Jumat, 18 April 2014

Masa kini dan masa depan politik global

Masa kini dan masa depan politik global

Dunia masa kini tidak seperti beberapa tahun yang lalu. Banyak hal kini menjadi jelas. Hal utama yang paling penting – dunia monopolar tidak menjadi kenyataan, hal mana tidak mungkin terjadi berhubung dalam keadaan globalisasi yang sedang berkembang tidak ada pihak manapun yang mempunyai cukup kekuatan militer-politik, finansial-ekonomi untuk membangun imperium tersebut. Namun mitos mengenai “dunia monopolar” cukup lama menguasai arah pemikiran maupun perilaku banyak negara. Mitos tersebut dipercayai dan dijadikan arah haluan politiknya. Oleh karena itu untuk mengerti keadaan yang sebenarnya menjadi suatu hal yang tidak mudah.
Pembetulan berdasarkan realita atau “penciutan” peranan Amerika Serikat dalam urusan dunia, makin nyatanya peranan faktor Rusia dalam politik global, pengalaman selama 15 tahun terakhir – keseluruhan hal-hal tersebut merupakan dasar yang cukup untuk membuat suatu analisa yang tidak berat sebelah atas tahap perkembangan hubungan internasional masa kini dan pengertian mengenai keadaan sebenarnya.
Suatu usaha yang serius untuk memahami realita internasional yang baru dan merupakan dasar pembuatan suatu paket rekomendasi dalam bidang hubungan internasional yang menjadi tesis laporan Dewan Politik Luar Negeri dan Pertahanan (CFDP) yang dipersiapkan untuk sidang Majelis Dewan Politik Luar Negeri dan Pertahanan (17-18 Maret tahun 2007). Tidak semuanya dapat disetujui. Misalnya, pesimisme dan kewaspadaan yang berlebihan kelihatan kurang  berdasar.
Rusia dan dunia dimana kita hidup
Diplomasi kita selama beberapa tahun terakhir ini, pidato-pidato Presiden V.V. Putin mengenai permasalahan internasional, terutama pidato di Munich, menanggalkan keraguan dan membuat yakin bahwa pimpinan politik negara telah mempunyai suatu strategi yang telah dipikirkan secara matang dan telah diuji pada prakteknya untuk urusan internasional. Hal tersebut dibuktikan oleh ulasan politik luar negeri Federasi Rusia yang dilakukan oleh Kementrian Luar Negeri berdasarkan penugasan dari Presiden dan beserta dengan komunitas ahli politik.
Kesimpulan utama menyatakan: pilihan yang dibuat pada tahun 2000 yang mengarah pada pragmatisme, multi-vektorisme dan mempertahankan kepentingan nasional dalam urusan luar negeri secara tegas namun tanpa konfrontasi terbukti kebenarannya. Dapat dimengerti bahwa waktu itu beberapa pihak menganggap bahwa pilihan Rusia yang jatuh pada garis politik moderat dan diplomasi multi-arah dilakukan  akibat kelemahan posisinya. Namun, setelah menjadi kuat serta mengembalikan kepercayaan diri, negara tidak menolak prinsip-prinsip dasar tersebut.
Waktu itu pandangan kita terhadap dunia didasari oleh pemikiran sehat serta penilaian yang matang dan realistis terhadap tendensi-tendensi yang menentukan perkembangan dunia masa kini. Sejarah, apabila dapat dinamakan periode selama 6 – 7 tahun tersebut, telah membenarkan kami.
Thomas Friedman (pakar ilmu politik dari Amerika Serikat, pengulas koran The New York Times. – Red.) dalam bukunya disimpulkan bahwa dunia menjadi “datar”, maksudnya globalisasi yang melampui batas peradaban Barat tidak menyisihkan tempat untuk aneka macam konstruksi hirarki. Hubungan secara horizontal, yang menentukan inti hubungan internasional masa kini mengarah kepada keharusan diplomasi jaringan. Juga berkenaan dengan kalimat terkenal dari Richard Haass (Presiden Dewan hubungan internasional di New York. - Red.) yang menyatakan bahwa “AS tidak membutuhkan persetujuan dari negara-n5gara lainnya untuk bertindak, namun memerlukan dukungannya guna keberhasilannya”. Kalau demikian halnya, maka yang diperlukan adalah  pembicaraan mengenai apa yang perlu dilakukan dan dengan cara apa. Berkat Munich maka banyak mata menjadi terbuka. Misalnya, koran The Boston Globe dalam analisanya mengenai pidato kepala Negara Rusia menulis: “Moscow sebelum Washington memahami suatu kebenaran yang penting bahwa: dunia dirajai oleh “poliarhi” – yaitu suatu sistim internasional dengan keikutsertaan banyak aneka ragam pemain dimana persekutuannya dan orientasinya berubah sangat cepat.
Saya sangat setuju dengan tesis yang menyatakan bahwa alternatif untuk “dunia monopolar” – adalah proses “kekacaubalauan” dalam hubungan internasional sebagai akibat dari suatu “kehampaan” dalam pengendalian dan keamanan. Lebih tepat dikatakan bahwa yang dimaksudkan adalah kehampaan dalam kesadaran elit serangkaian negara. Seperti telah dibuktikan beberapa kali justru tindakan sepihak dan apalagi yang menggunakan kekuatan mengakibatkan membesarnya konflik dalam politik dunia, menambahkan lapisan masalah baru diatas masalah lama. Inilah yang membentuk mekanisme perluasan ruang konflik dalam politik dunia.
Bisa dimaklumi bahwa di seberang Atlantik sana sampai dengan detik ini masih belum bisa memaksakan diri untuk mengakui kata “multipolar”. Namun tidak dapat dibenarkan pula penyamaan kata multipolar dengan bibit-bibit untuk konfrontasi. Ya, perlu diakui bahwa tumbuh “pusat-pusat kekuatan” baru. Mereka saling bersaing dalam banyak hal termasuk dalam akses kepada sumber daya alam. Hal tersebut telah ada sejak dahulu kala dan bukan merupakan suatu hal yang fatal.
Kepemimpinan kolektif dan non formal dari negara-negara terkemuka di dunia yang terbentuk sebagai suatu tambahan terhadap institusi-institusi internasional, pertama-tama terhadap PBB, menambah kesempatan untuk memecahkan masalah pengendalian di dunia moderen. Ditambah lagi dengan demikian terhapuslah tuntutan suatu negara atas kebenarannya secara eksklusif baik dari AS, Uni Eropa atau Rusia.
Namun hal ini tidak sama dengan konfrontasi. Paradigma hubungan internasional masa kini lebih banyak ditentukan oleh persaingan dalam pengertian yang seluas-luasnya, disamping hal yang lain ruang lingkupnya mencakup patokan-patokan yang bernilai dan model-model perkembangan. Situasi baru yang muncul terletak pada hilangnya monopoli Barat atas proses globalisasi. Maka dari situlah timbul usaha menggambarkan keadaan tersebut sebagai ancaman terhadap Barat, nilai leluhurnya serta cara hidupnya.
Perpecahan diantara peradaban?
Rusia bertindak melawan usaha untuk memecahkan dunia menjadi yang disebut “manusia beradab” dan “sisa yang terdiri dari orang lainnya”. Ini merupakan jalan menuju bencana global. Saya yakin bahwa dengan memilih politik penyatuan yang telah dipilih oleh negara kita dan negara-negara utama lainnya termasuk diantaranya  yang sifatnya pembentuk peradaban: India dan Cina, sehingga dapat menghindari terjadinya perpecahan berdasarkan ciri-ciri peradaban.
Globalisasi menghadapkan manusia dengan permasalahan eksistensinya. Terlihat jelas bahwa keterbatasan sumber daya alam mengakibatkan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan secara keseluruhan di tingkat negara maju. Dalam pidatonya di Akademi Katolik Bavaria pada bulan Januari 2004 Kardinal Joseph Ratzinger, yang kemudian menjadi Paus Benediktus XVI - di Roma, telah membicarakan mengenai keharusan membatasi diri. Dia juga mengritik “kesombongan Barat” yang diperlihatkan, yaitu melalui pernyataan bahwa “kedua budaya agung Barat – budaya kepercayaan Kristen dan budaya rasionalisme umum” mempunyai sifat universal.
Kepala Vatikan tersebut telah mengajukan tesis lainnya yang dekat sekali maksudnya dengan ucapan Gereja Ortodox Rusia: “Kini konsep hak manusia harus dilengkapi dengan pelajaran mengenai kewajiban sebagai manusia serta kemampuannya”. Saya yakin bahwa hanya dengan cara tersebut nilai etika umum yang terdapat dalam agama-agama utama di dunia dapat dipulihkan. Tanpa hal ini tidak mungkin manusia berkembang secara harmonis.
Ancaman baru: “pemilihan senjata”
Sesuatu yang dapat disebut kontroversial adalah cara presentasi ancaman terorisme dalam laporan CFDP. Dari satu segi dibesar-besarkan kemampuan konsolidasi faktor Islam dalam politik dunia, dari segi lainnya – dikatakan mengenai perselisihan mendalam diantara negara Islam. Namun kesalahan utama menurut saya adalah  pembahasan masalah tersebut dengan terlepas sepenuhnya dari keharusan memecahkan masalah nyata, pertama-tama di Timur Tengah dimana terhalang realisasi potensialnya yang dapat membantu dunia Arab-Islam menjawab tuntutan modernisasi.
Secara keseluruhan kurang diperhatikan kemungkinan melakukan tindakan untuk menyelesaikan krisis yang selama ini menjadi tanah subur untuk tumbuhnya ekstrimisme. Perlu ditolak politik kekuatan militer, mengambil langkah yang dapat memecahkah permasalahan kemiskinan dalam skala global.
Pengalaman selama enam tahun terakhir ini memperlihatkan secara nyata bahwa seluruh usaha mengabaikan realita dunia multipolar berakhir dengan kegagalan. Apapun contohnya yang diambil oleh kami, kesimpulannya satu: permasalahan internasional masa kini tidak mempunyai pemecahan dengan kekuatan militer, usaha melalui jalan tersebut hanya memperburuk situasi, dan menuju jalan buntu. Defisit keamanan atau perasaannya dilahirkan oleh stagnasi dalam bidang pelucutan senjata, hal mana mempertajam ancaman penyebaran senjata pemusnahan massal.
Saya pikir, bahwa memaksakan kepada dunia pandangan yang membesarkan arti dari faktor kekuatan – merupakan gejala sementara. Dipandang dari segi sejarah, peran kekuatan militer dalam politik dunia akan menurun secara obyektif. Dapat digariskan paralel dengan pemilihan presiden di AS pada tahun 1992, dimana tidak semua orang mengerti arti pentingnya faktor ekonomi. “Seluruhnya bermuara didalam ekonomi, bodoh!” (salah satu slogan kampanye Bill Clinton. – Red.). Kini masalah perkembangan ekonomi negara secara stabil mencakup terpenuhinya kebutuhan energi sudah menjadi prioritas utama di skala global. Justru saling ketergantungan ekonomi kini menjadi faktor penting dalam mempertahankan stabilitas internasional. Permasalahan ini tidak dapat dipecahkan baik dengan kekuatan militer maupun dengan invasi atau penempatan tentara di luar negeri.
Taruhan utama berupa kekuatan militer – cacat pokok dalam politik partner kita. Seluruhnya dilakukan dengan mengorbankan faktor-faktor “kekuatan empuk”, yang kepentingannya sebaliknya naik. Pada zamannya mentalitas serupa menentukan kalimat yang katanya diucapkan oleh Stalin “Berapa banyak divisi yang dimiliki Vatikan?”. Kini tiba waktu untuk menawarkan pembuatan suatu strategi kolektif terhadap Irak, tidak jarang kami dapat jawaban: “Apakah Rusia sudah siap untuk mengirim tentaranya ke Irak?” Sekali lagi pikiran dipusatkan ke skenario kekuatan militer. Pendekatan demikian menjadi beban berat bagi strategi luar negeri Washington.
Seharusnya secara tegas menolak usaha re-ideologisasi dan re-militarisasi hubungan internasional, memperkuatkan dalamnya dasar hukum serta kolektif.
Rusia: “teritori bebas” dalam hubungan internasional
Salah satu elemen fundamental dalam realitas masa kini adalah fakta bahwa dunia harus menjadi bebas, semua negara – memperoleh kesempatan mengambil keputusan sendiri sesuai dengan pengertian kepentingan nasionalnya dalam keadaan baru. Disiplin blok maupun ideologi telah tidak bekerja secara otomatis, walaupun ada usaha menggantinya dengan solidaritas dimana salah satu peradaban melawan semua lainnya.
Di arena dunia juga dibutuhkan “kebebasan berbicara”, hal mana kita membahas dalam kerangka perkembangan interen tiap negara. Pembatasan apapun terhadap “cara berpikir berbeda”, perbedaan pendapat yang disapu “kebawah karpet” alias ditutup-tutupi membawa akibat negatif bagi seluruh komunitas internasional, mengurangi sumber intelektualnya. Barang tentu, setiap pihak berhak dan bebas untuk memilih dan melaksanakan politik irasional. Namun dalam kondisi moderen seluruh komunitas terpaksa memikul akibatnya – apa yang terjadi di Irak dan di sekelilingnya membuktikan hal tersebut secara nyata.
Makna utama pidato Presiden Rusia di Munich adalah bantuannya dalam  menghancurkan kebisuan mengenai permasalahan fundamental dalam arsitektur keamanan global, dengan kata lain terhadap masalah yang menyinggung langsung semua pihak. Pidato tersebut menggariskan batas “teritori kebebasan” – yakni kebebasan berpikir dan kebebasan berbicara dalam hubungan internasional. Sayangnya dalam politik dunia masa kini telah terbentuk situasi yang serupa dengan keadaan kami pada periode kekuasaan Soviet, dimana seluruh hal ‘panas’ dibahas di dapur. Namun “dapur” – maksudnya disini adalah percakapan dengan pintu tertutup, di belakang punggung pihak yang menjadi sasaran kritik. Jelaslah, bahwa suasana konformis yang tidak sehat tidak memenuhi kepentingan komunitas internasional.
Ketidakpastian mengenai tata dunia masa depan dalam banyak hal tergantung dengan melemahnya Rusia setelah terpecahnya Uni Soviet. Timbul kesan bahwa negara kita dihapuskan begitu saja sebagai suatu materi dalam menyusun kembali teritori-politik dunia – suatu perspektif yang telah pernah dialami oleh Rusia, misalnya pada awal abad ke XVIII. Zaman itu masalah dapat dipecahkan dengan modernisasi kilat, hal mana menjadi isian utama reformasi Peter I. Kini kami juga menjawab atas tuntutan masa kini dengan menjalankan reformasi politik dan ekonomi secara radikal sehingga hal tersebut seperti dahulu kala, searah dengan pilihan Eropa namun tetap mempertahankan tradisi-tradisi Rusia yang berabad-abad. Pada akhirnya negara membangun kembali kemandiriannya dalam politik luar negeri – kini tampil sebagai suatu negara yang berdaulat dan demokratis.
Berkat hal tersebut, di pasaran ide mengenai tata dunia yang setara dengan tahap perkembangan dunia masa kini, pertama kali setelah kurun waktu lama timbul lingkungan persaingan yang nyata. Pembentukan pusat perkembangan baru yang berpengaruh global dan distribusi sumber-sumber daya untuk perkembangan yang lebih rata serta kontrol atas sumber daya alam meletakan dasar materi untuk pengaturan dunia multipolar.
Kumpulan faktor ini beserta faktor lainnya menyebabkan peralihan yang menandai tahap baru dalam perkembangan dunia. Perlawanan terhadap tuntutan dan ancaman masa kini tetap menjadi suatu dasar yang kuat dan obyektif untuk menjalin kerjasama internasional. Memperbesar pengakuan terhadap diplomasi multi-segi sebagai suatu instrumen regulasi hubungan internasional baik di tingkat global maupun regional. Makin besar peranan Persatuan Bangsa-Bangsa yang mempunyai legitimasi unik. Maka tidak mungkin saya akan setuju dengan penilaian yang  merendahkan kepentingan organisasi sedunia tersebut yang terdapat dalam tesis-tesis CFDP. Hidup itu sendiri mendorong semua pihak, juga termasuk yang tidak siap memberikan tempat semestinya  kepada PBB, bekerja pada dia dan bertindak melalui mekanismenya.
Geopolitik di bidang energi?
Tentu saja, bahwa obyek analisa yang teliti – yaitu reaksi atas makin membesarnya peranan kami dalam bidang energi global. Pertama-tama, tidak seorang pun dan dimanapun juga, yakni mereka yang memunculkan tuduhan bahwa Rusia melakukan “pemerasan” dalam bidang energi, mempunyai dasar yang dapat membuktikan, bahwa kami melanggar salah satu kewajiban kami ataupun kontrak kami.
Kedua, dengan cara “berjalan sebaliknya” mereka berusaha memberikan kami status yang meragukan dengan menamakan kami “negara super dalam bidang energi”. Tentunya ada yang berminat menggunakannya agar Rusia dapat ditempatkan dalam suatu segmen pemasok energi-bahan mentah dalam pembagian kerja internasional. Hal ini tidak boleh terjadi.
Dari segi lain kemampuan yang timbul berkat pemasukan dari penjualan sumber energi, dan penguatan posisi perusahaan bahan mentah kami dalam bisnis transnasional, harus digunakan untuk memperbesar dinamik integrasi kedalam ekonomi, global serta pemindahan ekonominya sendiri ke jalan perkembangan yang inovatif.
Ruang SNG: haluan baru
Kejadian terkenal yang berkaitan dengan harga gas untuk Ukraina, Belarus dan negara persemakmuran (CIS) lainnya, seharusnya memberikan keyakinan kepada pihak Barat bahwa kami tidak memelihara rencana apapun yang sifatnya imperialis, kami sedang membangun hubungan normal dengan negara tetangga yang didasari oleh prinsip ekonomi pasar. Justru politisasi hubungan ekonomi dapat menjadi dasar untuk timbulnya kecurigaan terhadap Rusia. Kini hal tersebut tidak ada, namun kecurigaan tetap bermunculan, hal mana dapat memberikan kesimpulan bahwa permasalahan disini bukan hal altruisme. Di areal Persemakmuran sedang berjalan permainan geopolitis dengan menggunakan alat yang dinamakan “demokratizatorstvo” (membuat demokrasi menurut hemat sendiri). Marilah menyatakan secara jujur, bahwa pengukur tingkat perkembangan demokrasi dalam kenyataan adalah kesiapan untuk mengikuti jalur pelayaran politik pihak asing.
Dalam format dua pihak dan aneka format dengan banyak pihak di areal Persemakmuran, Rusia berusaha memperkuat elemen-elemen persamaan obyektif dan yang saling berkaitan diantara negara-negara kita dalam bidang ekonomi, budaya-peradaban dan lainnya. Tidak lebih dan tidak kurang dari itu. Dengan tujuan stabilisasi region tersebut kami siap membantu menciptakan disini hubungan non-politis dengan partner-partner luar, dengan syarat bahwa mereka akan menghormati kepentingan negara-negara yang berada disitu dan menolak taktik “gerakan yang mengkhawatirkan” terhadap Rusia.
Karenanya merupakan suatu usaha yang sia-sia untuk menahan Rusia dalam ruang lingkup yang terbatas pada region. Dalam perkembangannya kami telah lama keluar darinya.
Reaksi keadaan krisis: pengendalian positif
Kami siap mengambil langkah untuk mencari pemecahan masalah yang timbul sebagai akibat realisasi proyek-proyek yang dimulai oleh pengaturan sepihak. Pertama-tama, hal ini menyangkut Irak dimana keadaanya masih dapat diselamatkan. Sukar berdebat dengan Henry Kissinger yang berpendapat bahwa kini atau di masa yang akan datang “Irak harus dikembalikan kepada komunitas internasional”, sehingga “negara-negara lainnya harus siap mengambil bagian dalam bertanggung jawab atas perdamaian di rergion”. Namun pembagian tanggung jawab diasumsikan dengan kerjasama pemecahan permasalahan secara optimal.
Kami diberitahukan bahwa situasi di Irak kini adalah “malapetaka kami bersama”. Sejak dulu Rusia tidak mengenal perasaan dengki, apalagi mengambil keuntungan atas kesusahan pihak lain. Namun disini tidak dapat memperbuat apa pun tanpa partner kita Amerika yang harus menggantikan strateginya terhadap Iraknya secara kardinal dengan mendengarkan penilaian serta usulan yang mendominasikan baik didalam AS itu sendiri maupun di ibu kota lainnya. Pertemuan multilateral yang diselenggarakan di Baghdad pada tanggal 10 Maret, - adalah satu langkah ke arah yang benar. Perlu menggunakan proses tersebut guna membuat strategi kolektif yang baru di Irak.
Koreksi haluan harus terdiri dari mengikut sertakan dalam regulasi seluruh kekuatan politik Irak, seluruh tetangganya serta PBB, Persatuan Negara Arab, Organisasi Konferensi Islam – OKI, “Delapan Besar (G8)”. Hal ini akan membantu merealisir dalam praktek baik kepentingan obyektif bersama pihak Washington maupun Teheran, dimana keduanya menempatkan taruhanya pada pemerintah Irak yang sama. Tidak diragukan lagi bahwa di Iran sedang berjalan menuju suatu proses politik yang nyata. Untuk merealisir potensi pengaruh yang dapat diberikan oleh komunitas dunia terhadap Iran agar menuju ke arah yang diperlukan, maka dapat dilakukan melalui keikutsertaanya, bukan dengan cara isolasinya.
Penting juga melanjutkan usaha berbagai pihak untuk mencari jalan keluar dari situasi yang kini terjadi seputar program nuklir Iran. Namun dalam hal ini perlu disadari, bahwa bagian terbesar permasalahnya (sama halnya dengan peristiwa masalah nuklir di semenanjung Korea) terkait dengan ketidakmauan Amerika Serikat menormalkan hubungan kedua belah pihak dengan Teheran berdasarkan prinsip-prinsip yang diterima secara umum. Dalam pendekatan urusannya dengan Korea Utara, AS menampilkan keluwesan dan pragmatisme, menyampingkan tuntutan ultimatif yang diajukan sebagai syarat pendahuluan untuk mengadakan kembali pembicaraan. Pyongyang membuat langkah yang maju, sehingga untuk mencapai hasil tidak perlu menunggu lama. Hal yang sama diperlukan dalam masalah dengan Iran. Dengan demikian tekanan yang tertakar dari pihak Dewan Keamanan PBB dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) akan bekerja.
Dari partner kita kami mengharapkan langkah yang konsisten serta logis. Apabila dengan alasan “ancaman Iran” di perbatasan Rusia ditempatkan elemen-elemen PRO (Sistim Pertahanan Udara) nasional AS, diterapkan sanksi terhadap perusahaan Rusia, maka untuk apa pembicaraan panjang lebar di DK PBB ? Saya harapkan bahwa partner Amerika akan memikirkan hal ini. Apalagi kami dipanggil untuk melawan suatu hipotesa ancaman yang “sedang ditunggu”, namun pada waktu yang sama membuat ancaman yang riil bagi keamanan kami (dan bukan hanya kami).
Region Euro-Atlantik: pendekatan kompleks
Kami menganut pendekatan kompleks untuk memecahkan bersama masalah di region Euro-Atlantik. Bisa saja mengadakan kegiatan yang luas dan saling mengikat dalam format tiga pihak (Rusia, Uni Eropa dan AS) dengan membahas seluruh spektrum topik yang menarik perhatian. Ruang lingkup kerjasama tersebut telah mulai terbentuk dalam praktek di Dewan Keamanan PBB, “Kelompok Delapan”, “kwartet” perantara internasional untuk menyelesaikan permasalahan Timur Tengah, “kelompok enam” untuk program nuklir Iran. Hal yang sangat penting : format yang terdiri dari tiga pihak, apabila sebenarnya diberikan karakter kompleks, namun yang terutama adalah karakter partner sesungguhnya, maka hal tersebut dapat menghapus rasa saling curiga terhadap apa yang sedang terjadi diantara kedua partner - peserta lainnya dalam “segitiga” tersebut.
Rusia tidak mau membuat “jurang pemisah” dalam hubungan transatlantik. Tidak mungkin dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi akibat perselisihan dengan Irak. Namun kami tidak mau supaya ikatan transatlantik memperkuat diri atas pihak kita.
Hubungan Rusia-Amerika: modus operandi
Bila dilihat dari segi hubungan Rusia - Amerika Serikat masa kini yang berada dalam masa transisi dimana berjalan pembentukan arsitektur keamanan global, kita sampai pada masalah utama. Intinya adalah penentuan syarat dan permodulan dalam hubungan kolektif yang saling berinteraksi dalam urusan internasional. Inilah arti pembicaraan yang diselenggarakan di Munich dan untuk itu pesertanya, yaitu partner-partner kita diundang oleh Presiden Rusia.
Rusia tidak mengklaim hak-hak khusus dalam hubungan internasional. Namun kami tidak punya alasan untuk memainkan peranan pengikut. Kesamaan haknya termasuk analisa terhadap ancaman dan pengambilan keputusan – hal ini adalah minimum yang harus dipenuhi.
Keistimewaan politik luar negeri Rusia terletak dalam fakta bahwa baru sekarang ini kami mulai mempertahankan kepentingan nasional kita sepenuhnya dengan menggunakan kelebihan dalam daya saing yang kita miliki. Kini kami mempunyai cukup sumber daya untuk secara serentak mengerjakan tugas kunci bagi negara dalam hal penggantian persenjataan ekonomi, penanggulangan masalah sosial yang bertumpuk selama ini, modernisasi Angkatan Bersenjata, memperkuat instrumen politik luar negeri, mendukung bisnis Rusia di pasaran dunia.
Dalam lingkungan ahli politik baik di Rusia maupun di Amerika sedang membicarakan mengenai siklus pemilihan di kedua negara tersebut sehingga pasti akan mengakibatkan timbulnya “pause” dalam perkembangan hubungan diantara kedua belah pihak. Menurut saya hal ini tidak baik. Diharapkan agar Amerika Serikat tidak menarik diri menghadapi tragedi Irak, tapi ikut serta dalam pembaruan hubungan partner dengan Rusia berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan. Kami siap bertindak sedemikian rupa guna menuju ke “politik yang lebih bersatu padu serta rasional”.
Ada kesempatan yang baik bagi evolusi positif dalam hubungan Rusia-Amerika Serikat. Kesempatan tersebut terbuka dengan kerjasama untuk menerapkan dalam hidup inisiatif Global terhadap perlawanan terhadap aksi terorisme nuklir, dengan usaha presiden kedua negara tersebut dalam mengembangkan energi nuklir secara aman di dunia dan dibuka aksesnya bagi semua pihak yang berminat untuk menikmati kemakmuranya namun mereka wajib memenuhi kewajiban untuk tidak melakukan penyebarannya. Salah satu bukti lagi bahwa kami mampu berkompromi – penandatanganan protokol bersama AS mengenai keikut sertaan Rusia di WTO ( saya berharap agar tidak terjadi kemunduran dan janji yang dibuat oleh George Bush yang akan mendukung permintaan kita dalam tahap pembicaraan “sistim” yang melibatkan banyak pihak, akan ditepati). Topik utama dalam dialog kita – perlawanan terhadap terorisme dan jaringan narkoba, mencegah penyebaran OMU (Senjata Pemusnahan Massal), regulasi konflik regional dan, barang tentu, stabilitas strategis. Dalam hal dimana tidak mungkin pemecahanya dapat disepakati, ada kemungkinan yang cukup baik, yaitu – “disetujui dengan nominal”. Kami tidak menolak hak AS mengambil keputusannya sendiri, namun hal ini berarti bahwa mereka akan bertindak dengan mengambil risiko sendiri dan atas biaya sendiri.
Waktu berpidato di Munich, V.V.Putin tidak menyatakan kata yang terkenal buruknya, yaitu “tidak”.  Politik luar negeri kita mencabut pendekatan negatif dengan akarnya. Kami mendorong dan akan memajukan terus agenda positif dalam hubungan internasional, alternatif yang sifatnya konstruktif dalam pemecahan masalah yang ada sekarang ini. Inilah adalah arti pokok yang disampaikan oleh Presiden Rusia. Kepala presidium CFDP Sergey Karaganov mencatat dengan adil bahwa “di Munich Presiden menyatakan kebenaran yang pahit mengenai masa kini dan masa lalu”. Namun kami tidak berhenti pada pengucapan fakta tersebut, tapi menawarkan jalan keluar riil dari situasi yang timbul, pemecahan masalah bersama-sama.
Dalam hubungan kami dengan Amerika Serikat, yang sama sekali berbeda dengan pihak-pihak lainnya, tidak ada konfrontasi yang sudah ditentukan sebelumnya. Ini berarti bahwa kami tidak membicarakan suatu “perang dingin baru”, yang sama sekali tidak mempunyai dasar obyektif.
Sayang sekali, kritik terhadap politik luar negeri AS dalam tesis CFDP dibatasi oleh  suatu fatalisme, penugasan misi Amerika. Kekurangan dalam penilaian pragmatisme orang Amerika berulang kali mengarahkan mereka untuk beralih ke suatu strategi baru dalam politik luar negerinya. Disini dapat diingatkan mengenai haluan yang dipilih oleh Presiden Franklin Delano Roosevelt dalam ruang lingkup koalisi anti Hitler. Dengan kata lain, orang Amerika juga dapat menilai keadaan yang mendikte pilihannya pada politik moderat dan cara bertindak yang disetujui dengan negara-negara dunia yang terkemuka lainnya. Saya pikir bahwa sekarang ini adalah momentumnya.
Anti-Amerikanisme adalah berbahaya dan cacat dari segi intelektual. Namun masalah harus dipecahkan di “sumbernya”, yang dimaksud disini adalah cara Washington bertindak pada masa kini dalam urusan internasional. Globalisasi tidak memberikan kesempatan untuk mengisolasi diri, sebagai contoh dapat dilihat dari ketergantungan ekonomi AS dari sokongan finansial dari luar (sekitar 1 trilyun dollar per tahun) dan sumber daya energi luar. Dalam hubungan kita dengan Amerika Serikat, seharusnya diunggulkan pandangan yang terbuka dan obyektif. Fakta bahwa di Washington pada suatu saat diterima nasihat dari pihak neo-konservatif, seharusnya tidak menentukan sikap fundamental kita terhadap Amerika.
Politik Eropa di persimpangan
Kami anti “permainan strategis” di Eropa, sebab mempunyai potensi menciptakan ladang untuk konfrontasi di tempat kosong sekalipun dan membentuk politik Eropa dengan prinsip “ini punya kami-ini asing”. Ini yang menuntun realisasi rencana penempatan di kontinen ini elemen-elemen PRO nasional AS. Terhadap rencana sepihak tersebut ada alternatif yang sifatnya kolektif – misal, dalam bentuk sistem PRO TVD di Eropa dengan diikut sertakan persekutuan Atlantik Utara dan Rusia, proyek tersebut dipelajari dalam batas Dewan Rusia-NATO. Pengembangan pendekatan secara kolektif dapat menghilangkan masalah. PRO Amerika di Eropa akan mempunyai dampak langsung pada hubungan kita dengan NATO. Kalau persekutuan tidak layak sebagai organisasi keamanan kolektif dan menjadi adang-adang untuk tindakan sepihak yang menimbulkan kerugian bagi keamanan kita, maka apa artinya hubungan kita ? Dimana terletak nilai tambahan Dewan Rusia – NATO? Roket baru di Eropa – adalah dejavu dengan akibat yang dapat diprediksi sesuai dengan percontohan awal tahun 1980-an.
Dengan mengambil keputusan mengenai PRO Amerika Serikat tidak menanyakan  pendapat NATO, maupun Uni Eropa yang kini sedang berusaha memainkan peranannya  dalam bidang politik luar negeri dan politik keamanan di Eropa.
Kami melihat kesulitan yang dialami oleh NATO. Kami siap membantu, misalnya, di Afganistan dimana persekutuan menjalani percobaan terhadap kemampuannya. Rusia berpatokan pada keberhasilan usaha gabungan berbagai pihak di negara tersebut – sebab pembicaraan yang menyangkut jaminan kepentingan kami di bidang keamanan di region adalah hal yang sangat penting.
Kami dengan sangat serius mendukung operasi anti “Al-Kaeda” dan Taliban pada beberapa tahapnya, termasuk mengambil keputusan yang tidak gampang bagi kami. Maka kami berhak mengharapkan hasil yang positif. Dan apabila peranan kehadiran tentara asing hanya mencakup kekuatan NATO yang akan “memimpin” dalam proses pengembalian kekuasaan kepada Taliban, maka hal ini mengandung akibat yang sangat serius untuk hubungan diantara kami.
Pada prinsipnya hal yang mencurigakan adalah struktur dan instrumen yang diwariskan dari masa lalu (NATO, OSCE/ OKKE, Treaty of OSCE dan lainnya) dalam hidup nyata mengubah menjadi sarana untuk menghidupkan kembali politik blok. Saya yakin hal tersebut tidak berumur panjang. Ada ancaman nyata bahwa situasi dimana arsitektur keamanan Eropa belum ramping, memulai hidup tersendiri, hal mana menentukan perpecahan Eropa secara riil pada dekade-dekade yang akan datang. Inilah – keterbatasan tahap politik Eropa masa kini. Jawaban terhadap tantangan ini dapat ditemukan dalam pembicaraan yang serius dan pasti mengenai konfigurasi keamanan Eropa yang dapat diterima oleh semua pihak dan disetujui secara kolektif.
Ideologi: pemikiran rasional
Persetujuan luas di komunitas mengenai prinsip utama dan arah politik luar negeri membuktikan bahwa dia sesuai dengan perkembangan interen Rusia pada tahap ini. Mempertahankan dan memperkuat kesepakatan tersebut akan didukung oleh Musyawarah antar partai mengenai politik luar negeri yang didirikan baru-baru ini. Bagi  dunia kami mengharapkan hal yang sama dengan kita – perkembangan dengan evolusi tanpa guncangan.
Kadang-kadang di arena internasional kepada Rusia diajukan tuntutan yang terlalu tinggi dan berat sebelah. Kalau bicara dengan jujur, maka dari kami diharapkan agar kami melepaskan peranan mandiri dalam urusan internasional. Kami juga mendengarkan celaan bahwa tidak punya ideologi, hal mana terlihat dari pragmatisme dalam politik luar negeri yang dianut oleh kita. Namun pragmatisme – bukannya kehidupan tanpa prinsip. Dengan pendek kita kami berpatokan kepada hidup nyata, kebutuhan riil negara dan penduduknya. Rusia puas dengan ideologi pandangan sehat dan berakal. Hal tersebut menjadi doktrin dasar bagi strategi kita dalam bidang politik luar negeri yang mandiri dan tidak berkonfrontasi, yang dapat dipahami oleh kebanyakan partner kita di dunia luar.
Posisi internasional Rusia benar benar menguntungkan. Namun hal itu tidak dapat menjadi jaminan dalam situasi internasional yang tiap saat mengalami perkembangan baru. Mempertahankan dan membesarkan hal-hal positif yang dicapai dapat kami lakukan dengan ikut serta secara aktif dan berinisiatif dalam urusan internasional.
Kami tidak mempunyai ilusi dan tahu bahwa kesulitan akan selalu ada. Namun banyak hal dalam politik global telah terkristalisasi. Dari segi politik luar negeri negara dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi perobahan lanjutan. Hal ini memberikan optimisme bagi kita untuk melihat masa depan.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar