Masa kini dan masa depan politik global
Dunia masa kini tidak
seperti beberapa tahun yang lalu. Banyak hal kini menjadi jelas. Hal
utama yang paling penting – dunia monopolar tidak menjadi kenyataan, hal
mana tidak mungkin terjadi berhubung dalam keadaan globalisasi yang
sedang
berkembang tidak ada pihak manapun yang mempunyai cukup kekuatan
militer-politik, finansial-ekonomi untuk membangun imperium tersebut.
Namun mitos mengenai “dunia monopolar” cukup lama menguasai arah
pemikiran maupun perilaku banyak negara. Mitos
tersebut dipercayai dan dijadikan arah haluan politiknya. Oleh karena
itu untuk mengerti keadaan yang sebenarnya menjadi suatu hal yang tidak
mudah.
Pembetulan berdasarkan
realita atau “penciutan” peranan Amerika Serikat dalam urusan dunia,
makin nyatanya peranan faktor Rusia dalam politik global, pengalaman
selama 15 tahun terakhir – keseluruhan hal-hal tersebut merupakan dasar
yang cukup
untuk membuat suatu analisa yang tidak berat sebelah atas tahap
perkembangan hubungan internasional masa kini dan pengertian mengenai
keadaan sebenarnya.
Suatu usaha yang serius
untuk memahami realita internasional yang baru dan merupakan dasar
pembuatan suatu paket rekomendasi dalam bidang hubungan internasional
yang menjadi tesis laporan Dewan Politik Luar Negeri dan Pertahanan
(CFDP) yang
dipersiapkan untuk sidang Majelis Dewan Politik Luar Negeri dan
Pertahanan (17-18 Maret tahun 2007). Tidak semuanya dapat disetujui.
Misalnya, pesimisme dan kewaspadaan yang berlebihan kelihatan kurang
berdasar.
Rusia dan dunia dimana kita hidup
Diplomasi kita selama
beberapa tahun terakhir ini, pidato-pidato Presiden V.V. Putin mengenai
permasalahan internasional, terutama pidato di Munich, menanggalkan
keraguan dan membuat yakin bahwa pimpinan politik negara telah mempunyai
suatu
strategi yang telah dipikirkan secara matang dan telah diuji pada
prakteknya untuk urusan internasional. Hal tersebut dibuktikan oleh
ulasan politik luar negeri Federasi Rusia yang dilakukan oleh Kementrian
Luar Negeri berdasarkan penugasan dari
Presiden dan beserta dengan komunitas ahli politik.
Kesimpulan utama
menyatakan: pilihan yang dibuat pada tahun 2000 yang mengarah pada
pragmatisme, multi-vektorisme dan mempertahankan kepentingan nasional
dalam urusan luar negeri secara tegas namun tanpa konfrontasi terbukti
kebenarannya. Dapat
dimengerti bahwa waktu itu beberapa pihak menganggap bahwa pilihan Rusia
yang jatuh pada garis politik moderat dan diplomasi multi-arah
dilakukan akibat kelemahan posisinya. Namun, setelah menjadi kuat serta
mengembalikan kepercayaan diri, negara
tidak menolak prinsip-prinsip dasar tersebut.
Waktu itu pandangan kita
terhadap dunia didasari oleh pemikiran sehat serta penilaian yang matang
dan realistis terhadap tendensi-tendensi yang menentukan perkembangan
dunia masa kini. Sejarah, apabila dapat dinamakan periode selama 6 – 7
tahun
tersebut, telah membenarkan kami.
Thomas Friedman (pakar ilmu politik dari Amerika Serikat, pengulas koran The New York Times. – Red.)
dalam bukunya disimpulkan bahwa dunia menjadi “datar”, maksudnya
globalisasi yang melampui batas peradaban Barat
tidak menyisihkan tempat untuk aneka macam konstruksi hirarki. Hubungan
secara horizontal, yang menentukan inti hubungan internasional masa kini
mengarah kepada keharusan diplomasi jaringan. Juga berkenaan dengan
kalimat terkenal dari Richard Haass
(Presiden Dewan hubungan internasional di New York. - Red.) yang
menyatakan bahwa “AS tidak membutuhkan persetujuan dari negara-n5gara
lainnya untuk bertindak, namun memerlukan dukungannya guna
keberhasilannya”. Kalau demikian halnya, maka
yang diperlukan adalah pembicaraan mengenai apa yang perlu dilakukan
dan dengan cara apa. Berkat Munich maka banyak mata menjadi terbuka.
Misalnya, koran The Boston Globe dalam analisanya mengenai pidato kepala Negara Rusia menulis: “Moscow
sebelum Washington memahami suatu kebenaran yang penting bahwa: dunia dirajai oleh “poliarhi”
– yaitu suatu sistim internasional dengan keikutsertaan banyak aneka
ragam pemain dimana persekutuannya dan orientasinya berubah sangat
cepat.
Saya sangat setuju dengan
tesis yang menyatakan bahwa alternatif untuk “dunia monopolar” – adalah
proses “kekacaubalauan” dalam hubungan internasional sebagai akibat dari
suatu “kehampaan” dalam pengendalian dan keamanan. Lebih tepat
dikatakan
bahwa yang dimaksudkan adalah kehampaan dalam kesadaran elit serangkaian
negara. Seperti telah dibuktikan beberapa kali justru tindakan sepihak
dan apalagi yang menggunakan kekuatan mengakibatkan membesarnya konflik
dalam politik dunia, menambahkan
lapisan masalah baru diatas masalah lama. Inilah yang membentuk
mekanisme perluasan ruang konflik dalam politik dunia.
Bisa dimaklumi bahwa di seberang Atlantik
sana sampai dengan detik ini masih belum bisa memaksakan diri untuk
mengakui kata “multipolar”. Namun tidak dapat dibenarkan pula penyamaan
kata multipolar dengan bibit-bibit untuk konfrontasi. Ya,
perlu diakui bahwa tumbuh “pusat-pusat kekuatan” baru. Mereka saling
bersaing dalam banyak hal termasuk dalam akses kepada sumber daya alam.
Hal tersebut telah ada sejak dahulu kala dan bukan merupakan suatu hal
yang fatal.
Kepemimpinan kolektif dan
non formal dari negara-negara terkemuka di dunia yang terbentuk sebagai
suatu tambahan terhadap institusi-institusi internasional, pertama-tama
terhadap PBB, menambah kesempatan untuk memecahkan masalah pengendalian
di
dunia moderen. Ditambah lagi dengan demikian terhapuslah tuntutan suatu
negara atas kebenarannya secara eksklusif baik dari AS, Uni Eropa atau
Rusia.
Namun hal ini tidak sama
dengan konfrontasi. Paradigma hubungan internasional masa kini lebih
banyak ditentukan oleh persaingan dalam pengertian yang seluas-luasnya,
disamping hal yang lain ruang lingkupnya mencakup patokan-patokan yang
bernilai
dan model-model perkembangan. Situasi baru yang muncul terletak pada
hilangnya monopoli Barat atas proses globalisasi. Maka dari situlah
timbul usaha menggambarkan keadaan tersebut sebagai ancaman terhadap
Barat, nilai leluhurnya serta cara
hidupnya.
Perpecahan diantara peradaban?
Rusia bertindak melawan
usaha untuk memecahkan dunia menjadi yang disebut “manusia beradab” dan
“sisa yang terdiri dari orang lainnya”. Ini merupakan jalan menuju
bencana global. Saya yakin bahwa dengan memilih politik penyatuan yang
telah
dipilih oleh negara kita dan negara-negara utama lainnya termasuk
diantaranya yang sifatnya pembentuk peradaban: India dan Cina, sehingga
dapat menghindari terjadinya perpecahan berdasarkan ciri-ciri
peradaban.
Globalisasi menghadapkan
manusia dengan permasalahan eksistensinya. Terlihat jelas bahwa
keterbatasan sumber daya alam mengakibatkan ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan secara keseluruhan di tingkat negara maju. Dalam
pidatonya di Akademi
Katolik Bavaria pada bulan Januari 2004 Kardinal Joseph Ratzinger, yang
kemudian menjadi Paus Benediktus XVI - di Roma, telah membicarakan
mengenai keharusan membatasi diri. Dia juga mengritik “kesombongan
Barat” yang diperlihatkan, yaitu melalui
pernyataan bahwa “kedua budaya agung Barat – budaya kepercayaan Kristen
dan budaya rasionalisme umum” mempunyai sifat universal.
Kepala Vatikan tersebut
telah mengajukan tesis lainnya yang dekat sekali maksudnya dengan ucapan
Gereja Ortodox Rusia: “Kini konsep hak manusia harus dilengkapi dengan
pelajaran mengenai kewajiban sebagai manusia serta kemampuannya”. Saya
yakin
bahwa hanya dengan cara tersebut nilai etika umum yang terdapat dalam
agama-agama utama di dunia dapat dipulihkan. Tanpa hal ini tidak mungkin
manusia berkembang secara harmonis.
Ancaman baru: “pemilihan senjata”
Sesuatu yang dapat disebut
kontroversial adalah cara presentasi ancaman terorisme dalam laporan
CFDP. Dari satu segi dibesar-besarkan kemampuan konsolidasi faktor Islam
dalam politik dunia, dari segi lainnya – dikatakan mengenai
perselisihan
mendalam diantara negara Islam. Namun kesalahan utama menurut saya
adalah pembahasan masalah tersebut dengan terlepas sepenuhnya dari
keharusan memecahkan masalah nyata, pertama-tama di Timur Tengah dimana
terhalang realisasi potensialnya yang
dapat membantu dunia Arab-Islam menjawab tuntutan modernisasi.
Secara keseluruhan kurang
diperhatikan kemungkinan melakukan tindakan untuk menyelesaikan krisis
yang selama ini menjadi tanah subur untuk tumbuhnya ekstrimisme. Perlu
ditolak politik kekuatan militer, mengambil langkah yang dapat
memecahkah
permasalahan kemiskinan dalam skala global.
Pengalaman selama enam
tahun terakhir ini memperlihatkan secara nyata bahwa seluruh usaha
mengabaikan realita dunia multipolar berakhir dengan kegagalan. Apapun
contohnya yang diambil oleh kami, kesimpulannya satu: permasalahan
internasional masa
kini tidak mempunyai pemecahan dengan kekuatan militer, usaha melalui
jalan tersebut hanya memperburuk situasi, dan menuju jalan buntu.
Defisit keamanan atau perasaannya dilahirkan oleh stagnasi dalam bidang
pelucutan senjata, hal mana mempertajam
ancaman penyebaran senjata pemusnahan massal.
Saya pikir, bahwa
memaksakan kepada dunia pandangan yang membesarkan arti dari faktor
kekuatan – merupakan gejala sementara. Dipandang dari segi sejarah,
peran kekuatan militer dalam politik dunia akan menurun secara obyektif.
Dapat digariskan
paralel dengan pemilihan presiden di AS pada tahun 1992, dimana tidak
semua orang mengerti arti pentingnya faktor ekonomi. “Seluruhnya
bermuara didalam ekonomi, bodoh!” (salah satu slogan kampanye Bill
Clinton. – Red.). Kini masalah
perkembangan ekonomi negara secara stabil mencakup terpenuhinya
kebutuhan energi sudah menjadi prioritas utama di skala global. Justru
saling ketergantungan ekonomi kini menjadi faktor penting dalam
mempertahankan stabilitas internasional.
Permasalahan ini tidak dapat dipecahkan baik dengan kekuatan militer
maupun dengan invasi atau penempatan tentara di luar negeri.
Taruhan utama berupa
kekuatan militer – cacat pokok dalam politik partner kita. Seluruhnya
dilakukan dengan mengorbankan faktor-faktor “kekuatan empuk”, yang
kepentingannya sebaliknya naik. Pada zamannya mentalitas serupa
menentukan kalimat yang
katanya diucapkan oleh Stalin “Berapa banyak divisi yang dimiliki
Vatikan?”. Kini tiba waktu untuk menawarkan pembuatan suatu strategi
kolektif terhadap Irak, tidak jarang kami dapat jawaban: “Apakah Rusia
sudah siap untuk mengirim tentaranya ke
Irak?” Sekali lagi pikiran dipusatkan ke skenario kekuatan militer.
Pendekatan demikian menjadi beban berat bagi strategi luar negeri
Washington.
Seharusnya secara tegas
menolak usaha re-ideologisasi dan re-militarisasi hubungan
internasional, memperkuatkan dalamnya dasar hukum serta kolektif.
Rusia: “teritori bebas” dalam hubungan internasional
Salah satu elemen
fundamental dalam realitas masa kini adalah fakta bahwa dunia harus
menjadi bebas, semua negara – memperoleh kesempatan mengambil keputusan
sendiri sesuai dengan pengertian kepentingan nasionalnya dalam keadaan
baru. Disiplin
blok maupun ideologi telah tidak bekerja secara otomatis, walaupun ada
usaha menggantinya dengan solidaritas dimana salah satu peradaban
melawan semua lainnya.
Di arena dunia juga
dibutuhkan “kebebasan berbicara”, hal mana kita membahas dalam kerangka
perkembangan interen tiap negara. Pembatasan apapun terhadap “cara
berpikir berbeda”, perbedaan pendapat yang disapu “kebawah karpet” alias
ditutup-tutupi
membawa akibat negatif bagi seluruh komunitas internasional, mengurangi
sumber intelektualnya. Barang tentu, setiap pihak berhak dan bebas untuk
memilih dan melaksanakan politik irasional. Namun dalam kondisi moderen
seluruh komunitas terpaksa
memikul akibatnya – apa yang terjadi di Irak dan di sekelilingnya
membuktikan hal tersebut secara nyata.
Makna utama pidato
Presiden Rusia di Munich adalah bantuannya dalam menghancurkan kebisuan
mengenai permasalahan fundamental dalam arsitektur keamanan global,
dengan kata lain terhadap masalah yang menyinggung langsung semua pihak.
Pidato
tersebut menggariskan batas “teritori kebebasan” – yakni kebebasan
berpikir dan kebebasan berbicara dalam hubungan internasional. Sayangnya
dalam politik dunia masa kini telah terbentuk situasi yang serupa
dengan keadaan kami pada periode kekuasaan
Soviet, dimana seluruh hal ‘panas’ dibahas di dapur. Namun “dapur” –
maksudnya disini adalah percakapan dengan pintu tertutup, di belakang
punggung pihak yang menjadi sasaran kritik. Jelaslah, bahwa suasana
konformis yang tidak sehat tidak memenuhi
kepentingan komunitas internasional.
Ketidakpastian mengenai
tata dunia masa depan dalam banyak hal tergantung dengan melemahnya
Rusia setelah terpecahnya Uni Soviet. Timbul kesan bahwa negara kita
dihapuskan begitu saja sebagai suatu materi dalam menyusun kembali
teritori-politik
dunia – suatu perspektif yang telah pernah dialami oleh Rusia, misalnya
pada awal abad ke XVIII. Zaman itu masalah dapat dipecahkan dengan
modernisasi kilat, hal mana menjadi isian utama reformasi Peter I. Kini
kami juga menjawab atas tuntutan masa
kini dengan menjalankan reformasi politik dan ekonomi secara radikal
sehingga hal tersebut seperti dahulu kala, searah dengan pilihan Eropa
namun tetap mempertahankan tradisi-tradisi Rusia yang berabad-abad. Pada
akhirnya negara membangun kembali
kemandiriannya dalam politik luar negeri – kini tampil sebagai suatu
negara yang berdaulat dan demokratis.
Berkat hal tersebut, di
pasaran ide mengenai tata dunia yang setara dengan tahap perkembangan
dunia masa kini, pertama kali setelah kurun waktu lama timbul lingkungan
persaingan yang nyata. Pembentukan pusat perkembangan baru yang
berpengaruh
global dan distribusi sumber-sumber daya untuk perkembangan yang lebih
rata serta kontrol atas sumber daya alam meletakan dasar materi untuk
pengaturan dunia multipolar.
Kumpulan faktor ini
beserta faktor lainnya menyebabkan peralihan yang menandai tahap baru
dalam perkembangan dunia. Perlawanan terhadap tuntutan dan ancaman masa
kini tetap menjadi suatu dasar yang kuat dan obyektif untuk menjalin
kerjasama
internasional. Memperbesar pengakuan terhadap diplomasi multi-segi
sebagai suatu instrumen regulasi hubungan internasional baik di tingkat
global maupun regional. Makin besar peranan Persatuan Bangsa-Bangsa yang
mempunyai legitimasi unik. Maka tidak
mungkin saya akan setuju dengan penilaian yang merendahkan kepentingan
organisasi sedunia tersebut yang terdapat dalam tesis-tesis CFDP. Hidup
itu sendiri mendorong semua pihak, juga termasuk yang tidak siap
memberikan tempat semestinya kepada
PBB, bekerja pada dia dan bertindak melalui mekanismenya.
Geopolitik di bidang energi?
Tentu saja, bahwa obyek
analisa yang teliti – yaitu reaksi atas makin membesarnya peranan kami
dalam bidang energi global. Pertama-tama, tidak seorang pun dan
dimanapun juga, yakni mereka yang memunculkan tuduhan bahwa Rusia
melakukan “pemerasan”
dalam bidang energi, mempunyai dasar yang dapat membuktikan, bahwa kami
melanggar salah satu kewajiban kami ataupun kontrak kami.
Kedua, dengan cara
“berjalan sebaliknya” mereka berusaha memberikan kami status yang
meragukan dengan menamakan kami “negara super dalam bidang energi”.
Tentunya ada yang berminat menggunakannya agar Rusia dapat ditempatkan
dalam suatu segmen
pemasok energi-bahan mentah dalam pembagian kerja internasional. Hal ini
tidak boleh terjadi.
Dari segi lain kemampuan
yang timbul berkat pemasukan dari penjualan sumber energi, dan penguatan
posisi perusahaan bahan mentah kami dalam bisnis transnasional, harus
digunakan untuk memperbesar dinamik integrasi kedalam ekonomi, global
serta
pemindahan ekonominya sendiri ke jalan perkembangan yang inovatif.
Ruang SNG: haluan baru
Kejadian terkenal yang
berkaitan dengan harga gas untuk Ukraina, Belarus dan negara
persemakmuran (CIS) lainnya, seharusnya memberikan keyakinan kepada
pihak Barat bahwa kami tidak memelihara rencana apapun yang sifatnya
imperialis, kami sedang
membangun hubungan normal dengan negara tetangga yang didasari oleh
prinsip ekonomi pasar. Justru politisasi hubungan ekonomi dapat menjadi
dasar untuk timbulnya kecurigaan terhadap Rusia. Kini hal tersebut tidak
ada, namun kecurigaan tetap
bermunculan, hal mana dapat memberikan kesimpulan bahwa permasalahan
disini bukan hal altruisme. Di areal Persemakmuran sedang berjalan
permainan geopolitis dengan menggunakan alat yang dinamakan “demokratizatorstvo”
(membuat demokrasi
menurut hemat sendiri). Marilah menyatakan secara jujur, bahwa pengukur
tingkat perkembangan demokrasi dalam kenyataan adalah kesiapan untuk
mengikuti jalur pelayaran politik pihak asing.
Dalam format dua pihak dan
aneka format dengan banyak pihak di areal Persemakmuran, Rusia berusaha
memperkuat elemen-elemen persamaan obyektif dan yang saling berkaitan
diantara negara-negara kita dalam bidang ekonomi, budaya-peradaban dan
lainnya. Tidak lebih dan tidak kurang dari itu. Dengan tujuan
stabilisasi region tersebut kami siap membantu menciptakan disini
hubungan non-politis dengan partner-partner luar, dengan syarat bahwa
mereka akan menghormati kepentingan negara-negara
yang berada disitu dan menolak taktik “gerakan yang mengkhawatirkan”
terhadap Rusia.
Karenanya merupakan suatu
usaha yang sia-sia untuk menahan Rusia dalam ruang lingkup yang terbatas
pada region. Dalam perkembangannya kami telah lama keluar darinya.
Reaksi keadaan krisis: pengendalian positif
Kami siap mengambil
langkah untuk mencari pemecahan masalah yang timbul sebagai akibat
realisasi proyek-proyek yang dimulai oleh pengaturan sepihak.
Pertama-tama, hal ini menyangkut Irak dimana keadaanya masih dapat
diselamatkan. Sukar berdebat
dengan Henry Kissinger yang berpendapat bahwa kini atau di masa yang
akan datang “Irak harus dikembalikan kepada komunitas internasional”,
sehingga “negara-negara lainnya harus siap mengambil bagian dalam
bertanggung jawab atas perdamaian di
rergion”. Namun pembagian tanggung jawab diasumsikan dengan kerjasama
pemecahan permasalahan secara optimal.
Kami diberitahukan bahwa
situasi di Irak kini adalah “malapetaka kami bersama”. Sejak dulu Rusia
tidak mengenal perasaan dengki, apalagi mengambil keuntungan atas
kesusahan pihak lain. Namun disini tidak dapat memperbuat apa pun tanpa
partner
kita Amerika yang harus menggantikan strateginya terhadap Iraknya secara
kardinal dengan mendengarkan penilaian serta usulan yang mendominasikan
baik didalam AS itu sendiri maupun di ibu kota lainnya. Pertemuan
multilateral yang diselenggarakan di
Baghdad pada tanggal 10 Maret, - adalah satu langkah ke arah yang benar.
Perlu menggunakan proses tersebut guna membuat strategi kolektif yang
baru di Irak.
Koreksi haluan harus
terdiri dari mengikut sertakan dalam regulasi seluruh kekuatan politik
Irak, seluruh tetangganya serta PBB, Persatuan Negara Arab, Organisasi
Konferensi Islam – OKI, “Delapan Besar (G8)”. Hal ini akan membantu
merealisir
dalam praktek baik kepentingan obyektif bersama pihak Washington maupun
Teheran, dimana keduanya menempatkan taruhanya pada pemerintah Irak yang
sama. Tidak diragukan lagi bahwa di Iran sedang berjalan menuju suatu
proses politik yang nyata. Untuk
merealisir potensi pengaruh yang dapat diberikan oleh komunitas dunia
terhadap Iran agar menuju ke arah yang diperlukan, maka dapat dilakukan
melalui keikutsertaanya, bukan dengan cara isolasinya.
Penting juga melanjutkan
usaha berbagai pihak untuk mencari jalan keluar dari situasi yang kini
terjadi seputar program nuklir Iran. Namun dalam hal ini perlu disadari,
bahwa bagian terbesar permasalahnya (sama halnya dengan peristiwa
masalah
nuklir di semenanjung Korea) terkait dengan ketidakmauan Amerika Serikat
menormalkan hubungan kedua belah pihak dengan Teheran berdasarkan
prinsip-prinsip yang diterima secara umum. Dalam pendekatan urusannya
dengan Korea Utara, AS menampilkan
keluwesan dan pragmatisme, menyampingkan tuntutan ultimatif yang
diajukan sebagai syarat pendahuluan untuk mengadakan kembali
pembicaraan. Pyongyang membuat langkah yang maju, sehingga untuk
mencapai hasil tidak perlu menunggu lama. Hal yang sama
diperlukan dalam masalah dengan Iran. Dengan demikian tekanan yang
tertakar dari pihak Dewan Keamanan PBB dan Badan Energi Atom
Internasional (IAEA) akan bekerja.
Dari partner kita kami
mengharapkan langkah yang konsisten serta logis. Apabila dengan alasan
“ancaman Iran” di perbatasan Rusia ditempatkan elemen-elemen PRO (Sistim
Pertahanan Udara) nasional AS, diterapkan sanksi terhadap perusahaan
Rusia,
maka untuk apa pembicaraan panjang lebar di DK PBB ? Saya harapkan bahwa
partner Amerika akan memikirkan hal ini. Apalagi kami dipanggil untuk
melawan suatu hipotesa ancaman yang “sedang ditunggu”, namun pada waktu
yang sama membuat ancaman yang
riil bagi keamanan kami (dan bukan hanya kami).
Region Euro-Atlantik: pendekatan kompleks
Kami menganut pendekatan
kompleks untuk memecahkan bersama masalah di region Euro-Atlantik. Bisa
saja mengadakan kegiatan yang luas dan saling mengikat dalam format tiga
pihak (Rusia, Uni Eropa dan AS) dengan membahas seluruh spektrum topik
yang
menarik perhatian. Ruang lingkup kerjasama tersebut telah mulai
terbentuk dalam praktek di Dewan Keamanan PBB, “Kelompok Delapan”,
“kwartet” perantara internasional untuk menyelesaikan permasalahan Timur
Tengah, “kelompok enam” untuk program nuklir
Iran. Hal yang sangat penting : format yang terdiri dari tiga pihak,
apabila sebenarnya diberikan karakter kompleks, namun yang terutama
adalah karakter partner sesungguhnya, maka hal tersebut dapat menghapus
rasa saling curiga terhadap apa yang
sedang terjadi diantara kedua partner - peserta lainnya dalam “segitiga”
tersebut.
Rusia tidak mau membuat
“jurang pemisah” dalam hubungan transatlantik. Tidak mungkin dapat
menimbulkan kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi
akibat perselisihan dengan Irak. Namun kami tidak mau supaya ikatan
transatlantik
memperkuat diri atas pihak kita.
Hubungan Rusia-Amerika: modus operandi
Bila dilihat dari segi
hubungan Rusia - Amerika Serikat masa kini yang berada dalam masa
transisi dimana berjalan pembentukan arsitektur keamanan global, kita
sampai pada masalah utama. Intinya adalah penentuan syarat dan
permodulan dalam
hubungan kolektif yang saling berinteraksi dalam urusan internasional.
Inilah arti pembicaraan yang diselenggarakan di Munich dan untuk itu
pesertanya, yaitu partner-partner kita diundang oleh Presiden Rusia.
Rusia tidak mengklaim
hak-hak khusus dalam hubungan internasional. Namun kami tidak punya
alasan untuk memainkan peranan pengikut. Kesamaan haknya termasuk
analisa terhadap ancaman dan pengambilan keputusan – hal ini adalah
minimum yang harus
dipenuhi.
Keistimewaan politik luar
negeri Rusia terletak dalam fakta bahwa baru sekarang ini kami mulai
mempertahankan kepentingan nasional kita sepenuhnya dengan menggunakan
kelebihan dalam daya saing yang kita miliki. Kini kami mempunyai cukup
sumber
daya untuk secara serentak mengerjakan tugas kunci bagi negara dalam hal
penggantian persenjataan ekonomi, penanggulangan masalah sosial yang
bertumpuk selama ini, modernisasi Angkatan Bersenjata, memperkuat
instrumen politik luar negeri, mendukung
bisnis Rusia di pasaran dunia.
Dalam lingkungan ahli
politik baik di Rusia maupun di Amerika sedang membicarakan mengenai
siklus pemilihan di kedua negara tersebut sehingga pasti akan
mengakibatkan timbulnya “pause” dalam perkembangan hubungan
diantara kedua belah
pihak. Menurut saya hal ini tidak baik. Diharapkan agar Amerika Serikat
tidak menarik diri menghadapi tragedi Irak, tapi ikut serta dalam
pembaruan hubungan partner dengan Rusia berdasarkan prinsip kesetaraan
dan saling menguntungkan. Kami siap bertindak sedemikian rupa guna
menuju ke “politik yang lebih bersatu padu serta rasional”.
Ada kesempatan yang baik
bagi evolusi positif dalam hubungan Rusia-Amerika Serikat. Kesempatan
tersebut terbuka dengan kerjasama untuk menerapkan dalam hidup inisiatif
Global terhadap perlawanan terhadap aksi terorisme nuklir, dengan usaha
presiden kedua negara tersebut dalam mengembangkan energi nuklir secara
aman di dunia dan dibuka aksesnya bagi semua pihak yang berminat untuk
menikmati kemakmuranya namun mereka wajib memenuhi kewajiban untuk tidak
melakukan penyebarannya. Salah satu bukti lagi bahwa kami mampu
berkompromi – penandatanganan protokol bersama AS mengenai keikut
sertaan Rusia di WTO ( saya berharap agar tidak terjadi kemunduran dan
janji yang dibuat oleh George Bush yang akan mendukung permintaan kita
dalam tahap pembicaraan “sistim” yang melibatkan banyak pihak, akan
ditepati). Topik utama dalam dialog kita – perlawanan terhadap terorisme
dan jaringan narkoba, mencegah penyebaran OMU (Senjata Pemusnahan
Massal), regulasi konflik regional dan, barang
tentu, stabilitas strategis. Dalam hal dimana tidak mungkin pemecahanya
dapat disepakati, ada kemungkinan yang cukup baik, yaitu – “disetujui
dengan nominal”. Kami tidak menolak hak AS mengambil keputusannya
sendiri, namun hal ini berarti bahwa mereka akan bertindak dengan
mengambil risiko sendiri dan atas biaya sendiri.
Waktu berpidato di Munich,
V.V.Putin tidak menyatakan kata yang terkenal buruknya, yaitu “tidak”.
Politik luar negeri kita mencabut pendekatan negatif dengan akarnya.
Kami mendorong dan akan memajukan terus agenda positif dalam hubungan
internasional, alternatif yang sifatnya konstruktif dalam pemecahan
masalah yang ada sekarang ini. Inilah adalah arti pokok yang disampaikan
oleh Presiden Rusia. Kepala presidium CFDP Sergey Karaganov mencatat
dengan adil bahwa “di Munich Presiden menyatakan kebenaran yang pahit
mengenai masa kini dan masa lalu”. Namun kami tidak berhenti pada
pengucapan fakta tersebut, tapi menawarkan jalan keluar riil dari
situasi yang timbul, pemecahan masalah bersama-sama.
Dalam hubungan kami dengan
Amerika Serikat, yang sama sekali berbeda dengan pihak-pihak lainnya,
tidak ada konfrontasi yang sudah ditentukan sebelumnya. Ini berarti
bahwa kami tidak membicarakan suatu “perang dingin baru”, yang sama
sekali tidak
mempunyai dasar obyektif.
Sayang sekali, kritik
terhadap politik luar negeri AS dalam tesis CFDP dibatasi oleh suatu
fatalisme, penugasan misi Amerika. Kekurangan dalam penilaian
pragmatisme orang Amerika berulang kali mengarahkan mereka untuk beralih
ke suatu strategi
baru dalam politik luar negerinya. Disini dapat diingatkan mengenai
haluan yang dipilih oleh Presiden Franklin Delano Roosevelt dalam ruang
lingkup koalisi anti Hitler. Dengan kata lain, orang Amerika juga dapat
menilai keadaan yang mendikte
pilihannya pada politik moderat dan cara bertindak yang disetujui dengan
negara-negara dunia yang terkemuka lainnya. Saya pikir bahwa sekarang
ini adalah momentumnya.
Anti-Amerikanisme adalah
berbahaya dan cacat dari segi intelektual. Namun masalah harus
dipecahkan di “sumbernya”, yang dimaksud disini adalah cara Washington
bertindak pada masa kini dalam urusan internasional. Globalisasi tidak
memberikan
kesempatan untuk mengisolasi diri, sebagai contoh dapat dilihat dari
ketergantungan ekonomi AS dari sokongan finansial dari luar (sekitar 1
trilyun dollar per tahun) dan sumber daya energi luar. Dalam hubungan
kita dengan Amerika Serikat, seharusnya diunggulkan pandangan yang
terbuka dan obyektif. Fakta bahwa di Washington pada suatu saat diterima
nasihat dari pihak neo-konservatif, seharusnya tidak menentukan sikap
fundamental kita terhadap Amerika.
Politik Eropa di persimpangan
Kami anti “permainan
strategis” di Eropa, sebab mempunyai potensi menciptakan ladang untuk
konfrontasi di tempat kosong sekalipun dan membentuk politik Eropa
dengan prinsip “ini punya kami-ini asing”. Ini yang menuntun realisasi
rencana
penempatan di kontinen ini elemen-elemen PRO nasional AS. Terhadap
rencana sepihak tersebut ada alternatif yang sifatnya kolektif – misal,
dalam bentuk sistem PRO TVD di Eropa dengan diikut sertakan persekutuan
Atlantik Utara dan Rusia, proyek
tersebut dipelajari dalam batas Dewan Rusia-NATO. Pengembangan
pendekatan secara kolektif dapat menghilangkan masalah. PRO Amerika di
Eropa akan mempunyai dampak langsung pada hubungan kita dengan NATO.
Kalau persekutuan tidak layak sebagai
organisasi keamanan kolektif dan menjadi adang-adang untuk tindakan
sepihak yang menimbulkan kerugian bagi keamanan kita, maka apa artinya
hubungan kita ? Dimana terletak nilai tambahan Dewan Rusia – NATO? Roket
baru di Eropa – adalah dejavu
dengan akibat yang dapat diprediksi sesuai dengan percontohan awal tahun 1980-an.
Dengan mengambil keputusan
mengenai PRO Amerika Serikat tidak menanyakan pendapat NATO, maupun
Uni Eropa yang kini sedang berusaha memainkan peranannya dalam bidang
politik luar negeri dan politik keamanan di Eropa.
Kami melihat kesulitan
yang dialami oleh NATO. Kami siap membantu, misalnya, di Afganistan
dimana persekutuan menjalani percobaan terhadap kemampuannya. Rusia
berpatokan pada keberhasilan usaha gabungan berbagai pihak di negara
tersebut – sebab
pembicaraan yang menyangkut jaminan kepentingan kami di bidang keamanan
di region adalah hal yang sangat penting.
Kami dengan sangat serius
mendukung operasi anti “Al-Kaeda” dan Taliban pada beberapa tahapnya,
termasuk mengambil keputusan yang tidak gampang bagi kami. Maka kami
berhak mengharapkan hasil yang positif. Dan apabila peranan kehadiran
tentara
asing hanya mencakup kekuatan NATO yang akan “memimpin” dalam proses
pengembalian kekuasaan kepada Taliban, maka hal ini mengandung akibat
yang sangat serius untuk hubungan diantara kami.
Pada prinsipnya hal yang
mencurigakan adalah struktur dan instrumen yang diwariskan dari masa
lalu (NATO, OSCE/ OKKE, Treaty of OSCE dan lainnya) dalam hidup nyata
mengubah menjadi sarana untuk menghidupkan kembali politik blok. Saya
yakin hal
tersebut tidak berumur panjang. Ada ancaman nyata bahwa situasi dimana
arsitektur keamanan Eropa belum ramping, memulai hidup tersendiri, hal
mana menentukan perpecahan Eropa secara riil pada dekade-dekade yang
akan datang. Inilah – keterbatasan
tahap politik Eropa masa kini. Jawaban terhadap tantangan ini dapat
ditemukan dalam pembicaraan yang serius dan pasti mengenai konfigurasi
keamanan Eropa yang dapat diterima oleh semua pihak dan disetujui secara
kolektif.
Ideologi: pemikiran rasional
Persetujuan luas di
komunitas mengenai prinsip utama dan arah politik luar negeri
membuktikan bahwa dia sesuai dengan perkembangan interen Rusia pada
tahap ini. Mempertahankan dan memperkuat kesepakatan tersebut akan
didukung oleh Musyawarah
antar partai mengenai politik luar negeri yang didirikan baru-baru ini.
Bagi dunia kami mengharapkan hal yang sama dengan kita – perkembangan
dengan evolusi tanpa guncangan.
Kadang-kadang di arena
internasional kepada Rusia diajukan tuntutan yang terlalu tinggi dan
berat sebelah. Kalau bicara dengan jujur, maka dari kami diharapkan agar
kami melepaskan peranan mandiri dalam urusan internasional. Kami juga
mendengarkan celaan bahwa tidak punya ideologi, hal mana terlihat dari
pragmatisme dalam politik luar negeri yang dianut oleh kita. Namun
pragmatisme – bukannya kehidupan tanpa prinsip. Dengan pendek kita kami
berpatokan kepada hidup nyata,
kebutuhan riil negara dan penduduknya. Rusia puas dengan ideologi
pandangan sehat dan berakal. Hal tersebut menjadi doktrin dasar bagi
strategi kita dalam bidang politik luar negeri yang mandiri dan tidak
berkonfrontasi, yang dapat dipahami oleh
kebanyakan partner kita di dunia luar.
Posisi internasional Rusia
benar benar menguntungkan. Namun hal itu tidak dapat menjadi jaminan
dalam situasi internasional yang tiap saat mengalami perkembangan baru.
Mempertahankan dan membesarkan hal-hal positif yang dicapai dapat kami
lakukan
dengan ikut serta secara aktif dan berinisiatif dalam urusan
internasional.
Kami tidak mempunyai ilusi
dan tahu bahwa kesulitan akan selalu ada. Namun banyak hal dalam
politik global telah terkristalisasi. Dari segi politik luar negeri
negara dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi perobahan lanjutan. Hal
ini
memberikan optimisme bagi kita untuk melihat masa depan.
0 komentar:
Posting Komentar