahwa seseorang yang tidak mampu menghafal dengan balk untuk membaca dari hafalannya bisa jadi terasa sedikit malas dalam mencari naskah tertulis. Untuk itu Nabi Muhammad menjelaskan, "Bacaan seseorang tanpa bantuan mushaf, berhakmendapat pahala sebanyak seribu tingkat sedang bacaan dengan menggunakan mushafakan mendapat pahala dua kali lipat menjadi dua ribu."17
-
Dalam menjelaskan tentang kebaikan orang-orang yang menghafal ‘Abdullah bin ‘Amr memberitahu bahwa Nabi Muhammad berkata, "Seseorang yang mencurahkan hidupnya untuk Al-Qur'an akan diminta di hari kiamat naik ke atas untuk membaca dengan hati-hati seperti yang ia lakukan selama di dunia di mana ia akan masuk surga lamanya setelah bacaan ayat terakhir.18
-
Bagi yang bermalas-malasan melihat kepentingan ini, Nabi Muhammad menentangnya dengan sebuah peringatan. Ibn ‘Abbas menceritakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda, "Seorang yang tak berminat terhadap AI-Qur'an laksana rumah yang telah hancur.19 Dan beliau mencela penghafal Al-Qur'an lalu melupakan dianggap dosa besar dan menasihati agar selalu mengulanginya. Abu Musa al-Ash'ari memberitahukan bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Segarkan pengetahuan anda tentang Al-Qur'an dan saya bersumpah dengan Nama Allah di mana nyawa Muhammad ada di tangan-Nya bahwa hal ini lebih penting untuk menghindari seekor binatang unta yang kakinya diikat."20
-
Al-Harith bin al-A'war menceritakan apa yang terjadi setelah Nabi Muhammad wafat."Sewaktu melewati masjid, secara tak sengaja saya melihat orangorang terlibat pembicaraan bisik-bisik. Kemudian saya menemui 'Ali menceritakan hal itu. Beliau bertanya apakah itu benar dan saya memberi konfirmasi. Kemudian ia berkata, 'Saya mendengar penjelasan Nabi Muhammad yang menyebut, Perselisihan pasti akan terjadi.' Saya bertanya pada beliau bagaimana cara menghindari hal itu. Beliau menjawab, "Kitab Allah adalah satu-satunya cara karena ia mencakup apa-apa yang terjadi sebelum kamu, berita masa depan setelah ini serta keputusan tentang masalah-masalah yang mungkin terjadi di antara kamu sekalian. la merupakan pemisah dan bukan bahan lelucon. Jika terdapat orang yang memiliki kekuasaan sengaja meninggalkan ajarannya, Allah akan membuat perpecahan, dan siapa yang mencari petunjuk dari sumber lain, Allah akan mengantarkan ke jalan kesesatan. Kitab suci Al-Qur'an merupakan tall pengikat dari Allah yang tahan uji, peringatan bijak, jalan lurus di mana dengannya keinginan tak mungkin meleset pada kesesatan, lidah tak akan menjadi galau, dan kaum cendekiawan pun tak akan mampu memahami secara sempurna. Al-Qur'an tidak akan pernah usang karena diulang-ulang dan tak akan seorang yang rakus ilmu akan berhenti mengkajinya. la adalah sesuatu yang makhluk jin tidak segan mengeluarkan kata pujian saat mendengarnya, 'Kami telah mendengar bacaan indah yang memberi petunjuk pada yang benar dan kami percaya terhadapnya,' bagi orang yang membaca akan selalu berkata yang benar dan bagi yang bertindak menurut ajarannya akan menuai keberkahan hidup, seorang penegak hukum menurut ajarannya akan berbuat adil, dan siapa yang mengajak orang lain, ia akan memanggil ke jalan yang lurus."21
Masalah berikutnya kita akan meresapi
secara mendalam bagaimana Nabi Muhammad berhasil dalam mencapai tujuan
pengajaran Al-Qur'an
kepada umat Islam. Ini akan dapat terungkap dengan baik sekiranya kita membagi
bahasan ke dalam situasi di zaman Mekah dan Madinah.
2. Zaman Periode Mekah
i. Nabi Muhammad Sebagai Guru
Al-Qur'an
Sebagian kitab suci
Al-Qur'an diturunkan di Mekah; imam as-Suyuti mendaftar urutan
terperinci tentang surah-surah yang diturunkan.22
Al-Qur'an dapat bertindak sebagai alat petunjuk bagi
jiwa yang kalut di mana terbukti kehidupan seorang penyembah patung berhala akan
selalu merasa tidak puas, pengembangannya yang awalnya melakukan penindasan
terhadap masyarakat Muslim menyebabkan mereka mengadakan kontak dengan Nabi
Muhammad.
-
Orang pertama di luar jalur keturunan keluarga Nabi Muhammad yang masuk Islam adalah Abu Bakr. Nabi Muhammad mengajak masuk Islam dengan membaca beberapa ayat Al-Qur'an.23
-
Kemudian Abu Bakr membawa teman-teman terdekat menemui Nabi Muhammad, seperti `Uthman bin ‘Aff-an, `Abdur-Rahman bin 'Auf, azZubair bin al-‘Awwam, Talha, dan Sa'd bin Abi Waqqas. Nabi Muhammad mengenalkan agama baru dengan membacakan ayat-ayat AIQur'an dan yang menyebabkan mereka masuk Islam.24
-
Abu ‘Ubaidah, Abu Salama, `Abdullah bin al-Arqam dan ‘Uthman bin Maz'zun menemui Nabi Muhammad bertanya tentang hal ihwal Islam. Nabi Muhammad menjelaskan dengan membaca Al-Qur'an dan kemudian mereka menerima Islam.25
-
Ketika ‘Utba bin Rabi'a pergi menemui Nabi Muhammad membawa usulan atas nama orang Quraish, menawarkan rayuan dengan harapan ia dapat meninggalkan misinya, Nabi Muhammad dengan sabar menunggu sebelum ia menjawab dan kemudian berkata, "Sekarang dengarkan ucapan saya," dan kemudian la membaca beberapa ayat sebagai respons terhadap tawaran mereka.26
-
Beberapa orang Kristen dari Ethiopia mengunjungi Nabi Muhammad ke Mekah menanyakan tentang Islam. Beliau menjelaskan pada mereka dengan membaca Al-Qur'an dan mereka masuk Islam.27
-
As'ad bin Zurara dan Dhakwan pergi dari Madinah ke Mekah menemui ‘Utba bin Rabi'a tentang persaingan kehormatan ketika mereka mendengar berita Nabi Muhammad. Mereka berkunjung dan mendengar bacaan AI-Qur'an, dan akhirnya masuk Islam.28
-
Sewaktu musim haji Nabi Muhammad menemui delegasi dari Madinah. Beliau menjelaskan tentang rukun Islam dan membaca beberapa ayat Al-Qur'an. Semuanya masuk Islam.29
-
Pada bai'ah ‘aqabah kedua Nabi Muhammad, lagi-lagi, membaca Al-Qur'an 30
-
Nabi Muhammad membaca untuk Suwaid bin Samit di Mekah.31
-
‘Iyas bin Mu'adh menuju Mekah mencari aliansi kekuatan dengan pihak Quraish. Nabi Muhammad mendatangi dan membacakan AI-Qur'an.32
-
Rafi bin Malik al-Ansari merupakan orang pertama yang membawa Sarah Yusufke Madinah.33
-
Nabi Muhammad mengajarkan pada tiga orang sahabat tentang Sarah Yunus, Taha, dan Hal-ata secara berurutan.34
-
Ibn Um Maktum menemui Nabi Muhammad meminta beliau membaca Al-Qur'an.35
ii. Para Sahabat Sebagai
Guru
-
Ibn Ma'ud adalah orang pertama dari sahabat yang mengajarkan Al-Qur'an di Mekah.36
-
Khabbab mengajar AI-Qur'an pada Fatima (saudara perempuan 'Umar bin Khattab) dan suaminya, Sa`id bin Zaid.37
-
Mus'ab bin 'Umair dikirim oleh Nabi Muhammad ke Madinah sebagai guru mengaji Al-Qur'an.38
iii. Hasil Kebijaksanaan Pendidikan pada
Periode Mekah
Arus kegiatan pendidikan di Mekah
berjalan tanpa dapat- dihalangi kendati berhadapan dengan berbagai hambatan dan
siksaan yang
dikenakan secara paksa dari masyarakat; sikap tegas merupakan bukti yang
meyakinkan akan keterikatan dan rujukan mereka terhadap Kitab Allah.
Para sahabat selalu menanamkan
ayat-ayatnya pada kabilah mereka melewati batas lembah kota Mekah
yang dapat
memperkuat tumbuhnya keislaman sebelum berhijrah ke Madinah. Berikut adalah
beberapa contoh yang mereka lakukan:
-
Saat Nabi Muhamamd sampai ke Madinah, beliau diperkenalkan dengan Zaid bin Thabit, anak lelaki berusia sebelas tahun yang telah menghafal sebanyak enam belas Sarah Al-Qur'an.39
-
Barra menjelaskan bahwa ia sudah mengenal seluruh Sarah al-Mufassal (al-Mufassal terdiri dari Sarah al-Qaf hingga akhir seluruh Al-Qur'an) sebelum Nabi Muhammad sampai ke Madinah.40
Akar utama ajaran Al-Qur'an berkembang ke berbagai masjid
di mana melalui dinding temboknya bergema suara AI-Qur'an yang dibacakan sebelum
Nabi Muhammad menetap di Madinah. Menurut al-Waqidi, masjid pertama yang
diberkahi bacaan Al-Qur'an adalah masjid bani Zuraiq41
3.
Periode Madinah
i. Nabi Muhammad Sebagai Maha Guru Al-Qur'an
i. Nabi Muhammad Sebagai Maha Guru Al-Qur'an
-
Begitu sampai di Madinah, Nabi Muhammad membuat Suffa di dalam masjid yang berfungsi sebagai tempat belajar pemberantasan buta huruf, dengan menyediakan makanan, dan tempat tinggal.
-
Ibn ‘Umar sekali memberi pujian, "Nabi Muhammad membaca pada kita dan jika beliau membaca ayat sajadah yang menyuruh bersujud, beliau mengucapkan Allahu Akbar lalu sujud.44
-
Banyak di antara para sahabat menjelaskan bahwa Nabi Muhammad membaca surah seperti itu kepada mereka secara pribadi termasuk orangorang terkemuka, seperti Ubayy bin Ka'b, ‘Abdullah bin Salam, Hisham bin Hakim, 'Umar bin Khattab, dan Ibn Mas'ud.45
-
Beberapa utusan sampai ke Madinah dari luar daerah dan diberikan pada orang setempat untuk memberi perlindungan bukan saja di bidang pangan dan penginapan, melainkan juga dalam hal pendidikan. Nabi Muhammad bertanya pada mereka guna mengetahui tingkat pelajaran mereka.46
-
Setiap diberi wahyu, Nabi Muhammad cepat-cepat membacakan ayat yang baru beliau terima kepada semua sahabat dan kemudian membacakan kepada para wanita dalam pertemuan terpisah.47
-
‘Uthman bin Abi al-'As selalu ingin belajar Al-Qur'an dengan Nabi Muhammad dan jika tidak menemuinya, beliau mendatangi rumah Abu Bakr.48
ii. Dialek yang
digunakan oleh Nabi Muhammad dalam Mengajarkan Al-Qur'an di Madinah
Adalah fakta
yang cukup kuat
bahwa sekalipun manusia berbicara bahasa namun tetap mengalami perbedaan dialek
yang mencolok dari satu satu tempat ke tempat lain. Dua orang misalnya, kendati
tinggal di New York dari kultur dan sosio-ekonomi yang berlainan akan memiliki
aksen yang berbeda. Demikian juga orang-orang yang tinggal di London akan
berbeda dengan mereka yang tinggal di Glasgow atau Dublin. Dalam hal bahasa
Inggris, terdapat perbedaan sistem ejaan Amerika dan Inggris clan mungkin saja
terdapat kesamaan dalam ejaan namun berbeda dalam intonasi.
Marilah kita amati situasi negara-negara
Arab masa kini dalam
penggunaan kata-kata qultu ( saya
bicara) sebagai satu permasalahan, Orang Mesir mengungkapkan dengan kata
ult, diganti dengan u dari kosakata q. Orang Yaman
mengatakan dengan ungkapan gultu kendati dalam menulis katakata semua
orang Arab akan mengatakannya secara identik. Contoh lain: seorang bernama Qasim
akan disebut oleh orang Teluk Parsi dengan istilah Jasim; orang yang sama
mengganti j dengan y, maka kata-kata rijal (orang lelaki)
bisa berubah menjadi raiyyal dalam ungkapan.
Di Mekah mayoritas Muslim memiliki latar belakang budaya
yang beragam. Karena Islam berkembang melewati batas kesukuan dan mencakup
seluruh Jazirah Arab, berbagai aksen terjadi kontak satu sama lain. Pengajaran
Al-Qur'an pada suku yang berbeda pun dirasa perlu dan mengharuskan mereka
meninggalkan dialek asli secara keseluruhan dan meninggalkan dialek Arab Quraish
di mana Qur'an diwahyukan, rasanya suatu masalah yang dirasa sulit untuk
dilakukan. Guna memfasilitasi masalah tersebut, Nabi Muhammad mengajarkan mereka
AI-Qur'an dengan dialek mereka. Dalam satu kesempatan dua orang atau lebih dari
suku yang berbeda boleh juga belajar Al-Qur'an dalam dialek mereka, jika dirasa
perlu.
iii. Para Sahabat sebagai Pengajar Al-Qur'an
'Abdullah bin Mughaffal al-Muzani mengatakan bahwa
saat seorang Arab hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad menugaskan seseorang dari
kaum Ansar pada individu dengan mengatakan: biarkan la memahami Islam dan
mengajarkannya tentang Al-Qur'an. "Hal yang sama terjadi pada diri saya,"
katanya, "sebagaimana saya dipercaya karena pada salah satu dari orang Ansar
yang telah membuatku paham agama dan mengajarku Al-Qur'an."49 Bukti nyata menunjukkan bahwa
para sahabat secara aktif ambil bagian dalam kebijaksanaan, seperti pada periode
Madinah. Riwayat berikut mewakili, seperti biasa, hanya sebagian dari petikan
bukti-bukti yang ada pada kita.
-
‘Ubada bin as-Samit mengajarkan AI-Qur'an pada masa kehidupan Nabi Muhammad.50
-
Abu Sa’id al-Khudri menjelaskan bahwa ia duduk dengan sekelompok imigran dari Mekah sewaktu seorang qari' membaca untuk mereka.53
-
Sahl bin Sa`id al-Ansari berkata, "Nabi Muhammad mendatangi kita sewaktu kami membaca bergantian..."54
-
`Uqba bin `Amir memberi komentar, "Nabi Muhammad hadir pada kami sewaktu kami berada di dalam masjid mengajar satu sama lain tentang Al-Qur' an."55
-
Jabir bin ‘Abdullah berkata, "Nabi Muhammad mengunjungi sewaktu kami membaca Al-Qur'an. Kumpulan kami terdiri dari orang-orang Arab dan juga bukan Arabs.56
-
Anas bin Malik kemonetar, 'Nabi Muhammad datang kepada kita sewaktu kami membaca, diantara kita terdapat orang-orang Arab dan bukan Arab, kulit hitam dan kulit putih.57
-
Bukti tambahan menunjukkan bahwa para sahabat melawat sampai di luar kota Madinah bertindak sebagai instruktur:
-
Mu'adh bin Jabal dikirim ke Yaman.58
-
Dalam perjalanan menuju Bir' Ma'una, sekurang-kurangnya empat puluh kalangan para sahabat yang dikenal sebagai pengajar Al-Qur'an dibunuh.59
-
Abu ‘Ubaid dikirim ke Najran.60
-
Wabra bin Yuhannas mengajar Al-Qur'an in San'a' (Yaman) kepada Um-Sa`id bint Buzrug semasa kehidupan Nabi Muhammad.61
4. Hasil Kegiatan Pendidikan:
Huffaz
Samudra kesempatan mempelajari Kitab
Suci yang berjalan
bersama gelombang manusia yang terlibat dalam penyebarannya, ternyata membuahkan
banyak para sahabat yang secara cermat menghafal Al-Qur'an. Banyak
diantara mereka
yang kemudian
dibunuh di Yamama dan Bir Ma'una, dan nama mereka dalam banyak hal, telah lenyap
dari buku sejarah. Dari bukti yang ada menunjukkan hanya nama-nama mereka yang
masih hidup, yang kemudian meneruskan pengajaran di Madinah dan wilayah yang
tertaklukan oleh kekuasaan Islam. Hal ini meliputi antara lain: Ibn Mas'ud,62 Abu Ayyub,63 Abu Bakr as-Siddiq,64 Abu ad-Darda,65 Abu Zaid,66 Abu Musa al-'Ash'
ari,67 Abu Huraira,68 Ubayy bin Ka'b,69 Um-Salama,70 Tamim al-Dari,71 Sa'd bin
Mundhir,72
Hafsa,73 Zaid
bin Thabit,74 Salim
dari suku Hudhaifa ,75 Sa'd bin 'Ubada,76 Sa'd bin ‘Ubaid
al-Qari,77 Sa'd
bin Mundhir,78 Shihab
al-Qurashi,79 Talha,80 ‘A'isha,81 ‘Ubada bin Samit,82 ‘Abdullah bin
Sa'ib,83 Ibn
‘Abbas,84
‘Abdullah bin ‘Umar,85
‘Abdullah bin 'Amr,86 ‘Uthman bin 'Affan,87 'Atta bin Markayud (orang
Parsi tinggal di Yaman),88 ‘Uqba bin 'Amir,89 'All bin Abi
Talib,90
‘Umar bin al-Khattab,91 'Arm- bin
al-'As.92 Fudala bin
‘Ubaid,93 Qays bin Abi
Sa'sa'a,94 Mujamma’ bin Jariya,95
Maslama bin Makhlad,96
Mu'adh bin Jabal,97
Mu'adh Abu Halima,98
Um-Warqah bin ‘Abdullah bin al-Harith,99 dan 'Abdul Wahid.100
5. Kesimpulan
Sejarah tidak selalu bersahabat dengan
Kitab suci. Injil asli Nabi ‘Isa (Jesus), sebagaimana akan kita lihat kemudian, telah
lenyap sejak awal clan diganti dengan karya penulis yang tidak memiliki hubungan
keilmuan dengan sumber pertama; demikian pula dengan kitab perjanjian lama yang
telah mengalami penderitaan begitu kronik karena tidak adanya perhatian. Hal itu
sama sekali bertentangan dengan kitab Al-Qur'an yang diberkahi dengan penyebaran
yang begitu cepat ke seluruh Jazirah Arab sejak kehidupan Nabi Muhammad, yang
disebarkan oleh para sahabat yang secara langsung mendapat pengajaran dari Nabi
Muhammad sendiri. Adanya para huffaz memberi saksi atas kesuksesan dalam hal
ini. Ada pertanyaan adakah penyebarannya
sama sekali secara verbal? Kita telah jelaskan bahwa kompilasi Al-Qur'an secara tertulis
merupakan perhatian utama Nabi Muhammad %% Bagaimana beliau melakukan tugas ini?
Hal ini akan terjawab dalam bab berikut.
1. Qur'an, 96: 1.
4. AI-Haitami, Majma
az-Zawa'id, i:164.
5. Al-Kattani, at-Taratib al-Idariya, ii: 239, mencatat apa yang ditulis oleh ad-Durr al-Manthur, Abu Nu'aim dan ad-Dailami.
6. Ibn Hanbal, Musnad, vi:
315.
7. Ibn Sa'd, Tabaqat, ii:
1-4. Juga lihat Ibn Hanbal, Musnad, i: 247.
8. Al-Bukhari, ix: 74, no.5027-8; Abu Dawud, Sunan, hadith no.1452; Abu 'Ubaid, Fada'il, h1m.120-124.
9. Abu ‘Ubaid, Fada'il,
hlm. 126.
10. At_Tirmidhi,
Sunan, Fa,da'il AI-Qur'an :16. Juga lihat Abu 'Ubaid,
Fada'il, hlm. 16.
11. Abu ‘Ubaid, Fada'il, hlm. 92; at-Tirmidhi, Sunan, hadith no.235; Abu Dawud, Sunan, hadith no.582-584.
12. Abu ‘Ubaid, Fada'il, hlm. 91;
al-Bukhari, Sahih, no.8: 18; Abu Dawud, Sunan, no.585-587.
13. Muslim, Sahih,
terjemahan bahasa Inggris oleh Siddiqi hadith no. 1742. Harap dilihat juga
hadith no. 1739-1740.
14. Abu `Ubaid,
al-Fada'il, hlm.126; al-Bukhari, Sahih, Tawhid:46, Muslim,
Sahih, Salat alMusafirin, no.266: at-Tirmidhi, Sunan, no.
1937.
15. Abu ‘Ubaid,
Fa,da'il, hlm.126; al-Bukhari, Sahih, Tawhid:46, Muslim,
Sahih, Salat alMusafirin, no.266; at-Tirmidhi, Sunan, no.
1937.
16. Abu ‘Ubaid, Fadail,
hlm. 62: al-Faryabi, Fa,da'il, hlm. 170.
17. As-Suyuti,
al-Itqan, i:304, dicatat dalam al-Tabari dan al-Baihaqi dalam Shu'ab
al-Iman, diceritakan oleh ath-Thaqafi.
18. Abu Dawud, Sunan,
hadith no.1464; at-Tirmidhi, Sunan, no. 2914; al-Faryabi, Fada'il,
hadith no. 60-1.
19. At_Tirmidhi,
Sunan, bab Fada'il AI-Qur'an, hadith no.2913.
20. Muslim, Sahih,
terjemahan bahasa Inggris, oleh Siddiqi no.1727. Lihat juga hadith
no.1725.
21. Muslim, Sahih,
teqemahan bahasa Inggris oleh Siddiqi, no. 1727. Juga dapat dilihat
pada
no. 1725.
22. At-Tirmidhi,
Sunan, Fa,da'il
Al-Qur'an :14, hadith no.2906.
23. Ibn Ishaq, as-Seyar wa
al-Maghazi, edited by Suhail
Zakkar, hlm.139.
26. Ibn Hisham, Sira,
jilid l-2, h1m.293-94.
33. Al_KattanI ,
at-Taratib al-Idariya, i: 43-4.
34. Ibn Wahb, al-Jam `i fi
Mum Al-Qur'an, h1m.271. Surah-surah tersebut tertulis dalam no. 10, 20, dan
76.
35. Ibn Hisham,
Sira,jilid 1-2, hlm.369.
36. Ibn Sa'd, Tabaqat,
iii/1:107; Ibn Ishaq, as-Seyar wa al-Maghazi, diedit oleh Zakkar,
hlm.186.
37. Ibn Ishaq, as-Seyar wa
al-Maghaz, diedit oleh Zakkar, hlm. 181-84.
38. Ibn Hisham, Sira, jilid 1-2, hlm. 434.
41. An_Nuwairi, Nihayatul
Arab, xvi: 312.
42. AI-Kattani, at-Taratib
al-Idariya, i:476-80. Menurut Qatada (61-117 A.H) jumlah orang orang yang
belajar mencapai sembilan ratus dan ulama lain menyebut hanya empat
ratus.
47. Ibn Ishaq, as-Seyar
wa al-Maghazi, diedit oleh Zakkar, hlm.147.
48. AI-Baqilani, al-lntisar, versi yang telah diperluas, hlm.69.
49. Al-Baqilani,
al-Intisar, versi yang diperluas, hlm. 69.
50. Al-Baqilani ,
Sunan, vi: 125; Abu `Ubaid, Fada'il, hlm. 206-7.
53. Al_Khatib, al-Faqih, ii: 122.
54. Abu 'Ubaid, Fada'il, hlm. 68, al-Faryabi,
Fada'il, hlm. 246.
55. Abu ‘Ubaid, Fada'il, hlm. 69-70.
56. Al Faryabi, Fada'il, hlm. 244.
57. Ibn Hanbal, Musnad, iii: 146; juga agar
dilihat al-Faryabi, Fada'il, hlm.
58. AI-Khalifa, Tarikh, i: 72; ad-Dulabi, al-Kuna, i:19.
61. Ar_Razi, Tarikh Madinat San'a', hlm. 131.
244-45.
62. Adh-Dhahabi, Seyar
al-`Alam an Nubula', ii: 245; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52.
63. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 53.
64. Ibn Hajar,
Fathul Bari, ix: 52, al-Kattani , at-Taratib al-Idarlya, i:
45-46.
65. Ibn Habib,
al-Muhabbar, hlm. 286; an-Nadim, al-Fihrist, hlm. 27, ad-Dulabi,
al-Kuna, i: 312; al-Kattani , at-Taratib al-Idariya, i: 46.
66. Ibn Sa'd ,
Tabaqat, ii/2:112.
67. Ibn Hakar,
Fathul Bari :ix: 52.
68. Al-Katani, at-Taratib
al-Idariya I : 45; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52.
69. Al-Bukhari, Sahih,
hadith nos.5003, 5004, Ibn Habib, al-Muhabbar, hlm. 86, an-Nadim,
alFihrist, hlm. 27; adh-Dhahabi, Tabaqat al-Qutra', hlm. 9.
72. AI-Kattani , at-
Taratib al-ldariya, i: 45; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52.
73. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix:52, as-Suyuti, al-Itqan , i: 202.
74. Ibn Sa'd, Tabaqat, ii/2:112, al-Bukhari,
Sahih, hadith no.5003, 5004; Ibn Habib, al Muhabbar, hlm. 86;
an-Nadim, al-Fihrist, hlm. 27, adh-Dhahabi, seyar al-'Alam an-Nubala', ii: 245,
318.
75. Ibn Hajar, Fathul
Bari, ix: 52; al-Kattani, at-Taratib al-Idariya, i: 45.
76. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52.
77. Ibn Habib,
al-Muhabbar, hlm. 286; al-Hakim, Mustadrak, ii: 260; an-Nadim,
al-Fihrist, hlm. 27, adh-Dhahabi, Tabaqat al-Qurra', hlm. 15; Ibn Hajar,
Fathul Bari, ix: 52, as-Suyuti, al-Itqan, i: 202.
78. Ibn Hajar, Fathul Bari, ii, ii: 159, al-Kattani , at-Tartib al-Idariya , i: 46.
79. Ibn Hajar,
al-Isaba, ii: 159, al-Kattani , at-Taratib al-Idariya, i:
46.
80. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52, al-Kattani,
at-Taratib al-Idanya, i: 46.
81. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52, al-Kattani , at-Taratib al-Idariya, i: 45. 82. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52-53.
83. Ibn Hajar, Fathul
Bari, ix: 52, al-Kattani , at-Taratib al-Idariya, i: 45.
84. Ibn Kathir, Fada'il
al-Qur'an, hlm.7, 471; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52.
85. Ibn Hajar,
Fathul Bari, ix: 52, as-Suyuti , al-Itqan , i: 202, adh-Dhahabi,
Tabaqat al-Qurra', hlm. 19.
86. Ibn Hajar, Fathul
Bari, ix: 52.
87. Ibn Hajar,
Fathul Bari, ix: 52; as-Suyuti , al-Itqan , i: 203; adh-Dhahabi, Tabagat
al-Qurra', hlm. 19.
88. Ibn Hibban,
Thiqat, hlm.286, ar-Razi, Tarikh Madinat San`a,
hlm.337.
89. Ibn Hajar, Fathul
Bari, ix: 52, as-Suyuti, al-Itqan, i: 203, adh-Dhahabi, Tabaqat
al-Qurra', hlm. 19.
90. An Nadim,
al-Fihrist, hlm. 27; Ibn Hajar, Fathul Ban, ix: 13, 52, adh-Dhahabi,
Tabaqat alQurra', hlm.19.
91. Al-Kattani, at-Taratib
al-Idariya, i:45; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix:52; as-Suyuti,
al-Itqan, i:202.
92. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52. 93. As_Suyuti , al-Itqan , i: 203; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix:52. 94. As-Suyuti , al-Itqan, i: 203; Ibn Hajar, Fathul Bar, ix: 52. 95. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52, al-Kattani , at-Taratib al-Idariya, i: 46. 96. Ibn Hajar, Fathul Ban, ix: 52; as-Suyuti , al-itqan, i: 202.
97. Al-Bukhari, Sahih,
hadith nos.5003, 5004; Ibn abb, al-Muhabbar, hlm. 286; adh-Dhahabi,
Tabaqat al-Qurra', hlm. 19; an-Nadim, al-Fihrist, hlm. 27; Ibn Hajar,
Fathul Bari, ix:52
98. Ibn Hajar, Fathul
Bari, ix: 52.'
99. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52; as-Suynti, al-Itqan, i: 203-4; al-Kattani, at-Taratib al-Idariya, i: 47.
100. Ibn Wahb, al-Jami’
fi ‘ulum al-Qur'an, hlm.
263.
|
0 komentar:
Posting Komentar